Semua jika didefinisikan akan menjadi jelas.. Kecuali cinta..
Segala definisi dan gambaran yang dikatakan orang tentang cinta tidak akan bisa mengungkap hakikatnya. Karna cinta adalah pekerjaan hati yang tak bisa dibaca. Ia hanya akan terbaca dari perubahan sikap sang pecinta terhadap sesuatu yang dicintai.
Jika kita bertanya pada 1000 orang tentang definisi cinta, maka kita akan mendapatkan 1000 definisi. Karena setiap definisi adalah terjemahan dari apa yang dirasakan setiap orang, sementara perasaan setiap orang berbeda-beda.
Imam Ibnu Qayyim mengatakan, "Tidak ada batasan cinta yang lebih jelas daripada kata cinta itu sendiri; memba-tasinya justru hanya akan menambah kabur dan kering maknanya. Maka batasan dan penjelasan cinta tersebut tidak bisa dilukiskan hakikatnya secara jelas, kecuali dengan kata cinta itu sendiri".
(Madarijus-Salikin Jilid: 3 hal: 10)
Lebih jauh beliau menjelaskan:
“Sesungguhnya orang yang mencintai sesuatu akan merasakan lezatnya cinta manakala yang dicintainya itu mampu membuatnya lupa dari musibah yang menimpanya. Ia tidak merasa bahwa itu semua adalah musibah, walau kebanyakan orang merasakannya sebagai musibah.
Bahkan cinta itu semakin kuat, hingga ia semakin menikmati dan meresapi setiap musibah yang ditimpakan oleh Dzat yang ia cintai. (Madarijus-Salikin jilid: 3 hal: 38).
Cinta juga bukan semata pengakuan, namun ada konsekwensi di dalamnya. Dalam kitab Thariqul Hijratain beliau mengatakan:
"Jika cinta telah menghujam di dalam hati, maka panggilan untuk memprioritaskan sesuatu yang dicintai itu akan selalu ada. Dan ini merupakan bukti kuatnya cinta. Jika dia memprioritaskan selain yg dicintainya, itu tanda bahwa dia tidak jujur dalam cintanya, meskipun dia menklaim bahwa ia benar-benar cinta" (hal: 586)
Cinta yang tulus akan membuat orang yang mencintai selalu merasakan kehadiran orang yang dicintanya.
Beliau mengatakan: “Orang yang tulus dalam cintanya akan selalu merasa diawasi oleh yang dicintainya, orang yang selalu menyertai hati dan raganya. Dan diantara tanda cinta yang tulus ialah (keyakinan sang kekasih) yang selalu merasakan kehadiran kekasihnya yang mengawasi (semua) perbuatannya" (634)
Catt:
Tentunya,, apa yang disebutkan oleh Ibnu Qoyyim -rahimahullah- di atas adalah cinta yang bermakna Ubuudiyah. Cinta yang tidak diperuntukkan pada selain Allah.
Cinta yang demikian merupakan pokok keimanan dan tauhid, dimana pelakunya akan mendapatkan balasan pahala yang tak terhingga.
Jika cinta ini dipalingkan kepada selain Allah maka dia akan terjerumus dalam cinta terlarang yaitu syirik.
Cinta ini mampu merubah terik Dzuhur menjadi sejuk,
membuat dinginnya subuh tak lagi berarti,
membuat mata terjaga diujung malam, lapar dan dahaga disiang ramadhan tak lagi terasa, terjalnya jalan dakwah menjadi mudah dilalui,
dan merubah cacian pendengki menjadi syair penyemangat.
Yang jelas cinta jenis ini akan melahirkan ketundukan penuh pada perintah-Nya serta pengharapan penuh pada janji-Nya sehingga semua ibadah terasa ringan dan menyenangkan. Karena cinta ini, cinta orang yang beriman. Allah berfirman:
والذين آمنوا أشد حبا لله
"Dan orang-orang yang beriman itu amat sangat cintanya pada Allah" (QS: Al Baqarah: 165)
Sabtu 24-03-1435 H
0 Kommentare:
Kommentar veröffentlichen