Mittwoch, 21. Mai 2014

CATATAN AKHIR SEKOLAH

-Memaknai Kelulusan-

Sahabat....


Alhamdulillah kita telah melewati moment yang sangat dinantikan siswa-siswi kelas 3 SMU/SMA sederajat.
Ya, hari itu adalah hari pengumuman hasil kelulusan Ujian Nasional.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, moment seperti ini biasanya menyisahkan kebahagiaan dan duka. Kebahagiaan bagi yang lulus dan duka yang tertunda kelulusannya.

Apapun hasilnya saya hanya ingin mengingatkan pada diri sendiri dan teman-teman semua bahwa hidup sejatinya adalah ujian. Potongan-potongan hidup yang kita lalui semenjak lahir hingga kita kembali merupakan kertas ujian panjang yang akan kita isi dengan beragam jawaban.

Bagi anda yang nantinya dinyatakan lulus… Saya ucapkan selamat.. Dan bagi ada yang tertunda kelulusannya juga saya ucapkan selamat. Karena bila Allah Azza wa jalla mencintai suatu kaum, Dia akan menguji kaum itu, dan boleh jadi ujian itu merupakan pintu kesuksesan yang lain, karena selalu saja ada hikmah dibalik ketentuan-Nya.


Sahabat....
Bila anda dinyatakan lulus…

Maka sadarilah bahwa kelulusan adalah nikmat dari Allah azza wa jalla yang harus disyukuri. Kerena nikmat yang tidak disyukuri akan berbuah niqmah (bencana). Rasa syukur itu hendaklah diwujudkan dengan terus menjaga hubungan baik dengan Allah melalui amal amal shaleh yang sebelumnya rutin dilakukan saat menjelang ujian dan menunggu pengumuman. Jangan sampai amal-amal itu terputus. Bila perlu amalan-amalan itu harus lebih baik dari hari-hari sebelumnya.

Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang hanya mengingat Allah dikala susah lalu melupakan-Nya dikala senang. Bila keadaannya demikian, lantas apa bedanya kita dengan orang-orang kafir yang Allah kisahkan di dalam Al-Qur’an.

Allah berfirman:

“Maka apabila mereka naik ke dalam kapal, mereka berdo’a kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya, maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka kembali mempersekutukan Allah”. (QS:Al-Qashas ayat 65)

“Dan apabila manusia ditimpa oleh suatu bahaya, mereka menyeru Tuhannya dengan kembali bertaubat kepadaNya, kemudian apabila Tuhan merasakan kepada mereka barang sedikit rahmat dari-Nya, tiba-tiba sebagian daripada mereka mepersekutukan Tuhannya, sehingga mereka mengingkari akan rahmat yang telah Kami berikan kepada mereka, maka bersenang-senanglah kamu sekalian kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu)”.

Wal iyaadzu billah….

Sahabat….,
Kelulusan yang akan anda nikmati jangan sampai membuat anda terlena dan lupa diri. Perjalananmu masih jauh. Ibaratnya anda baru saja menapaki satu anak tangga dari sebuah bangunan tinggi yang bernama kesuksesan. Masih ada ribuan anak tangga yang menanti jejak tapak kaki anda. Bilapun anda berhasil menaikinya bukan berarti anda akan mudah menggapai puncaknya, karena puncak dari kesuksesan manusia adalah ketika langkahnya berakhir di syurga dan disambut Allah, Rabb Pemilik surga dengan ucapan salam.

Namun sebelum itu…

Kau dan aku harus melewati ujian yang besar yang memisahkan antara jejak kaki dan puncak kesuksesan itu. Ujian yang akan kita hadapi itu berbeda dari UAN kemaren.
Ujian ini dimulai saat dua malaikat mendatangi kita dalam sunyinya tempat dimana kita terbaring kaku. Keduanya datang membawa tiga butir soal saja. Uniknya ketiga butir soal itu pernah kita baca sebelumnya. Kita juga telah mengetahui kunci jawabannya.

1. Siapa Tuhanmu?

2. Apa agamamu?

3. Dan siapa dia laki-laki yang diutus kepadamu?

Pertanyaan yang mudah bukan…?
Meskipun mudah, tak semua mampu menjawabnya. Masih saja ada yang gugur, karena jawaban kali ini bukan sekedar melingkar. Tapi.....

يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas dirinya terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. QS An-Nur : 24

Dan......

الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan tangan-tangan mereka berkata kepada Kami dan kaki-kaki mereka memberi kesaksian terhadap apa yang telah mereka usahakan. QS Yasin :65

Saat itu mulut kita terkunci dan seluruh tubuh mempersaksikan setiap amal yang pernah kita lakukan baik ataupun buruk. Itulah ujian pertama. Bila saya dan anda lulus, maka jaminan kelulusan pada ujian selanjutnya adalah milik kita, tapi bila kita gugur, maka jangan pernah berharap untuk mendapatkan ujian pengulangan.

Setelah ujian itu..
Kita akan menunggu hari disaat semua manusia berdiri di hadapan Tuhannya dan akan ditanya tentang semua perbuatannya. Tak ada antara dia dan Robbnya seorang perantara.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا سَيُكَلِّمُهُ رَبُّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ تُرْجُمَانٌ

“Tidak ada seorangpun dari kamu kecuali akan diajak bicara oleh Rabbnya ‘Azza wa Jalla tanpa ada penterjemah antara ia dan Allah.” (HR Al Bukhari dan Muslim).

Pertanyaannya juga masih sama, pernah kita baca dan kita atau kunci jawabannya.

لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أربع : عن عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ.

“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti sampai ia ditanya tentang empat perkara:

1. tentang umurnya untuk apa dia gunakan,
2. tentang ilmunya, sejauh mana dia amalkan ilmunya tersebut,
3. tentang hartanya, dari mana harta tersebut didapatkan dan untuk apa harta tersebut dibelanjakan, dan
4. tentang raganya, untuk apa dia gunakan.” (HR. At-Tirmidzi)

Pada hari itu…. Sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan akan mendapat balasan yang lebih baik, dan sekecil apapun dosa yang kita lakukan pasti akan ada balasannya juga.

Sebelum semua itu tiba, saatnya mempersiapkan bekal amal sholeh dalam agar siaga dalam segala keadaan, karena ujian akhir yang sesungguhnya itu tidak tau pasti kapan hari dan tanggalnya, Hanya Allah saja yang tau. Semua akan datang dengan tiba-tiba tanpa kita duga.
Sekali lagi... Persiapkan jawaban dalam wujud amal dan bukan teori.

Untukmu yang tertunda kelulusannya…

Percayalah selalu ada hikmah dibalik taqdir-Nya. Bila anda termasuk orang yang shalih, maka ketidaklulusan ini adalah bagian dari ujian hidup yang harus anda jalani. Dengan ujian ini Allah akan melihat keteguhan anda dihadapan Taqdir-Nya. Allah akan melihat apakah anda termasuk orang yang sabar? Atau orang-orang yang berputus asa dari rahmat-Nya?. Apabila anda mampu bersabar, maka itu adalah kelulusan yang sebenarnya. Anda patut berbesar hati karena anda lulus dari ujian hidup Sang Maha Agung.
Kelulusan anda pada ujian taqdir ini menggambarkan masa depan anda di hari kemudian. Meskipun demikian tetaplah terus melakukan amal yang terbaik, jangan tertipu dengan kesabaran dan juga amalan anda.

Bagi anda yang lalai dan suka berbuat dosa, mungkin ini merupakan peringatan dari-Nya agar anda kembali bertaubat pada-Nya dan berbenah diri pada detik detik yang tersisa ini.
Dengan ujian ini, Allah ingin melihat apakah anda temasuk orang-orang yang mau bertaubat atau malah bertambah durhaka kepadaNya. Saya berharap… ujian ini adalah titik balik anda dari kemaksiatan menuju ketaatan.
Sebagai sahabat, saya hanya bisa menasehatkan untuk tidak bersedih, karna kelulusan di dunia bukan jaminan kebahagiaan anda. Kelulusan yang sebenarnya adalah lulusnya seorang hamba dari pertanyaan Hakim Yang Maha Adil di pengadilan yang paling adil.

Sisa waktu yang ada merupakan kesempatan bagi anda untuk jadi pemenang di hari akhirat kelak. Bangkitlah..!!! dan jangan sia siakan ksempatan itu..

Jangan berlarut dalam kesedihan...
Jadikan detik ini titik start hidup anda yang baru, persiapkan diri untuk ujian ulang.
Jangan lupa juga mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian yang tak ada pengulangannya, agar anda tidak gugur pada dua ujian sekaligus, ujian Nasional dan ujian Akhirat.

Sekali lagi, bila anda tidak dinyatakan lulus.. Jangan bersedih…
Yakinilah… selalu saja ada akhir yang indah dibalik semua keputusan-Nya, yang mungkin sulit kita mengerti diawalnya, namun pada akhirnya kitapun bahagia dengan segala keputusan-Nya.

Tabahkan diri anda dan jadilah manusia yang berjiwa besar

Sekali lagi…..masih ada kesempatan bagi anda untuk menjadi pemenang.


--------------------------------------
Madinah Jum'at 16-07-1435

Diperbaharui 23-07-1435 H

Akhukum fillah: Aan Chandra Thalib El-Gharantaly

Sonntag, 18. Mai 2014

ستة عشر وصية في الامتحانات

مستفادة من أجوبة متعددة
للشيخ د. محمد المختار الشنقيطي.

وصايا لطلاب العلم << >>
1 - تقوى الله:
من اتقى الله جعل له من كل هم فرجا, ومن كل ضيق مخرجا, أصلح له أمور دينه ودنياه, وانتهت أموره إلى خير, وما خرج الإنسان بشيء أحب إلى الله ولا أكرم عليه من تقواه - سبحانه -; لأنها قائمة على أساس الدين, وهو إخلاص العمل لله قال - تعالى -: {وتزودوا فإن خير الزاد التقوى}

2 - إخلاص العمل لوجه الله, وإرادة ما عند الله, فإن الله يأجر الإنسان على قدر نيته, فلا يغلب طالب العلم نية الدنيا على الآخرة.

