Montag, 22. September 2014

TUHANKU.... TETANGGAKU MENUTUP PINTU RUMAHNYA DARIKU


Sahabat lbnu Umar radhiyallahu anhu berkata:

لَقَدْ أَتَى عَلَيْنَا زَمَانٌ - أَوْ قَالَ : حِيْنٌ- وَمَا أَحَدٌ أَحَقُّ بِدِيْنَارِهِ وَدِرْهَمِهِ مِنْ أَخِيْهِ الْمُسْلِمِ، ثُمَّ الآنَ الدِّيْنَارُ وَالدِّرْهَمُ أَحَبُّ إِلىَ أَحَدِنَا مِنْ أَخِيْهِ الْمُسْلِمِ

“Telah datang kepada kami (para sahabat) suatu zaman atau masa di mana seorang itu (merasa) saudaranya sesama muslim lebih berhak untuk memiliki dirham dan dinar yang ia miliki. Adapun saat ini, dinar dan dirham lebih dicintai oleh salah seorang di antara kita daripada saudaranya sesama muslim. Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

كَمْ مِنْ جَارٍ مُتَعَلِّقٍ بِجَارِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُوْلُ، يَا رَبِّ! هَذَا أَغْلَقَ بَابَهُ دُوْنِي، فَمَنَعَ مَعْرُوْفَهُ!

“Berapa banyak tetangga yang akan bergantung (memegang tangan) tetangganya di hari kiamat sambil berkata, ”Wahai Rabb-ku orang ini menutup pintunya dariku, dia enggan memberi apa yang ia miliki.”
(HR. Bukhari dalam Al Adab Al Mufrad)


Syaikh Anis Thahir Al-Andunisy mengatakan, "Hadits ini hasan lighairihi sebagaimana yang disebutkan Al Albani, adapun maksud dari menutup pintu adalah enggan memberi apa yang dia miliki pada tetangganya atau tidak mau membukakan pintu disaat tetangganya datang mengetuk untuk sebuah keperluan." Makna ini juga diperkuat oleh hadits selanjutnya dimana Ibnu Az-Zubair menuturkan, “Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِيْ يَشْبَعُ، وَجَارُهُ جَائِعٌ

"Bukan orang beriman apabila seseorang kekenyangan sedangkan tetangganya dalam keadaan lapar.” (HR. Bukhari dalam Al Adab Al Mufrad)

Ucapan nabi shallallahu alaihi wasallam "bukan orang beriman" maksudnya tidak sempurna keimanannya.

Sahabat fillah...
Kedua hadits diatas menunjukkan bahwa din islam adalah agama yang rahmatan lil alamin. Agama ini tidak hanya mengurusi masaalah-masaalah akhirat saja, bahkan ia juga mengatur permasalahan-permasaalahan sosial supaya tidak terjadi apa yang kita sebut dengan kesenjangan sosial. Islam mengajari umatnya untuk menjadi bahu tempat dimana orang lain bisa menyandarkan diri dari penatnya hidup, atau menjadi pusaran-pusaran manfaat bagi si papah yang membutuhkan pertolongan.

Islam mendidik jiwa kita untuk terus memupuk rasa simpati terhadap penderitaan yang dialami oleh orang lain, dengan tidak menutup pintu darinya, meringankan bebannya sekalipun hanya dengan menjadi tempat curhat. 

تعاونوا على البِرّ والتقوى .

Perhatikan.... pada ayat di atas Allah mendahulukan perintah agar saling tolong menolong dalam berbuat baik pada sesama sebelum perintah takwa. Karena berbuat baik manfaatnya dapat dirasakan banyak orang, sementara takwa bersifat terbatas hanya pada diri sendiri.
Hadits ini juga mengajari kita tentang nilai estetika yang begitu luhur dan paling banyak mengantarkan orang ke surga, yaitu kebagusan akhlak. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ الْمُؤْمِنَ يُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَاتِ قَائِمِ اللَّيْلِ صَائِمِ النَّهَارِ

"Sungguh orang-orang yang beriman dengan akhlak baik mereka bisa mencapai (menyamai) derajat orang yang menghabiskan seluruh malamnya dalam sholat dan seluruh siangnya dengan berpusa.” (HR. Ahmad)

Semoga Allah azza wa jalla memberikan taufiq pada kita agar menjadi tetangga yang baik bagi saudara muslim kita. Jangan sampai pada hari kiamat nanti tetangga kita di dunia memegang erat tangan kita lalu mengadukan kita kepada Allah azza wa jalla sambil berkata:

"Tuhanku... tetanggaku menutup pintu rumahnya dariku.."

Selagi didunia bukalah pintu rumah kita untuk mereka. 

______________
Madinah 25 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly

0 Kommentare:

Kommentar veröffentlichen