Dienstag, 30. September 2014

KUMPULAN STATUS BULAN SEPTEMBER 2014 M

REFLEKSI

Nasehat Prof. Anis itu berulang lagi.
Syaikh Prof. Dr. Anis Thahir Al Andunisy pernah mengatakan:
"Sejak awal saya sering mengingatkan bahwa tujuan kita mempelajari sanad setiap hadits baik dalam masaalah aqidah maupun fiqh tidak hanya untuk sekedar mengetahui kesimpulan hukum sebuah hadits semata.
Tapi disana ada adabiyyat (nilai estetika) yang harus kita pelajari untuk diteladani.
Kita menguraikan satu persatu biografi para perawi (narator hadits), agar kita tau bahwa orang-orang yang menukil aqidah ini hingga sampai kepada kita adalah orang-orang yang memiliki adab yang tinggi.
Supaya kita mengerti bahwa kedudukan mereka bukan saja sebagai penukil, namun sekaligus penerjemah yang baik tentang bagaimana semestinya perilaku orang yang lurus aqidahnya itu.
Karena seringkali kita melihat orang yang lurus akidahnya, kuat sisi keilmiahannya namun kurang beradab, bahkan buruk akhlaknya. Padahal akhlak merupakan terjemahan kongkrit keilmuan seseorang. Apalagi bila kita berada ditengah-tengah orang awam, berapa kali kebenaran ditolak bukan karena kebenarannya, tapi perilaku buruk yang ditampakkan pembawa kebenaran itu. Lihatlah Rasulullah.. Orang Quraisy boleh saja membenci ajarannya karena tabiat mereka yang congkak, tapi mereka tidak bisa mengingkari kebagusan akhlak Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Dahulu... para ulama menempa adab dan perilaku mereka terlebih dahulu, setelah itu barulah mereka mulai menempa sisi ilmiah dalam hidup mereka. Namun di zaman ini.... Allahulmustaan."

Lebih dari sekali saya mendengar Prof.Dr. Anis Thohir Al Andunisy -hafidzahullah- mengatakan dalam majelisnya hal yang semakna.
Dan semalam nasehat yang serupa terulang lagi.

___________________
Madinah 7 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly




283. Fawaaid

Catatan Kecil di majelis Syaikh Anis Thohir Al Andunisy -hafidzahullah-
Buku Iqtidha As Shiraat Al Mustaqiim merupakan satu dari sekian banyak karya Syaikhul Islam Ahmad Ibnu Abdil Halim Al Harrany yang perlu untuk dikaji lebih dalam di zaman ini. Pokok bahasan buku ini adalah larangan menyerupai orang-orang kafir baik dari sisi pegagangan hidup secara umum dan dalam hal-hal lain secara terperinci. Meskipun ditulis pada abad ke tujuh hijriah, buku ini seolah menjawab beragam permasaalahan yang dihadapi umat dewasa ini. Kesimpulan itu diambil karena kesamaan kondisi dizaman penulis dengan zaman ini baik dari sisi agama, sosial maupun politik.
Dari sisi agama berupa munculnya berbagai macam bid'ah, maraknya aliran sesat seperti rowafidh, bathiniyah, sufisme serta tersebarnya ideologi dan pemikiran menyimpang di tengah umat.
Adapun dari aspek sosial ditandai dengan penyimpangan akhlak dan perilaku, tata cara berbusana yang menyerupai orang-orang kafir semarak ditengah-tengah kaum muslimin, juga kebiasaan meniru gaya hidup non muslim. Contoh kecilnya dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, lihatlah cara memotong rambut anak-anak kita yang dipaksakan mirip fulan dan fulan. Rambutnya menjulur lancip ke atas.
Ada lagi kebiasaan yang sangat memilukan, yaitu kebiasaan menjagokan club ini dan itu, hingga tak jarang seorang muslim menitikkan airmata haru dan bahagia untuk jagoannya. Wal iyaadzu billah.. Awalnya sekedar hobi, namun perlahan berubah menjadi cinta. Nah... bila kecintaan terhadap orang kafir itu mulai masuk ke dalam dada, maka ketqhuilah itu adalah awal bencana. wal iyaadzu billah.