- والعلم لا يراد للدنيا, وإنما يراد لوجه الله, فيخلص الإنسان لوجه الله وما ينال من فضل الدنيا يجعله تبعا لا أساسا.

3 - التوكل على الله:
{وتوكل على الحي الذي لا يموت وسبح بحمده} فلا تعتمد على ذكائك ولا على حفظك وتيسير مدرسك ولكن توكل على الله.

- فإن الله قادر على أن يترك الإنسان وهو على أكمل ما يكون من الذكاء والحفظ حتى يدخل إلى اختباره فينسيه جميع ما حفظ, وربما يبتليه بمرض فيصبح في شتات من أمره لا يستطيع أن يبلغ ما يريد, فنحن تحت رحمة الله.
((أصلح لي شأني كله, ولا تكلني إلى نفسي طرفة عين))

- أيام الاختبارات أيام صعبة, وفيها هموم وغموم, فالإنسان يذهب هذه الهموم والغموم بالتوكل على الله وحسن الظن به.

4 - التراحم بين طلاب العلم:
والبعد عن الأنانية والبخل بالخير على الإخوان, فإن احتاج أخوك إلى شرح مسألة أو كتاب أو ملخص فأعطه,
- وإياك وما يسوله الشيطان ويقول: هذا مهمل وهذا متكاسل, لا, من الآن تعود على الإيثار, فلربما كانت عنده ظروف أو كانت عنده أمور, أعطه ملخصك وانصحه.
- فلذلك لا ينبغي للإنسان أن يبخل على الناس, وطالب العلم الذي يبخل اليوم سيبخل غدا, والله في عون العبد ما كان العبد في عون أخيه, والعلم رحم بين أهله.

- إذا وجدت الإنسان حريصا على حب الخير للناس, وطالب العلم من اليوم في مواطن الاختبارات ومواطن التنافس تجده سخي النفس, يبذل ويعطي ويعين تجده غدا أحرى بإمامة الناس, ودلالتهم على الخير; لأنه عود نفسه على ما فيه خير دينه ودنياه وآخرته.

5 - البعد عن المحرمات:
كالغش في الاختبار>
لأن الغش في الاختبار كبيرة من الكبائر ولاشك, "من غشنا فليس منا"
ولأنه يفضي إلى استباحة الأمور المحرمة; لأن الإنسان ينال شهادة مزورة فهو ليس بأهل لهذه الشهادة.
- بل قال بعض العلماء: يشتبه في رزقه إلا أن يتوب فيتوب الله عليه, ولذلك ينظر فإن الإنسان إذا نال الشهادة بالزور وبالغش - والعياذ بالله - محق الله أقل ما يكون, يمحق الله بركة ماله, ولذلك تجده يأخذ من المال الكثير وليست فيه بركة, ولو تاب; لتاب الله عليه ولكن يصلح من حاله.

6 - تعظيم شعائر الله:
فإن الطلاب في الاختبارات ربما يرمون الأوراق, أو يقطعون أوراق المصاحف, فينبغي التناصح في هذا الأمر, لا يجوز امتهان كتاب الله, ولا تمزيق أوراق المصحف.
- وكذلك لا يجوز امتهانها بوضعها في الطرقات والوطء عليها بالأقدام, ولذلك يخشى على الإنسان إذا رمى بورقة فاستخف بها فوطئ عليها أحد أن يكون عليه وزره; لأنه هو السبب, والتسبب في الأشياء يوجب ضمانها وما نشأ عنها.

7 - ليعتن الطالب بالحقوق الواجبة عليه, ومنها حقوق النفس: فبعض الطلاب يسهر ويحمل النفس ما لا تطيق, فتجده يسهر إلى ساعات متأخرة من الليل, فربما تفوته صلاة الفجر, وكذلك أيضا ربما يصاب بمرض أو يضني جسمه, فقد قال - عليه الصلاة والسلام - "إن المنبت لا ظهرا أبقى ولا أرضا قطع"

- "إن لنفسك عليك حقا". فطالب العلم الموفق يجعل وقتا لنومه, ووقتا لراحته, ووقتا لاستجمامه, ووقتا لمذاكرته ومراجعته, فإذا أعطى النفس حقوقها; فإنها بإذن الله تستجيب له وتعينه على الخير الذي يطلبه.

8 - المحافظة على ذكر الله:
- الإنسان كلما عظم عليه الهم والغم; جعل الله تفريج الهم والغم مقرونا بذكره; فقال: {ألا بذكر الله تطمئن القلوب}
فوالله, لا تزال القلوب في قلق وهم ونكد ونصب وتعب إلا إذا ذكرت ربها.

- من ذكر الله; ذكره, ومن ذكره الله فلا تخشى عليه الضيعة, ولا تخشى عليه الفوات, وهو أمره إلى حسن العاقبة وحسن المآل {ألا إن أولياء الله لا خوف عليهم ولا هم يحزنون الذين آمنوا وكانوا يتقون}

- يقصر بعض الطلاب في الصلوات, فيتأخر عن الصلاة مع الجماعة, ولا يأتيها إلا عن دبر, وكذلك أيضا ربما إذا فرغ من الصلاة قام على عجالة, فلا يذكر الله, ولا يحافظ على السنة, بالعكس أشد ما تكون حاجة في مواطن الكرب.

9 - بعد الاختبار: كن راضيا عن الله, إن جاءت يسيرة فقل الحمد لله الفضل والمنة لله, وإن جاءت عسيرة فقل الحمد لله ما شاء الله كان ... وهذه مهمة جدا, فبعض الناس إذا نقص له شيء في الاختبار أقام لها الدنيا وسب وشتم وسخط على القضاء والقدر.
- لربما أن الله علم أنك لو أخذت الامتياز لتضررت وأصابتك عين; فكن راضيا.

10 - يا طالب العلم .. الناس لا ينتظرون منك (ممتاز) ولا أن تكون من العشرة الأوائل; بل ينتظرون منك أمرين:
أ. دينك واستقامتك وما تنطوي عليه من الخلق والأدب الذي يترجم به إسلامك, وإذا وفقك الله لهذا فأنت المقدم ولو كنت آخر القوم.
ب. علمك وضبطك; فلو جئت في آخر النتائج وأنت ضابط لما تقول فأنت المقدم وسيرفعك الله ولو بعد حين.
فلا تجعل الدنيا أكبر همك, بل احرص على الاستقامة والخلق والعلم والضبط.

- << وصية للآباء >>
11 - أوصي الآباء أن يتقوا الله في الأبناء والبنات, فإن أيام الاختبار أيام عصيبة يكون فيها الطلاب في هم وغم فينبغي الرفق بهم والتوسعة عليهم, وإعانتهم وتيسير الأمور لهم, وتقوية صلتهم بالله.
- وينبغي القيام بالواجب والمسؤولية, بعض الآباء لا يهمه أن يضبط ابنه العلم أو لا يضبطه, والله سائله عن ضبط ابنه للعلم; لأن تعلم الابن ومعرفته بأمور دينه وما يتصل بها من الأمور التي يحتاجها لحياته أمر مطلوب, وهذا من النصح لولدك.

- << وصية للمعلمين >>
- من ابتلاه الله بالتدريس: أسأل الله العظيم أن يشكر سعيكم, وأن يعظم أجركم, وأن يجزيكم على أبناء المسلمين كل خير, فنعم ما يصنعه المعلم من كلمات طيبة, ولا يعلم مقدار ما يبذله المعلم والموجه لمن يعلمه إلا الله.

12 - الرفق بالطلاب, وإحسان الظن بهم, وعدم التشويش عليهم, وعدم التضييق عليهم; فإن النبي صلى الله عليه وسلم قال: "اللهم من ولي من أمور أمتي شيئا فرفق بهم فاللهم ارفق به, ومن ولي من أمور أمتي شيئا فشق عليهم فاللهم اشقق عليه".

- بعض المدرسين يأتي بأسئلة تعجيزية, وبعضهم يحاول أن يضيق على الطلاب, وكأن الاختبار شيء من المنافسة والأذية والإضرار, وهذا لايجوز "لاضرر ولاضرار"

- رفقا رفقا بأبناء المسلمين, ولنتق الله في هذا الابن الذي يأتيك موتر الأعصاب شارد الذهن مهموما مغموما مكروبا, ولربما يسهر ليله ويتعب نفسه, فينبغي الرفق بمثل هؤلاء خاصة وأنهم ذرية ضعيفة, فإن الله سمى الأطفال خاصة صغار السن سماهم ذرية ضعيفة.

13 - وأيضا عدم سبهم وشتمهم واحتقارهم. بعض المعلمين إذا رأى التقصير من الطالب سبه وشتمه وأهانه بل ربما ضيق عليه, ربما يخرج هذا الطالب بهم وغم يبقى معه دهره كله, ولربما يصاب بمرض في نفسه أو في عقله, وهذا لا يجوز.

- وإذا كنت في المدرسة ورأيت من يشدد فذكره بالله وذكره أن حوله بحول الله وأن قوته بقوة الله, والله يرحم من عباده الرحماء.

- أيضا الشدة المبالغ فيها تنفير ولو كان المعلم يدرس أفضل العلوم, ولربما يكره بعض الطلاب كتاب الله - والعياذ بالله - لصغرهم وجهلهم بسبب الأذية والإضرار, ينبغي تهيئة مايعين الطلاب على بلوغ هذه الغايات الطيبة.

14 - أسئلة الاختبار أمانة في أعناقكم, "ولا إيمان لمن لا أمانة له"; فإفشاء الأسرار أو تنبيه الطلاب على مواضع الأسئلة أو السكوت على الغشاشين = ذنب كبير وشر مستطير; يخرج للأمة من يتسمى بالعلم غشا وزورا, فتحمل بين يدي الله إثمه.

15 - درجات الاختبار أمانة; فاتقوا الله في طلابكم وأعطوا كل ذي حق حقه وزنوا بالعدل, وأحسنوا فإن الله يحب المحسنين.

- نعم, لا نسوي بين الخامل وبين المجد, يستطيع المدرس الموفق الناجح أن يعطي كل ذي حق حقه, لكن بطريقة ليس فيها إضرار.

16 - امتحان الدنيا يذكر بامتحان الآخرة:
يدخل الطالب إلى الاختبار وقد هيئت له الأمور, فكيف إذا قدم على الله في يوم تشخص فيه الأبصار?

- يا للعجب أن تجد الآباء والأمهات مشفقين على الأبناء والبنات وهم يذهبون إلى الاختبارات والأكف ترفع بالدعوات ولا يبالي الأب بابنه حينما يصير إلى الله في الامتحان الأكبر!

- من منا سأل الله لنفسه وأولاده أن يجيره الله من عذاب الآخرة?

- فإن الامتحان كل الامتحان في الآخرة, هنا إذا لم ينجح ينجح في دور ثان, ولكن هناك إذا فرق بين الأب وابنه فراقا لا لقاء بعده أبدا فريق في الجنة وفريق في السعير.

- نسأل الله أن ييسر على أبناء المسلمين ويكتب لهم التوفيق والنجاح, والله أعلم.

[مفرغة ومجموعة ومهذبة من أربعة أجوبة صوتية متفرقة مع خطبة لمعالي الشيخ د محمد بن محمد المختار الشنقيطي -. المدرس بالمسجد النبوي وعضو هيئة كبار العلماء]

أبو عبدالرحمن

Sumber: http://fawaed14.blogspot.com/2013/05/blog-post_17.html?m=1

Donnerstag, 1. Mai 2014

DAN RAJAB PUN TIBA

Sahabat fillah....
Tak terasa kita telah memasuki bulan Rajab, satu diantara bulan-bulan yang diharamkan Allah azza wa jalla. Dinamakan bulan haram kerana Allah azza wa jalla mengharamkan peperangan dan kedzaliman di dalamnya. Ini tidak berarti bahwa boleh melakukan kedzaliman diluar bulan tersebut. Akan tetapi larangan berbuat dzalim di bulan-bulan haram lebih ditekankan lagi

Walaupun bulan ini secara khusus dimuliakan Allah azza wa jalla, tidak serta merta bisa dijadikan alasan untuk mengkhususkan amalan-amalan tertentu di dalamnya. Karena amal ibadah sifatnya tauqifiyah, hukum asalnya haram untuk dilakukan sampai ada dalil yang menunjukkan landasan ibadah tersebut.

Syariat kita juga telah menetapkan bahwa tidak boleh mengkhususkan ibadah tertentu pada waktu tertentu tanpa adanya dalil yang sohih baik dari Al Qur'an maupun As Sunnah. Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda: " Barangsiapa yang melakukan satu amalan yang tidak kami perintahkan, maka amalan tersebut tertolak" (HR. Muslim)

Berikut ini kami paparkan secara ringkas beberapa amalan yang populer di bulan Rajab

1. Sholat Raghaib

Ibadah sholat ini tidak dikenal dikalangan salafusshalih, ia baru muncul pada abad ke 5 hijriah. Tidak ada hadits sohih yang bisa dijadikan hujjah atas disyariatkannya amalan ini. Adapun riwayat yang mengatakan: " Bulan Rajab adalah bulan Allah, Sya'ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku, dan tidaklah seseorang melakukan puasa pada kamis pertama bulan Rajab, kemudian melakukan sholat antara magib dan isya (malam jumat), dan membaca surat al fatihah sekali, inna anzalnahu fii lailatil qadr" tiga kali, Qul huwallahu ahad 12 kali dan melakuan salam pada setiap dua rakaatnya, bila telah selesai melaksanakan shalat dia bershalawat kepadaku 70 kali kemudian berdoa meminta apa saja niscaya akan dikabulkan untuknya dst..." Riwayat ini adalah riwayat palsu.

Imam At Tharthusi menyebutkan: " Hadits ini pertama kali dibuat di Baitul maqdis pada tahun 448 H, saat itu ada seorang laki-laki nablus yang bernama Ibnu Abi Al Hamraa' datang ke Baitul Maqdis. Orang ini sangat bagus bacaannya, dialah yang pertama kali melakukan shola ragahib dimasjid Al-Aqsha, setelah itu ritual ini menyebar dan tak seorangpun dari pakar hadits yang menyatakan kesohihan riwayat yang berkenaan dangan sholat ini.

Di dalam Asna Al-Mathaalib (1/206) Al-Allamah Zakaria Al-Anshori As Syafi'i -rahimahullah- meyatakan bahwa "diantara bid'ah yang tercela adalah sholat raghaib yang jumlahnya 12 rakaat dilaksanakan antara maghrib dan isya pada malam jum'at pertama bulan Rajab. Begitu juga dengan shalat malam nishfu sya'ban sebanyak 100 rakaat? dan jangan terbedaya dengan orang yang menyebutkan (adanya) kedua amalan tersebut"

Syaikhul Islam Ahmad Ibnu Abdil Halim Al-Harrany saat ditanya tentang shalat raghaib apakah disunnahkan atau tidak.? Beliau menjawab : " Shalat ini tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, tidak juga oleh para sahabat, tabiin, maupun imam-imam kaum muslimin. Rasulullah tidak pernah menganjurkannya, tidak juga salaf dan para imam. Mereka juga tidak menyebutkan bahwa malam ini memiliki keutamaan khusus. Adapun hadits-hadist yang diriwayatkan dari nabi shallallahu alaihi wasallam seputar hal itu semuanya dusta dan palsu berdasarkan kesepakatan para ahli yang kompeten dibidangnya (muhaddits).

Imam Nawawi -rahimahullah- berkata: " “Shalat yang dikenal dengan sebutan shalat Ragha’ib yaitu shalat 12 rakaat yang dilakukan antara Maghrib dan Isya’, yakni malam awal hari Jumat pada bulan Rajab, dan shalat malam pada nishfu sya’ban seratus rakaat, maka dua shalat ini adalah bid’ah munkar yang buruk, janganlah terkecoh karena keduanya disebutkan dalam kitab Quut al Qulub dan Ihya Ulumuddin, tidak ada satu pun hadits yang menyebutkan dua shalat ini, maka semuanya adalah batil.” (Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab; 2/379.)

Ad Dzahabi mengatakan: "Hadits sholat Raghaaib batil tanpa keraguan sedikitpun."

Kesimpulannya tidak ada nash yang valid berkaitan dengan keutamaan beribadah dibulan rajab baik itu puasa maupun amalan-amalan lainnya. Kesimpulan Ini merupakan kesepakatan para ulama hadits diantaranya Al Hafidz Ibnul Qayyim, Al Hafidz Al Khattabi, Al Hafidz Ibnu Rajab dan Al Hafidz Ibnu Hajar -Rahimahumullah-

2. Shalat pada Pertengahan Bulan Rajab dan Malam Isra' dan Mi' raj.

Kedua amalan diatas tidak disyariatkan karena dalil yang dijadikan dasar untuk kedua amalan tersebut tidak valid

3. Puasa Rajab.

Amalan ini juga tidak disyariatkan, adapun riwayat yang mengatakan bahwa, "Di dalam surga ada sungai yang bernama Rajab, airnya lebih putih dari salju, lebih manis dari madu, barangsiapa yang berpuasa sehari di bulan rajab maka dia akan minum dari sungai itu''. Ibnul Jauzy mengatakan hadits ini tidak shahih, sementara Adz Dzahaby menyebut hadits ini batil. Namun bila seseorang melakukan puasa senin kamis atau ayyam al bidh yang lebih dikenal dengan puasa putih tanpa bermaksud mengkhususkannya dengan bulan rajab maka hal itu tidak mengapa.

4. Umroh di bulan Rajab

Sebagian kaum muslimin meyakini bahwa umroh di bulan Rajab disunnahkan. Mereka berhujjah dengan peristiwa umroh Rasullah shallah shalllallahu alaihi wasallam yang dilakukan bertepatan dengan bulan Rajab. Pendapat ini tentunya keliru. Sebab Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- tidak mengkhususkan bulan tersebut dengan umroh, hanya saja umroh beliau -shallahu alaihi wasallam- bertepatan dengan bulan Rajab. Namun bila seseorang melakukan umroh di bulan Rajab tanpa mengaitkannya dengan kekhususan bulan Rajab, maka hal tersebut tidak mengapa.

5. Merayakan Malam Isra' Dan Mi'raj.

Untuk ritual yang terakhir ini tidak ditemukan hadits yang palsu sekalipun apalagi shahih sebagai landasannya. Bila memang baik tentunya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para shabat telah melakukannya. Lagipula terjadi silang pendapat dikalang ulama mengenai kapan pastinya peristiwa besar itu terjadi.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, ''Tidak ada dalil yang tegas yang menyatakan bahwa peristiwa Isro’ Mi’roj terjadi pada bulan tertentu atau sepuluh hari tertentu atau ditegaskan pada tanggal tertentu. Bahkan sebenarnya para ulama berselisih pendapat mengenai hal ini, tidak ada yang bisa menyeputkan waktunya dengan pasti.''(Zaadul Ma’ad; 1/54)
Ibnul Haaj mengatakan, ''Di antara praktik yang tidak memiliki tuntunan yang dilakukan pada bulan Rajab adalah perayaan malam Isro’ Mi’roj pada tanggal 27 Rajab.'' (AL Madkhol; 1/294)

Jadi....