Sementara dari sisi politik, dizaman syaikhul islam orang-orang kafir baik kalangan barat maupun bangsa tar-tar banyak menguasai negara-negara islam, sama seperti kondisi saat ini, dimana negeri-negeri kaum muslimin secara politik dan pemikiran terjajah meskipun bala tentara kuffar berada jauh dinegeri-negeri mereka.
Kemudian Syaikh Anis menjelaskan, "setidaknya ada dua hal penting yang harus dimiliki masing-masing individu dalam menghadapi kondisi sulit seperti sekarang ini
Pertama: Keislaman yang murni berasaskan dalil yang sohih
Kedua: Perilaku terpuji yang mencerminkan kemurnian jiwa dan sehatnya akal

Ketahuilah... Syaikhul Islam menghabiskan banyak waktunya untuk menghadang berbagai pemikiran kelompok menyimpang dengan lisan ataupun tulisan beliau. Dan kalau kita melihat lebih jauh, berbagai kelompok menyimpang yang dulu diperangi Syaikhul Islam terus berevolusi hingga kini. Sehingga buku-buku beliau masih sangat relevan untuk dijadikan referensi dalam upaya membendung berbagai arus penyimpangan itu. Kami menasehati para penuntut ilmu untuk banyak berinteraksi dengan karya beliau.
Bersambung insyaallah. ....
____________
Madinah 8 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly




284. Hidayah Itu Ditangan Allah

Mengapa kita selalu membaca "اهدنا الصراط المستقيم " ( Tunjukilah kami jalan yang lurus) dalam sholat ?
Itu karena kita membutuhkan hidayah dan bimbingan Allah dalam setiap waktu.
Kita butuh petunjuk-Nya, karena apa yang tidak kita ketahui jauh lebih banyak dari apa yang kita ketahui dan apa yang kita amalkan jauh lebih sedikit dari apa yang sudah kita ketahui. Itulah alasan mengapa kita selalu memohon petunjuk-Nya dalam sholat, supaya Dia mengajari kita apa yang tidak kita ketahui dan memberi kita taufiq untuk mengamalkan apa yang sudah kita ketahui.
Kemudian ingatlah hidayah itu ditangan Allah, dia memberi hidayah pada siapa yang dikehendaki-Nya dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya. Lihatlah nabi Nuh, sebagai seorang nabi dia tidak memberi hidayah pada anaknya. Begitu juga dengan nabi Ibrahim, ia tidak dapat menyelamatkan Ayahnya dari kemusyrikan. Tak terkecuali Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Dia tidak dapat memberi hidayah taufiq bahkan pada orang yang sangat mencintainya. Paman beliau yang selalu membelanya mati diatas millah Abdul Muttalib. Menjelang sakratulmaut Rasulullah berusaha membujuk pamannya agar mengucapkan syahadat, tetapi Allah berkehendak lain, Allah bahkan mengingatkan rasul-Nya,
"إنك لا تهدى من أحببت"
"engkau (Muhammad) sekali-kali tidak dapat memberi hidayah pada orang yang engkau cintai"
Imam Malik pernah mengatakan:
"Hidayah itu milik Allah bukan milik manusia"
Iya, hidayah itu ditangan Allah...
Agar kita tidak angkuh dihadapan orang-orang yang belum mendapat hidayah, dan tak berputus asa dalam memohon petunjuk untuk diri kita dan orang lain. Karena hati manusia berada dia antara dua jemari Allah. Dia membolak balikkannya sekehendak-Nya.