"ikutilah dan jangan berbuat bid'ah, karena kalian telah dicukupi"
(Ibnu Mas'ud -radhiallahu anhu-)

Semoga bermanfaat

--------------------------------
Madinah 1 Rajab 1435 H

POTRET PERSAUDARAAN KITA

(edisi bercermin kembali)

Ibul Qayyim Al Jauziyah -rahimahullah- berkata:

"Bila ada orang yang menyayangi anda karena sesuatu, maka dia akan berpaling saat sesuatu tersebut hilang dari anda".

-Miftaah Ad Daar As Saadah-

Dalam hidup kita harus cerdas membedakan mana orang yang hadir sebagai saudara, sahabat, atau orang yang cuma numpang lewat. Apalagi hari ini, dimana kata ukhuwah (persaudaraan) tak lebih dari sekedar penghias majelis saja, selalu manis diujung lidah tapi jauh dari praktek.

Hari ini... Ukhuwah hampir selalu identik dengan kepentingan bisnis, kesamaan hobi, kesamaan visi dalam berpartai atau karena tujuan-tujuan lain yang sebenarnya jauh dari makna ukhuwah yang diajarkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam 14 abad silam.

Beliau -shallallahu alaihi wasallam- pernah bersabda:

“Seorang muslim adalah saudara bagi sesama muslim lainnya. Tidak boleh menganiaya ataupun membiarkan dianiaya. Barang siapa memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhannya.Barang siapa melapangkan kesusahannya, maka Allah akan melapangkan kesusahannya di hari kiamat. Barang siapa menutupi aibnya, maka Allah akan menutupi aibnya dihari kiamat“ (HR. Bukhori)

"Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling kasih, saling menyayangi dan saling cinta adalah seperti sebuah tubuh, jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakan sulit tidur dan demam. (HR.Muslim)

Tentunya... makna ukhuwah yang tersurat dalam sabda tersebut adalah makna ukhuwah yang murni, jauh dari tendensi pribadi atau kepentingan duniawi. Bahkan makna ukhuwah tersebut menembus segala batas-batas materi, pangkalnya menancap di bumi, namun ujungnya menjulang ke surga.

Kita harus bercermin kembali pada generasi awal yang hidup dalam tarbiyah nabawiyah, membaca kembali kisah keteladanan mereka, bukan untuk sekedar berbangga namun untuk meneladani, supaya kemusliman kita tampil dalam performa yang luhur.

Saatnya merekatkan ukhuwah diatas minhaj nubuwah.

-----------------
Madinah 04-06-1435 H


KUMPULAN STATUS BULAN APRIL 2014 M

MURTAD KARENA CINTA
(belajar dari sejarah)

Murtad karena cinta, ku dengar kisah itu terulang lagi di negeriku, kali ini menimpa seorang pulic figur -semoga Allah mengembalikannya pada fitrah Islam-. Namun itu bukan sesuatu yang mengherankan, karena dulu ada insan yang jauh lebih sholeh darinya juga murtad karena cinta. Wa iyaadzu billah.

Dalam kitab “At-Tadzkirah”, Imam Qurthubi menceritakan kisah tentang seorang muadzin yang murtad karena cinta.

Beliau mengatakan: Dulu di Mesir ada seorang hamba yang mengabdikan dirinya untuk mengumandangkan adzan sholat. Raut wajahnya selalu memancarkan cahaya ketaatan. Suatu hari seperti biasanya ia menaiki menara untuk mengumandangkan adzan. Kebetulan tepat di bawah menara tersebut terdapat sebuah rumah milik seorang Nashrani dzimmi. Ia lantas menengok ke rumah tersebut, tanpa sengaja ia melihat puteri pemilik rumah tersebut. Sang muadzin langsung terpesona pada wanita, akhirnya ia mengurunkan niatnya untuk mengumandangkan adzan. Tanpa pikir panjang la turun dari menara dan menemui wanita tersebut di dalam rumahnya.

Wanita itu bertanya kepadanya: “Ada urusan apa engkau ke sini, apa yang kau inginkan.?”.

Ia menjawab: “Aku menginginkanmu”. Wanita itu bertanya lagi: “Untuk apa?”.

Ia menjawab: “Engkau telah merampas hati dan segenap jiwaku”.

Wanita itu berkata: “Aku tidak ingin memenuhi keinginginanmu ditas sebuah keraguan (tanpa status)”.

Ia menjawab: “Aku akan menikahimu”.

Wanita itu menjawab: “Bagaimana mungkin, kamu seorang muslim sedangkan aku seorang Nashrani. Ayahku pasti tidak akan mau menikahkanku denganmu”.

Karena dibutakan cinta pemuda itu berkata: “Aku akan masuk agama Nashrani”.

Wanita itu berkata: “Jika engkau melakukan hal itu, maka aku siap menikah denganmu”.

Akhirnya sang muadzin itu memeluk agama Nashrani dan menikah dengan wanita itu dan tinggal serumah bersama mereka.

Di pertengahan hari, untuk suatu keperluan ia naik ke atap rumah, namun ia terjatuh dan mati. Akhirnya ia kehilangan dua hal, mati tidak dalam keadaan muslim, tidak juga dapat tinggal bersama wanita tersebut untuk selamanya."

Kisah diatas menegesakan pada kita untuk tidak mudah tertipu dengan pemaknaan semu soal cinta, kecantikan, atau pemaknaan lain tentang ikatan kasih yang keliru hingga melampaui batas-batas yang telah di atur didalam agama kita yang mulia.

Kisah itu juga mengajari kita agar tidak mudah tertipu atau bangga dengan amal sholeh yang sudah kita lakukan. Sebab kita tidak tau pasti dengan apa Allah akan menutup cerita tentang kita. Rasulullah -shallahu alaihi wasallam pernah bersabda: "Hati manusia berada diantara dua jemari Allah, Dia membolak-balikannya menurut kehendak-Nya". Tak heran bila dalam sujudnya Rasulullah shallahu alaihi wasallam selalu berdo'a "

"يا مقلِّب القلوب ثَبِّت قلبي على دينك "

"Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, Tetapkanlah hatiku diatas agama-Mu"

Hal itu sebagai bentuk pengajaran pada ummat supaya menjadikan do'a tersebut bagian dari munajat mereka pada Allah. Apalagi dizaman fitnah seperti saat ini, dimana semua berubah dengan cepat. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:, “Bersegeralah beramal sebelum datangnya rangkaian fitnah seperti sepenggalan malam yang gelap gulita, seorang laki-laki di waktu pagi mukmin dan di waktu sore telah kafir, dan di waktu sore beriman dan pagi menjadi kafir, ia menjual agamanya dengan kesenangan dunia.” (HR. Ahmad No. 8493)

Sungguh benar apa yang diberitakan Rasulullah -shallahu alaihi wasallam-. Hari ini dengan mudah kita melihat orang-orang yang di pagi harinya masih beriman, namun karena kepentingan duniawi dan kenikmatan sesaat, tiba-tiba di waktu sore ia telah menjadi kafir. Demikian pula ada diantara mereka yang di sore harinya masih beriman, namun entah apa yang terjadi di malam hari, hingga tiba-tiba kita mendapatinya telah menjadi kafir dipagi hari. Semoga Allah mengarunikan pada kita Khusnul Khtimah.

Ya Allah.. Tetapkan hati kami dalam Imam.

Madinah, Jum'at 04-06-1435 H


117. SEMAKIN TAU SEMAKIN MERASA BODOH

Memang benar, semakin kita belajar semakin kita mengerti bahwa ada banyak hal yang tidak kita ketahui. Itulah sebabnya mengapa para ulama senior semakin hati-hati dan banyak berkata la adri (saya tidak tau) diusia senjanya. Contoh yang paling dekat adalah Syaikhuna Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad Al Badr -hafidzahullah- tak terhitung berapa banyak beliau mengatakan la adri.

Bahkan di antara ulama senior itu ada yang tidak mau menjawab persoalan dengan ijtihadnya, apalagi rela bila orang lain beragama dengan hasil ijtihadnya tersebut. Padahal mengamalkan hasil ijtihad seorang alim bukan sesuatu yang terlarang selama ijtihadnya sesuai dengan kaidah-kaidah syar'ie.

Dosen saya pernah bilang, "Di jagad ilmu siapa yang tidak mengenal syaikh Muhammad Al-Amin As-Syinqity..? Siapa yang tidak mengenal keilmuan beliau...? Namun di akhir hayatnya beliau memilih untuk mencukupkan diri dengan menjawab permasaalahan yang jawabannya secara tekstual termaktub dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Bila harus menjawab dalam persoalan ijtihadiyah dia akan berkata, "Abu Hanifah berkata, Malik berkata, Syafi'ie berkata, Ahmad berkata, adapun aku tidak mengatakan apa-apa. Kata-kata itu tentunya lahir dari sifat wara beliau setelah rihlah yang panjang dalam menuntut ilmu''.

Sikap beliau -rahimhullah- mengingatkan saya pada Tabiin yang mulia Atha Ibnu Abi Rabah -rahimahullah-. Ibnu Asaakir meriwayatkan dalam taarikh Dimayq, bahwa suatu saat beliau -rahimahullah- pernah ditanya tentang suatu masaalah. Maka meliau menjawab:
"Aku tidak tahu, penanya tadi berkata: Tidakkah engkau mau mengutarakan pendapat pribadimu dalam masaalah ini..? Atho menjawab:

إني أستحي من اللَّه أن يدان فِي الأرض برأيي

"Aku malu pada Allah, jika orang-orang dimuka bumi ini beragama dengan pendapatku"

Sudah selayaknya seorang ustadz atau penuntut ilmu yang menjadi tempat bertanya masyarakat umum selalu melihat jauh ke arah kampung akhirat yang menjadi tujuan. Sangat perlu banginya untuk bertanya kearah mana fatwa-fatwa yang diucapkannya itu kelak akan membawanya.? Setidaknya pertanyaan ini akan membuatnya lebih hati-hati serta tidak bermudah-mudah dalam mengomentari masaalah yang tidak diketahui duduk persoalanya.

Status ini bukan sebagai ajakan untuk bersikap jumud, taqlid buta apalagi menutup pintu ijtihad, sama sekali tidak. Status ini adalah nasehat untuk saya pribadi supaya lebih tau diri, tau kapan harus diam dan kapan harus bicara, tau mana tugas saya sebagai thulaib ilm dan mana tugas ulama kibar.
Karena tidak semua masaalah harus dikomentari.

-----------------
05-06-1435 H


119. REHAT SEJENAK

Dicintai dan dibenci adalah sebuah keniscayaan. Karena ridho manusia merupakan suatu hal yang mustahil untuk diraih. Bagaimanapun baiknya seseorang pasti ada yang membencinya. Imam Syafi'I –rahimahullah pernah berkata, "Tidak ada jalan untuk menghindar dari gangguan manusia, maka bersungguh-sungguhlah terhadap apa yang mendatangkan manfaat untukmu dan jangan pedulikan mereka". Iya, hanya pengecut yang akan menghabiskan hidupnya untuk melayani para pembenci, adapun orang-orang besar mereka akan menghabiskan waktunya untuk menjadi berarti dihadapan Allah.

------------------------
Senin 08-06-1435 H.


000. MAAFKAN BILA DIA TAK SEMPURNA

من ذا الذي ماساء قط؟
ومن له الحسنى فقط؟

Siapa yang tak pernah salah…?
Dan siapa juga yang hanya punya kebaikan saja..?

Begitu kata orang arab…

Karena seonggok daging yang bernama manusia itu adalah tempat salah dan lupa. Menuntut kesempurnaan darinya hanya akan membuat hati lelah. Mencari sahabat dengan kriteria sempurna tanpa cela seperti halnya menegakkan benang yang basah, semua akan sia-sia dan berakhir dengan sepi tanpa kawan.

Diriwayatkan bahwa Raja bin Haiwah -rahimahullah- berkata:

“Siapa yang tidak mau bersahabat kecuali dengan orang yang (menurutnya) tidak tercela, maka sahabatnya pasti sedikit. Siapa yang selalu mengharapkan kesempurnaan dari sahabatnya, ia akan selalu mendongkol. Dan siapa yang mencela sahabatnya atas setiap dosa yang dilakukannya, niscaya dia akan banyak memiliki musuh.” (“Siyaru A’laamin Nubalaa’ IV:557)

Berhentilah menuntut kesempurnaan dari sahabatmu, karena kesempurnaan hanya milik Allah..

----------------------------------
Jeddah, Sabtu 17-03-1435 H


121. HARI SUDAH SORE, KEMBALILAH KE MASJID

Dalam surat pribadi yang ditulis Syaikh Mahmud Syukri Al Alusy kepada Syaikh Jamaludin Al Qasimy-rahimahumallah- ada sebaris kalimat yang hingga saat ini masih terus melekat dalam ingatan saya, beliau mengatakan: "Bila kita sulit melakukan ishlah (perbaikan) dibidang politik, maka kita harus sungguh-sungguh dalam melakukan pembaharuan dibidang ilmu". Saya kira sudah saatnya kita kembali ke masjid untuk melakukan pembaharuan itu, karena sejarah telah membuktikan bahwa generasi rabbani tidak tumbuh dan dibina dijalanan, tapi masjid. Sejarah juga telah membuktikan bahwa kita hanya akan mulia dengan apa yang membuat generasi terdahulu mulia. "Kami adalah kaum yang dimuliakan dengan islam, kapan kami mencari kemuliaan dengan selain islam maka Allah akan menghinakan kami" Begitu tutur Amirul Mukmin Umar -radhiallahu anhu- .
Hari sudah sore, kembalilah ke masjid.

_______________________
Madinah, 09-06-1435 H


122. ENGKAULAH PEMENANG, SEKALIPUN NAMAMU MASUK PERINGKAT AKHIR

Ketahuilah wahai penuntut ilmu...
Umat tidak peduli apakah nilai akademikmu tinggi atau tidak.
Mereka juga tidak peduli apakah engkau masuk dalam peringkat 10 besar atau tidak.
Namun ada dua hal yang pasti mereka tunggu darimu:

Pertama: Baiknya agama dan keistiqomahanmu, serta konsekuensi yang lahir dari keduanya berupa kebagusan akhlak yang kelak akan menjadi terjemahan terbaik dari keislamanmu. Bila engkau diberi taufiq dalam mewujudkan itu semua, maka engkaulah pemenang sekalipun namamu berada diperingkat akhir.

Kedua: Mereka juga menunggu kematangan serta penguasaanmu yang baik terhadap ilmu. Bila engkau menguasai dengan benar ilmu yang nantinya akan engkau sampaikan, maka engkaulah sang juara meski namamu berada diurutan paling akhir. Allah sendiri yang nantinya akan mengangkat derajadmu walau untuk waktu yang lama. Maka jangan sekali-kali engkau menjadikan prestasi duniawi sebagai obsesi. Bersungguh-sungguhlah dalam mewujudkan keistiqomahan, akhlak yang baik, sertai penguasaan yang baik terhadap ilmu yang kau tekuni.

Syaikh DR. Muhammad Muhammad Mukhtar As Syinqity -Hafidzahullah-

______________
10-06-1435 H


129. NGALAP BAROKAH DENGAN ITTIBA'

Ngalap berkah yang paling baik dan paling memberi manfaat bagi seorang muslim adalah ittiba' mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang disertai cinta kepadanya. Ini jauh lebih bermanfaat ketimbang mencari-cari atsar (bekas peninggalan beliau baik berupa pakaian, rambut dan lain-lain). Lihatlah gembongnya orang munafik Abdullah bin Ubay bin Salul, dia dimakamkan bersama pakaian Rasulullah sebagai kafan, akan tetapi hal itu tidak memberi manfaat dan merubah kedudukannya disisi Allah. Bahkan Allah berfirman:

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka" (Qs: An Nisa: 145)

Sementara di belahan bumi yang lain ada Uwais Al Qarni, beliau tidak pernah bertemu dengan Rasulullah padahal hidup dizaman beliau, hanya saja beliau sangat mencintai Rasulullah dan memilih hidup diatas petunjuknya, beliau sangat berbakti pada ibunya. Sampai-sampai Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:" Apabila kalian mendapatinya mintalah agar dia memohonkan ampun untuk kalian. (HR. Muslim).

Di dalam Tauhid dan ittiba' ada keberkahan hidup yang sesungguhnya.

Ingat..!

Cinta dan ittiba harus sejalan. Cinta tanpa amal tidak akan bermanfaat. Kalau sekedar cinta saja, tentu orang-orang yahudi akan bersama nabi-nabi mereka disurga. Begitu juga dengan nashara. Akan tetapi kecintaan mereka tidak memberikan manfaat sama sekali bagi mereka disebabkan penyimpangan yang mereka lakukan terhadap ajaran nabi-nabi mereka

Faidah dari majelis Syaikh DR. Ali Abdurrahman Al Hudzaify -hafidzahullah-. Imam dan Khatib Masjid Nabawi, Madinah Nabawiyah. 13-06-1435 H


131. USTADZ JUGA MANUSIA

Seorang stadz atau alim bukan orang yang tak pernah salah. Dia juga bukan orang yang harus tahu semua permasaalahan agama. Hal ini sudah dijelaskan para ulama sejak jauh-jauh hari, agar nantinya tidak akan ada lagi orang yang menyibukkan diri dengan menghitung-hitung kesalahan seorang alim/ust kemudian menjadikannya argumen untuk menghukumi alim/ust fulan bodoh karena tidak tau permasaalahan ini dan itu.

Imam Ibnu Abdil Bar -rahimahullah- mengatakan:

"Seorang alim tidak lepas dari kesalahan

Siapa yang sedikit salahannya dan banyak benarnya maka dia seorang alim.

Dan siapa yang sedikit benarnya dan banyak salahnya maka dia seorang jahil"

(Jami' bayaan al ilmi: 2/106)

Hal tersebut juga ditegaskan oleh Yaqut Al Hamawi, beliau mengatakan: "Seorang alim/ust pasti ada saja yang tidak diketahuinya. Bisa saja dia tidak mengetahui jawaban terhadap masaalah yang ditanyakan kepadanya, dikarena masaalah tersebut belum pernah didengar sebelumnya atau karna dia lupa". (Irsyaad al ariif: 1/24)

Syaikhul Islam Ahmad Ibnu Abdil Halim Al Harrany -rahimahumallah- menambahkan: "Kalau seandainya seorang alim/ust yang banyak memberikan fatwa salah dalam seratus masaalah, maka itu bukan suatu aib. Karena siapa saja selain Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- dia bisa benar dan bisa saja salah" (Majmu Fatawa: 28/301)

Betapa banyak persoalan agama yang terlihat mudah dan sepeleh bagi sebagian kita, namun persoalan tersebut luput dari pengetahuan ulama-ulama besar islam. Berapa banyak masaalah yang masyhur bagi sebagian orang, namun tidak bagi yang lain. Kita ambil contoh hukum isti'dzan, persolan ini luput dari seorang Umar -radhiallahu anhu- dan sahabat lainnya, mengapa..? karena mereka juga manusia. Maka tidak sepantasnya bila kita menemukan seorang alim/ustadz yang tidak bisa menjawab satu atau dua peranyaan lalu dengan mudah kita merendahkan alim/ tersebut, apalagi sampai mengatakan fulan itu bodoh.

Semoga bermanfaat

________
Madinah-15-06-1435 H


134. BEGINILAH MEREKA MENTARBIYAHKU.

Syaikh Shaleh bin Saad As Suhaimy -hafidzahullah- berkata:

"Diantara yang aku pelajari dari sikap guru-guruku, semisal Syaikh Bin Baz, Syaikh Ibnu Utsaimin, Syaikh Hammad, Syaikh Shaleh Al-Fauzan, Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad, dan masyaikh lainnya adalah tidak ikut turut alur dalam mendebat atau mencekcoki orang-orang bodoh.