Catatan:
Hidayah itu dua macam:
Pertama: Hidayatul irsyad berupa kemampuan memberikan pengajaran, bimbingan dan penjelasan. Kemampuan ini dimiliki para nabi dan rasul serta orang-orang yang diberi taufik oleh Allah azza wa jalla. Sebagimana firman Allah kepada rasul-Nya,
"وإنك لتهدى إلى صراط مستقيم "
Sungguh engkau (Muhammad) adalah pemberi petunjuk ke jalan yang lurus (As-Syura: 52)
Kedua: Hidayatuttaufiq, yaitu kemampuan menggerakkan hati orang lain untuk menerima kebenaran dan mengamalkannya. Ini mutlak hanya milik Allah azza wa jalla.
Wallahu a'lam
(Catatan Kecil Di Majelis Syaikh Anis Thohir Al Andunisy saat membahas kitab As-syariah bab ke 34 tentang Allah memberi hidayah pada siapa yang dikehendaki-Nya)
_______________
Madinah 8 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly




285. Catatan Pinggir

Sebagian orang apabila mendapati ada ulama yang keliru mereka menganggap hal tersebut adalah sebuah kesengajaan. Padahal boleh jadi kekeliruan itu disebabkan ijtihadnya yang keliru atau dipengaruhi lingkungan tempat dimana ulama tersebut tinggal.
Kita ambil contoh Al Hafidz Ibnu Hajar dan Imam Nawawi. Keduanya adalah ulama besar di zamannya, mereka hidup ditengah lingkungan asyairah, karena mereka ulama jadi kekeliruannya sedikit, semoga Allah memaafkan kita dan juga mereka.
Coba bayangkan bila kita yang ilmunya sedikit ini tinggal dizaman mereka..? Seberapa jauh ketergelinciran kita di banding mereka. Bersyukurlah karena kita hidup pada zaman dimana sunnah menyebar luas dan dakwah kepada aqidah tauhid dan kemurnian risalah banyak dikenal orang.
________________
Madinah 9 Dzulhijjah 1435 H
ACT El Gharantaly



287. Ada apa dengan wahhabiyah..?

Wahhabiyah... Wahhabiyah....
Ada apa dengan Wahhabiyah. .? Demi Allah... Seandainya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan Ibnu Baz menyelisihi satu hurufpun dari Al Quran dan As-Sunnah, maka kami akan membuang perkataan mereka tersebut, wala karaamah... Karena setiap orang boleh diambil perkataannya ataupun ditolak kecuali Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
(DR. Sholeh As Sihly. Dosen ilmu peradilan islam pada Fak. Syariah Universitas Islam Madinah)
Bacalah seluruh karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, lalu sampaikan pada kami bila ada pendapatnya yang menyelisihi Al-Qur'an dan As-Sunnah untuk kami tinggalkan. Bila pengikut Muhammad bin Abdullah di sebut Wahhabi, maka saksikanlah bahwa aku seorang wahhaby. Pegang kata-kataku itu, bila mereka menggelari kami dengan Wahhabiyah sungguh itu adalah suatu kemuliaan, karena mereka menyandarkan kita pada Al Wahhab, Yang Maha Memberi.
(Prof.DR. Anis Thahir Al Andunisy)
__________________
Madinah,10 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly




290. BACALAH KITABMU...

Allah azza wa jalla berfirman :
{ اقرأ كتابك كفى بنفسك اليوم عليك حسيبا }
"Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai penghitung atas dirimu. "
Al Hasan Al Basri memberi komentar: "Wahai anak Adam... Sungguh Dzat yang telah menciptakanmu telah berlaku adil padamu. Dia telah menjadikanmu sebagai penghitung atas dirimu sendiri"
Begitulah kawan..., Kita yang berbuat dan kita pula yang kelak akan menghitungnya, selagi ada waktu isilah buku catatan amal kita dengan kebaikan, agar tak ada sesal saat hari penghitungan nanti, dan agar semua berakhir indah.
[Az-Zuhd (1563)]
___________________
Madinah 10 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly





291. PIKIRAN BANDING

Diantara kebiasaan kurang baik yang sedang mekar-mekarnya ditengah kita adalah sikap bermudah-mudah dalam melabeli orang dengan Ulama, apalagi ada embel-embel BESAR atau ALLAMAH. Tanpa bermaksud merendahkan, tapi tempatkan orang pada posisinya. Saya yakin orang-orang yang diposisikan sebagai ulama besar itu tidak ridho dengan gelar-gelar tersebut.
Syaikh Utsaimin pernah menegur orang yang memanggilnya dengan Allamah sebagimana tutur dosen saya. Pada kuliah umum beberapa tahun yang lalu Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad sampai menggelengkan kepala sebagai tanda kurang berkenan atas sanjungan berlebihan yang disampaikan moderator.
Melihat fenomena di tanah air saya kadang - kadang sering dibuat tersenyum kalau mendengar ada orang berujar "Ulama besar fulan akan datang, Allamah fulan akan begini dan begitu". Sekali lagi tanpa bermaksud merendahkan, tapi tempatkan orang pada posisinya. Jangan buat mereka malu pada diri sendiri. Kami menghormati siapapun yang mendakwahkan sunnah. Itu prinsip kami.
Syaikh Ibrahim pernah mengatakan, "Sebagian orang suka sekali berlebih-lebihan dalam menggelari guru-gurunya dengan gelar-gelar yang wah. Bila mengatakan fulan telah dibantah oleh para ulama, maka yang dia maksudkan adalah segelintir orang yang dipandangnya sebagai ulama. Perilaku ini akhirnya melahirkan sikap taasshub. Tak jarang mereka menganggkat derajad guru-guru mereka pada level ma'sum. Syaikh fulan tidak pernah salah, bahkan bila ia membaca satu hadits sohih yang menyelisihi pendapat gurunya dia langsung mendhaifkan hadits tersebut sambil berkata, "Ah.. guru saya tidak mungkin luput dari hadits ini, mungkin saja dia punya pegangan dalil yang lebih sohih atau penjelasan yang lain". Ini merupakan fitnah besar, mengangkat orang pada derajad kemaksuman adalah fitah yang besar. Semoga Allah menjauhkan kita dari perilaku seperti ini"
______________
Makkah 10 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly




292. Catatan Pinggir

KECUALI ALLAH

Semua akan meninggalkan kita kecuali Allah.. Maka cintailah Allah dengan sebenar-benarnya cinta, dan cintailah orang-orang yang kita kasihi karena-Nya. Mudah-mudahan kita akan dikumpulkan kembali bersama mereka.

____________
____
293. Catatan Pinggir
Kematian dapat memutus segala kenikmatan.... Maka carilah kenikmatan yang tidak dapat diputus oleh kematian, yaitu surga.
_______ Madinah 11 Dzulqa'dah 1435 H ACT El-Gharantaly


294. KENALI SIFAT MEREKA

Saat menyebutkan sifat khawarij Syaikhul Islam berkata:
ويكفّرون من خالفهم ويستحلون منه (لارتداده عندهم) ما لا يستحلونه من الكافر الأصلي !
"Mereka mengkafirkan siapapun yang menyelisihi mereka dan menghalalkan darinya (dikarenakan anggapan mereka bahwa dia murtad) apa yang tidak mereka halalkan dari seorang kafir asli"
[Al Fatawa ( 3/355)]

295. SUPER..!!

Ahmad ibnu Salamah mengisahkan:
ﺗﺰﻭﺝ ﺇﺳﺤﺎﻕ ﺑﻦ ﺭﺍﻫﻮﻳﻪ ﺑﺎﻣﺮﺃﺓ مات زوجها وﻛﺎﻥ ﻋﻨﺪﻩ ﻛﺘﺐ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻟﻢ ﻳﺘﺰﻭﺝ ﺑﻬﺎ ﺇﻻ ﻟﻠﻜﺘﺐ ! [ السير (١٠/٧٠) ]
Imam Ishaq Ibnu Rahuyah menikahi seorang wanita janda yang ditinggal mati suaminya. Suaminya tersebut memiliki buku--buku karya Imam Syafi'i. Ishaq tidak menikahi wanita tersebut melainkan karena kitab-kitab tersebut.
[As Siyar ( 10/70)]