Karena berdebat orang bodoh itu tidak akan membuahkan hasil. Mudharatnya jauh lebih besar ketimbang manfaatnya"

(Al-Quthuf Ad-Dawaany Syarh Nuniyah Al-Qahtany: 2/181-182)

_____________
17-06-1435 H


135. PEGANGAN HIDUP

Syaikhul Islam -rahimahullah- berkata:

"Siapa saja yang mencari petunjuk dengan selain Al Qur'an dan As Sunnah, maka hal itu tidak akan menambah (untuk dirinya) kecuali semakin jauh dari Allah"

(Al Fatawa: 5/249)

________________
18-06-1435H

000. CIRI PELAKU BID'AH

Allamah Ibnu Utsaimin -rahimahullah- berkata:

"Ahli bid'ah itu punya banyak ciri diantaranya mereka begitu fanatik dengan pendapat mereka, sehingga mereka tidak mau kembali kepada kebenaran sekalipun kebenaran itu telah jelas bagi mereka"

(Al-Majmu: 5/90)

135. MEREKA YANG KUKAGUMI

Dahulu ada Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim -rahimahumallah-, dua pribadi yang tak bisa dipisahkan. Ruh ilmiyah selalu menyertai setiap tarikan pena mereka.

Adapun diabad ini ada 5 penulis besar yang karya mereka begitu menginspirasi banyak orang.

Mereka Adalah :

1. Al Allamah Mahmud Syukri Al Alusy
2. Al Allamah Muhammad Basyier Al Ibrahimy
3. Al Allamah Muhammad Al Khidhir Al Husain
4. Al Allamah Muhammad At Thahir Ibnu Asyuur
5. Al Allamah Bakar Abu Zaid

Rahimahumullah

Semoga Allah mencurahkan rahmat atas mereka.

______________
19-06-1435 H


137. ANTARA SOMBONG DAN UJUB

Ibnul Mubarak -rahimahullah- pernah ditanya:

"Kesombongan itu apa..?

Beliau menjawab: "Saat engkau meremehkan manusia"

Beliau ditanya lagi, "Kalau ujub..?"

Beliau menjawab: "Saat engkau menganggap bahwa engkau memiliki satu kelebihan yang tidak dimiliki orang lain"

(As-Siyar: 8/407)

19-06-1435 H



138. MELIHAT KEBAWAH
(memaknai sifat qanaah)

Sahabat.. Sering terbersit dalam benak kita sebuah tanya. Mengapa setiap kali melihat orang yang diberi kelebihan oleh Allah dari sisi materi, dada kita menjadi sesak, jiwa kita lelah, ada hasrat untuk memiliki apa yang mereka miliki. Tak jarang hasrat itu membuat nikmat yang ada dalam genggaman seolah tak ada artinya..?

Jawabannya, karena kita lalai dalam mengamalkan wasiat Rasulullah shallahu alaihi wasallam. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan At Tirmidzi dari Sahabat Abu Hurairah –radhiallahu anhu-, Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda:

انْظُرُوا إلى مَنْ هو أسْفَلَ مِنْكُم، ولا تَنْظُروا إلى مَنْ هو فَوْقَكُم، فهو أجْدَرُ أنْ لا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ الله عليكم

“Lihatlah kepada orang yang dibawah kalian dan jangan melihat orang yang lebih di atas kalian. Yang demikian itu (melihat ke bawah) akan membuat kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan-Nya kepada kalian.” (HR. Muslim).

Dalam riwayat lain Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian melihat orang yang diberi kelebihan dalam hal harta atau rupa/fisik, maka hendaklah ia melihat orang yang lebih dibawah dari dirinya.”

Kedua hadits di atas mengandung pelajaran penting untuk setiap muslim, agar mereka selalu melihat ke bawah dalam perkara dunia. Karena melihat keatas hanya akan membuat diri berkeluh kesah, dada menjadi sesak, pikiran menjadi kalut, hati menjadi lelah memikirkan dunia yang seolah berpihak pada orang lain. Dan pada akhirnya diri inipun lalai mensyukuri karunia Allah yang ada.

Namun bila kita melihat kebawah, kita akan tau bahwa ada orang lain yang hidupnya jauh lebih sulit dari kita, sehingga hati terpanggil untuk mensyukuri berbagai karunia itu.

Dalam uraiannya terhadap hadits diatas, Imam Al Mubarakfury –rahimahullah- berkata:" Apabila seseorang memandang pada orang yang diberi kelebihan dari sisi materi, maka dia akan menganggap remeh nikmat yg ada pada dirinya. Dan hal itu akan menjadi penyebab kemurkaan Tuhannya. Namun bila ia melihat ke bawah, dia akan bersyukur, bersikap tawadhu, dan memuji Rabb-nya atas segala limpahan karunia-Nya" (Tuhfatul Ahwadzi 7:182)

Ada satu ungkapan menarik dari seorang salaf, Aun Ibnu Abdillah Ibnu Utbah –rahimahullah-. Beliau mengatakan, "Aku banyak bergaul dengan orang-orang kaya, maka aku tidak mendapati orang yang paling banyak obsesinya melebihi diriku. Aku selalu melihat tunggangan mereka jauh lebih baik dari tungganganku, pakaian mereka jauh yang lebih baik dari pakaianku. Namun setelah mendengar hadits ini aku memilih bergaul dengan orang-orang faqir. Maka akupun merasakan ketenangan dan rehat karena letih mengejar obsesi".

Sahabat… Sudah selayaknya bagi seorang mukmin untuk tidak menolehkan pandangannya kepada ahli dunia, karena hal itu hanya akan menumbuhkan kekaguman yang selalu berakhir dengan jiwa yang lelah..
Allah azza wa jalla berfirman:

وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِۦٓ أَزْوَٰجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ ۚ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ

Artinya:

Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan di dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Rabbmu adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS. 20:131)

Berhentilah menatap dan mengharap kemegahan dunia yang ada pada orang lain, syukuri apa yang ada. Agar kita menjadi hamba yang qanaah. Ingat! Ini bukan soal banyak atau sedikit, tapi murni soal keberkahan.

Itu dalam perkara dunia, adapun dalam perkara agama/akhirat yang berlaku adalah sebaliknya. Seorang muslim diperintahkan untuk selalu melihat ke atas, kepada orang yang lebih baik darinya dalam dalam hal ketaqwaan, amal sholeh dan ketaatan lainnya. Agar semangatnya terpacu untuk terus mempersembahkan amal terbaik disisa waktu yang ada.

__________________
Madinah 19-06-1435 H


139. HAKIKAT ZUHUD

Imam Ibnul Qayyim- -rahimahullah- berkata:

"Zuhud itu bukan meninggalkan dunia yang ada dalam genggamanmu. Dan membiarkannya bercokol di dalam hatimu. Zuhud yang sesungguhnya adalah saat engkau tidak membiarkan dunia bercokol di dalam hatimu saat ia berada dalam genggamanmu"

(Thariiq Al-Hijratain: 454)

______________
20-06-1435 H


000. DIAM DAN TERGANTIKAN
(catatan seorang sahabat)

"Dan jika kamu berpaling (dari jalan yang benar) Dia akan menggantikan (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan (durhaka) seperti kamu." (Muhammad: 38)

Katanya, tugas mereka adalah belajar. Amalan tertinggi, lho.
Katanya, mereka belajar untuk dipraktekkan.
Katanya, sangat ingin menebar selaksa kebaikan.
Katanya, katanya, katanya ...

Apa iya?

Bukti indahnya lisan dan pincangnya amalan. Selalu bangga dengan kediaman. Masih baik jika diam baca buku. Tapi bagaimana jika diam dan tidak sedikitpun melaju?

Apa tidak malu?

Indah sekali deskripsinya. "Tugas utama". Coba lihat di seberang sana. Mereka memikul beban yang berlebihan. Bahkan beban bagianmu pun mereka pikul. Tak perduli jalan terseok. Sambil terengah mereka berkata, "Kami bantu bawakan beban ini . . . Takkan biarkan mereka pikul sendiri . . . "

Apa tidak malu?

Teruslah berbebal. Diam. Tunggu hingga Allah memilih yang lain. Karena Agama ini akan terus tegak. Dengan atau tanpa kontribusimu.

ARD. Sidohutomo

___________________

Catatan:

Tak bosan-bosannya saya membaca catatan ini...
Pesannya begitu dalam.
Barakallahu fiikum akh. Semoga Allah senantiasa menjaga antum.


141. IKUTILAH...

Abu Utsman An-Naisabury -rahimahullah- berkata:

"Siapa yang membiarkan hawa nafsu menguasai dirinya baik dalam berkata dan berbuat, maka dia akan terjerumus pada hal-hal bid'ah.

Karena Allaj azza wa jalla berfirman: "Dan bila kalian mengikutinya, maka kalian mendapat petunjuk"

(Minhajissunnah: 5/332)

Catatan:
Maksud dari ayat diatas apabila kalian mengikuti petunjuk Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam-, maka kalian akan mendapat petunjuk. Ayat ini memiliki mafhum (makna tambahan) yaitu barang siapa yang enggan mengikuti Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- dan menjadikan hawa nafsu sebagai landasan berfikirnya, maka dia akan terjatuh pada hal-hal bid'ah.

Wallahu a'lam.

______________
22-06-1435 H


000. BUAT SAHABAT-SAHABATKU

Sahabat itu seperti pensil warna yang mewarnai hidup kita.
Saya mungkin bukan warna kesukaan anda. Namun saya berharap suatu saat nanti anda memerlukan saya untuk menyelesaikan gambar anda.

Uhibbukum fillah

22-06-1435 H

142. FIQIH FITNAH

Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda:

Artinya:

"Keberkahan itu menyertai orang-orang yang sudah tua diantara kalian"

(HR. Hakim)

Syaikh Prof.DR. Sulaiman Ar-ruhaily -rahimahullah- pernah berkata:

"Bila terjadi perselisihan (terutama dalam persoalan-persoalan fitnah) maka merujuklah pada orang-orang yang sudah tua baik dari segi ilmu dan usia. Dan tinggalkan pendapat-pendapat pribadi (yang bersumber dari) anak-anak muda"

(Fiqh Fitan: 28)

Catt:
Nasehat ini kami dengar langsung saat disampaikan beliau beberapa tahun silam di auditorium King Abdul Aziz sebelum akhirnya dibukukan. Nasehat serupa banyak kita temui dari salafusshaleh. Dan ini merupakan prinsip ahlussunnah dalam menyikapi berbagai fitnah. Selanjutnya lihat penjelasan Imam Al-Munawi dalam Faidhul Qadir: 3 /287.

23-06-1435 H


143. TITIK TERANG SEBUAH PERSELISIHAN

Allah azza wa jalla berfirman:

{ كان الناس أمة واحدة فبعث الله النبيين مبشرين ومنذرين وأنزل معهم الكتاب بالحق ليحكم بين الناس فيما اختلفوا فيه }

“Dahulu manusia itu adalah ummat yang satu. maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan"

(Al-BaQaroh: 213)

Syaikhul Islam Ahmad Ibnu Abdil halim Al Harrany -rahimahullah- berkata: "Manusia itu, tidak ada yang bisa menyelesaikan beragam perselisihan diantara mereka melaikan Kitab yang diturunkan dari langit. Bila mereka mengembalikan (apa yang mereka perselisihkan) pada akal-akal mereka, maka setiap orang punya akal".

Maksudnya setiap orang akan merasa pendapatnya paling benar hingga sampai kapanpun perselisihan diantara mereka tidak akan menemukan titik terangnya.

(Dar At Taarudh: 1/133)

Wallahu a'lam.

23-06-1435 H


000. DIALOG HATI
(merendahlah)

Bila nafsu mengajakmu untuk bersikap angkuh, maka katakanlah,
"Wahai diri... Merendahlah, karena setinggi apapun kedudukanmu, tetap saja ada unsur tanah yang tidak istimewa di dalam dirimu.
Egkau bahkan tak lebih dari seonggok daging yang bila saatnya nanti, pasti kembali menjadi tanah jua"


Allah azza wa jalla berfirman:


مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَىٰ


"Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanyalah Kami akan mengembalikan kamu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain." (QS. Thaha 20: 55



______________
25-06-1435 H


144. JADILAH SINGA, BUKAN KIJANG
(memandang lebih jauh)

Syaikh Abu Ishaq Al-Huwainy -hafidzahullah- pernah mengajukan sebuah pertanyaan,

"Mengapa singa selalu bisa memburu kijang, padahal kijang lebih cepat larinya ketimbang singa..?"

Beliau kemudian memberi jawaban:

"Karena kijang banyak menoleh, hal itu membuatnya lambat berlari, sehingga memberi peluang bagi singa untuk menerkamnya. Sementara singa, dia tahu apa yang menjadi tujuannya, tak sedikitpun ia berpaling dari tujuannya itu.

Hikmahnya adalah, ketika engkau sedang dalam perjalanan menuju Allah, jangan terlalu banyak menoleh...
Jangan sibukkan diri dengan dunia yang menggiurkan, jadikan Allah sebagai tujuan hidupmu.

Jadilah singa, bukan kijang.

Catt: teks arabnya bisa dilihat disini: http://www.forsanhaq.com/showthread.php?t=318261

______________
25-06-1435 H


146. KEAJAIBAN UKHUWAH

Setelah membaca isi dari surat-menyurat antara Syaikh Mahmud Syukri Al-Alusy dan Syaikh Muhammad Jamaludin Al-Qasimy -rahimahumallah- saya merasakan pancaran ukhuwah yang luar biasa terjalin diantara keduanya.

Tak banyak yang tahu bila karya syaikhul islam yang kita nikmati saat ini merupakan hasil kerja keras keduanya baik dalam menghimpun karya-karya dalam bentuk manuskrip yang berserakan tersebut dari berbagai tempat, kemudian membacanya kembali untuk selanjutnya dicetak ulang. Sungguh bukan pekerjaan yang mudah.
Keduanya sangat mengagumi Syaikhul Islam dan Ibnul Qayyim. Tidak heran bila saat membuka tafsir Mahaasin At-ta'wil atau yang lebih dikenal dengan tafsir Al Qasimy serta karya-karya lainnya akan kita temukan banyak sekali nukillan-nukilan yang diadaptasi dari tulisan-tulisan syaikhul islam dan Ibnul Qayyim baik menyangkut tafsir, bahasa dan aqidah.

Kembali pada isi dari surat menyurat tadi.
Secara garis besar surat-surat itu berisi:

1. Ajakan untuk senantiasa istiqmah, terus melakukan dakwah dalam rangka meninggikan agama Allah.

2. Ajakan untuk menghidupkan kembali diskusi-diskusi ilmiah.

3. Saling bertukar informasi tentang kitab-kitab yang langka, disertai nasehat untuk mencetak buku-buku yang diperlukan umat.

4. Al-Qasimy mengingatkan, "Bila kita tidak mampu melakukan perbaikan dibidang politik, maka kita tidak boleh melewatkan peluang untuk melakukan pembaharuan dibidang ilmu.

5. Masing-masing saling mengungkapkan suka duka yang mereka hadapi di jalan dakwah, bersama mencari solusi terbaik atas problem yang dihadapi umat.

Banyak sekali faidah ilmiah dan adabiyah yang saya dapatkan dari kumpulan surat-surat itu.

Namun saya dibuat tercengang, saat tau bahwa ternyata kedua Syaikh itu tidak pernah bertemu hingga ajal menjemput. Walau keakraban hanya terjalin melalui surat-menyurat, namun banyak sumbangsih bersama yang telah mereka berikan untuk islam. Keduanya bahkan dikenang sebagai dwitunggal dakwah yang tak pernah bertemu.

Kadang hati ini berbisik,
"Berapa banyak kawan yang kau kenal di dunia maya.?
Lantas apakah ukhuwah itu ada..?
Pernahkan engkau bertukar nasehat dengan mereka atau sekedar bertegur sapa walau dengan seuntai salam .?
Bila tidak, lalu untuk apa pertemanan ini..?

Semoga Allah mengumpulkan kita bersama mereka dalam firdaus-Nya.

___________
27-06-1435 H

147. SAAT ENGKAU TERLELAP TIDUR, BOLEH JADI ADA NAMAMU DALAM DO'A-DO'A MEREKA.

ربما تكون نائما ؛ فتقرع أبواب السماء عشرات الدعوات لك من فقير أعنته بالقليل، أو
حزين أسعدته أو عابر ابتسمت له، فلا تستهين بفعل الخير أبدًا

"Saat engkau terlelap tidur, boleh jadi pintu-pintu langit diketuk oleh puluhan doa yang memohonkan kebaikan untukmu.. (Do'a itu datang) dari si fakir yang pernah engkau tolong, dari orang yang lapar yang pernah engkau beri makan, dari orang sedih yang pernah engkau bahagiakan, dari orang yang pernah berpapasan denganmu dan kau beri senyuman untuknya, atau dari orang yg dihimpit kesulitan yang telah engkau lapangkan..

Maka jangan pernah meremehkan sebuah kebajikan untuk selama lamanya.."

(Perkataan ini dinisbatkan kepada Ibnul Qoyyim Al Jauziyah. Wallahu a'lam)


Catt:

Ya, jangan pernah meremehkan sebuah kebajikan sekecil apapun kebajikan itu. Karena kita tidak tau dengan kebajikan mana Allah akan memasukkan kita ke dalam surga.

_________
27-06-1435 H


148. JADILAH PENASEHAT YANG BAIK, BUKAN PENCELA

Imam Al-Hafidz Ibnu Rajab -rahimahullah- mengatakan,

Para ulama dahulu, apabila ingin menasehati seseorang, mereka akan menasehatinya secara rahasia (empat mata).

Sebagian diantara mereka ada yang berkata:

من وعظ أخاه فيما بينه وبينه
فهي نصيحة

ومن وعظه على رؤوس الناس :
فإنما وبخه .

Siapa yang menegur saudaranya secara rahasia, maka itulah nasehat yang sesungguhnya.

Dan siapa yang menegurnya secara terang-terangan dihadapan orang banyak, maka hakikatnya itu adalah celaan.

[Jami'ul Ulum wal Hikam: 7]

Wahai Hamba Allah!

Jadilah penasehat yang baik, bukan pengumpat apalagi pencela!
Jadilah salafi sejati dalam segala hal termasuk dalam hal amar ma'ruf nahi munkar.
Jangan jadi salafi (pengikut salaf) pada satu bab lalu menyelisihi mereka pada bab yang lain!
Ketahuilah bahwa nasehat yang disampaikan secara sembunyi-sembunyi lebih efektif dan memberi pengaruh yang baik ketimbang nasehat yang disampaikan secara terbuka dan terang-terangan yang kadang ditunggangi tendensi pribadi. Cara seperti ini bahkan lebih dekat pada ria.

Wal iyaadzu billah.

_____________
28-06-1435 H

148. KARENA JALAN DAKWAH TAK BERALASKAN PERMADANI

Sahabat…

Kita mungkin pernah membaca kisah ketika Rasulullah -shalahu alaihi wasallam- sholat di depan ka'bah, lalu tiba-tiba seorang Quraisy mengambil isi perut onta dan menumpahkannya ke atas tengkuk belia –shallallahu alaihi wasallam- ketika ia sujud.

Atau kisah tentang lorong-lorong Makkah yang pernah menjadi saksi saat orang-orang Quraisy menyakiti beliau dengan beragam siksaan, mulai dari mental hingga fisik. Sampai-sampai pemandangan itu membuat sang putri tercinta Fatimah -radhiallahu anha- tak kuasa membendung tangis karenanya. Namun senyum ketegaran tetap saja terukir diwajah beliau -shallahu alaihi wasalam-, seraya berucap," Wahai anakku, janganlah engkau menangis, sesungguhnya Allah akan melindungi ayahmu".

Atau mungkin kisah tentang kesaksian Uhud saat rantai besih menghujam pipi dan memecahkan rahang beliau -shallahu alaihi wasallam-. Demikian juga kisah tentang penolakan masyarakat Thaif, serta kisah pahit lainnya yang membuat jemari ini tak kuasa menuliskannya.

Tentunya kisah-kisah tersebut bukan sekedar penggalan sejarah yang dibaca sebagai pelengkap wawasan saja . Lebih dari itu, kisah-kisah diatas juga mengajari kita tentang sebuah sikap agar terus tegar dihadapan mereka yang tak mengerti jalan yang kita pilih. Disana juga ada penegasan lain, bahwa perjuangan dalam konteks apapun selalu berat, karena hidup di jalan Allah lebih berat ketimbang mati dijalan yang sama.

Ketegaran Rasulullah shallahu alaihi wasallam juga memberi arti, bahwa perjuangan dalam dakwah bukan sekedar berat dan bebannya saja, tapi juga tentang sebuah ekspektasi kebahagiaan jiwa. Artinya, perjuangan yang dilakukan sesuai dengan manhaj yang benar akan memberi kebahagiaan tersendiri ditengah pahit getirnya ujian, ia akan memberi keberartian ditengah-ditengah keterasingan dan pengusiran, memberi pengharapan yang penuh dan kepasrahan mendalam kepada Allah azza wa jalla ditengah penindasan dan kesewenang-wenangan.

Harus kita fahami, bahwa perjuangan dalam mendakwahkan agama ini, baik seruan kepada tauhid maupun menghidupkan sunnah ibarat sungai bahagia yang beranak panjang. Hulunya adalah janji dan jaminan Allah dan hilirnya adalah kemenangan.

Di jalan dakwah ini.. tak ada yang lebih menderita melebihi Rasulullah –shallallahu alaihi wasallam-. Kisah tentang prahara Makkah, Thaif dan Uhud yang dilaluinya semestinya menjadi cermin perjuangan kita. Supaya tak ada lagi keluh, tak ada lagi tanya mengapa mereka menolak dakwahku…? Mengapa mereka begini dan begitu terhadapku..? Sebab apapun pertanyaanmu tentang dakwah, jawabannya hanya satu, "KARENA JALAN DAKWAH TAK BERALASKAN PERMADANI".

Selamat berjuang kawan…

Untukmu yang tengah berdakwah di pelosok negeri.

___________
28-06-1435 H

000. CERMIN HIDUP

Popularitas dalam pandangan Syaikh Ali Thantawi -rahimahullah-

"Aku heran dengan orang yg mengejar popularitas lalu menganggapnya sebagai sesuatu yg baik.
Namun apakah popularitas itu..?
Ia tak lain hanyalah kondisi dimana semua mata tertuju padamu, kemudian mereka mengawasi gerak-gerikmu, dan akhirnya engkaupun kehilangan kemerdekaanmu"

(Dzikrayaat jilid: 8 hal: 205)

------------------
29-06-2014 H

SELAGI ADA WAKTU

Sahabat....
Jalan hidup yang kita lalui berlalu seiring dengan berlalunya waktu, laju kereta masa berpacu tanpa berhenti, ada cabang di persimpangan. Saat itulah kita harus menentukan pilihan. Namun terkadang waktu tak selalu cukup memberi kita ruang, tapi bagaimanapun pilihan-pilihan diujung persimpangan itu akan selalu ada, dan tugas kita adalah menentukan pilihan disisa waktu yang ada.

______________
29-06-1435 H

MELIHAT LEBIH JAUH

Khalid Ibnu Yazid -rahimahullah- ditanya:

Apakah sesuatu yang paling dekat (dari manusia)...?
Beliau menjawab: "Ajalnya"

Yang paling jauh darinya..?
Beliau menjawab: "Angannya"

"Lalu apa yang paling diharapkan (dapat menyelamatkannya) ?
Beliau menjawab: Amal sholeh.
(As-Siyar 4/383)

Sugguh jawaban yang luar biasa.
Betapa ajal dan kematian begitu dekat dengan kita.
Ia bahkan lebih cepat datangnya dari semua angan yang kita cita-citakan.
Semua kan berlalu bersama kefanaan. Tak ada bekal abadi selain amal sholeh.

Semoga semua kan berakhir indah...



ANTARA BUDI PEKERTI DAN MISI KENABIAN

Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda:
"إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ صَالِحَ الأَخْلاَقِ"
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia". (HR. Ahmad)

Hadits di atas mengajarkan pada kita bahwa nilai-nilai estetis dan keluhuran juga merupakan bagian penting dari misi kenabian. Tak berlebihan bila beliau shallahu alaihi wasalam memberi janji bahwa "orang yang paling dekat kedudukannya denganku disurga nanti adalah yang paling baik akhlaknya."

Itulah mengapa para ulama salaf dulu memulai pelajaran hidup mereka dari aspek Akhlak.

Logikanya, bila fiqih memberi batasan legalitas, maka akhlak dan moralitas memberi nilai tambah yang tidak sedikit pada keindahan perilaku seorang muslim.

Hadits diatasjuga memberi penegasan lain bahwa Islam bukan hanya sekedar batasan wajib, legal atau haram saja. Tapi disana ada pesona sunnah yang mempercantik dan membuat ajaran mulia ini lebih berwarna.

Bila hari ini barat berkoar-koar dalam mempropagandakan HAK ASASI MANUSIA dengan segala definisinya, maka islam pada 14 abad silam telah lebih dulu mendeklarasikannya sebagai aturan hidup, tentunya dengan makna yang hanif.

Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda :
" Janganlah kalian saling mendengki, saling membenci, saling mengintip rahasia, saling bersaing (pada hal-hal yang negatif), saling mencari keburukan, saling menawar lebih tinggi sehingga menipu pembeli agar membayar lebih tinggi, saling memutuskan hubungan, saling bermusuhan. Jangan pula sebagian kalian menjual di atas penawaran orang lain. Jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara sebagaimana yang di perintahkan Allah kepadamu. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak boleh menganiayanya, tidak boleh menelantarkannya dan tidak boleh menghinanya. Takwa itu ada di sini, takwa itu ada di sini, takwa itu ada disini kata Rasulullah Shallahu alaihi wasallam sambil menunjuk dadanya. Cukuplah tanda keburukan seseorang apabila ia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim terhadap muslim yang lainnya adalah haram darahnya, kehormatannya dan hartanya (untuk di rusak dan ditumpahkan). Jauhilah prasangka buruk karna sesungguhnya prasangka buruk adalah sedusta-dustanya pembicaraan. Dan sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk rupa dan hartamu, tetapi Dia melihat hati dan perbuatanmu." (HR.Bukhari, Muslim)

Lihatlah.. Jangankan menyakiti dalam bentuk fisik, ajaran islam yang paripurna ini bahkan telah mengajari ummatnya untuk tidak menjadi penyebab hidup orang lain menjadi pahit dan getir karena ulah lisannya.

Keparipurnaannya bahkan telah merubah selaksa senyum yang tadinya biasa menjadi amalan yang istimewa dan bernilain sedekah, Rasulullah bersabda: "Senyummu terhadap saudaramu adalah sedekah", "Janganlah engkau meremehkan perbuatan yang baik, walaupun hanya dengan menjumpai saudaramu dengan wajah yang berseri-seri".

Semua itu adalah aturan hidup yang bukan sekedar konsistensi semata, tapi jugi sebentuk seni yang memperindah kehidupan dalam merajut kebersamaan sebagai makhluk Allah dengan pengharapan penuh akan pahala disisi-Nya.

Memang, terkadang sulit mewujudkan semua itu, sebab diujung perjuangan kita untuk merealisasikannya ada ujian yang paling besar, yaitu: DIRI KITA SENDIRI.


BELAJAR BIJAK

Belajarlah untuk bijak... Bila kuku kita tumbuh panjang, maka kukulah yg harus kita potong bukan jarinya. Demikian juga dalam sebuah persahabatan , bila ego kita muncul, ego itulah yg kita hilangkan bukan malah persahabatan yang harus diakhiri.

123. PRINSIP PERJUANGAN KITA

Generasi awal islam telah mengajarkan pada kita bahwa perbaikan akidah merupakan asas terpenting dalam sebuah gerakan pembaharuan. Sementara tashfiyah dan tarbiyah keduanya berfungsi sebagai perangkat dakwah yang tidak bisa dipisahkan, sat dan lainnya harus disinergikan dalam upaya mengembalikan umat pada fitrah agamanya.
Sejarawan Al-Jazaair Syaikh Mubarak Al Maily menyebutkan, "Orang yang hendak merubah kondisi umat dengan selain agamanya, pada hakikatnya sedang merobek keutuhan umat dan mengantarkannya pada kehancuran. Usaha itu sama dengan meruntuhkan singgasana keagungan Islam dari akar pondasinya".
Imam Malik -rahimahullah- juga berkata: "Generasi akhir umat ini tidak akan baik kecuali dengan apa yang membuat generasi awalnya menjadi baik".
Pada salah satu tulisannya Syaikh Ahmad Syakir -rahimahullah- mengatakan, "Tidak ada obat yang paling mujarab untuk mengobati luka kaum muslimin kecuali dengan menjadi muslim seutuhnya"
Tak perlu tergesa-gesa. Mari mulai dengan mengembalikan umat ke masjid. Sibukkan mereka dengan ilmu.
Ingat kawan! PIRAMIDA TIDAK DIBANGUN TERBALIK
Hanya masyarakat bertauhidlah yang siap menerima syariat Allah sebagai dustur kehidupan.

______________
11-06-1435 H