295. MUNGKIN INI ALASANNYA
 

(Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam)
Terkadang sebagian kita mendapati ada guru, ustadz atau bahkan kawan kita ketika menjadi panutan sulit sekali tersenyum. Jangan suudzon dulu, mungkin ini alasannya.
Imam Az Dzahabi -rahimahullah- mengatakan,
قال الإمام الأوزاعي رحمه الله :كنا نمزح ونضحك فلما صرنا يقتدى بنا خشيت ألا يسعنا
التبسم .

Imam Auza'i -rahimahullah- pernah berkata:
"Dahulu kami suka bercanda dan tertawa, namun ketika kami menjadi panutan, maka aku takut bahwa kami tak boleh lagi tersenyum"

[As Siyar (7/132)]
Catt:
Atsar diatas menitikberatkan pada soal kepatutan (muruu'ah), dimana seorang panutan dituntut untuk menjaga perilaku agar tidak melakukan hal-hal yang dianggap menjatuhkan kewibawaan diri dan ilmu yang dimilikinya.
Namun atsar diatas tetaplah atsar, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Beliau adalah qudwah dan uswah kita dalam segala hal. Dipuncak kewibawaannya beliau tetap tersenyum, menyapa anak-anak, bercanda dan juga santun. Tapi senyum sapa beliau tulus, canda beliaupun jujur, mungkin itulah yang membuat beliau selalu berwibawa dan bersahaja.

Prof. Ibrahim Ar-Ruhaily memberikan qaidah yang luar biasa dalam masaalah ini, beliau mengatakan "Bila kita menemukan keagungan akhlak, ketekunan ibadah dalam biografi salafussholeh, maka jadikan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagai ukuran ketekunan dan keshalehan kita. Contohnya bila kita menemukan ada diantara mereka yang menghidupkan keseluruhan malam dengan ibadah, maka kita lihat bagaimana dengan Rasulullah..? Apakah dia menghidupkan keseluruhan malam dengan Ibadah .? Ternyata tidak, beliau tetap memberikan hak untuk diri dan keluarganya, jadi berikan hak untuk diri dan keluargamu. Begitu seterusnya, karena sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam."
________________
Madinah 12 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly



296. PELAJARAN SEWAKTU KECIL DULU

Syaikh Ali Mustafa Thantawi -rahimahullah- berkata:
Kita telah mempelajari di madrasah sewaktu kita kecil dulu, bahwa tangkai gandum yang kosong selalu terlihat tegak berdiri di tengah ladang, sementara tangkai yang dipenuhi bulir-bulir gandung selalu menunduk. Begitulah.. tidak akan bersikap tawadhu kecuali orang yang besar, dan tidak akan bersikap sombong kecuali orang yang kerdil lagi kosong.
(Dzikrayaat)
_________________
Madinah 12 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly



297. TAK PERLU GALAU, KARENA SEMUA BERJALAN MENURUT TAQDIR-NYA

Syaikh Ali Mustafa Tanthawi - rahimahullah - berkata:
كل شيء بقدر الله، والله قسم للعبد سعادته وشقائه ورزقه وعمره، فما كان لك سوف يأتيك على ضعفك، وما كان لغيرك لن تناله بقوّتك
"Segala sesuatu berjalan menurut taqdir Allah. Dan Allah telah membagi untuk hamba kebahagiaannya, kesengsaraannya, rizki dan juga umurnya.
Apa yang telah ditakdirkan untukmu maka dia akan datang meskipun engkau lemah
dan apa yang ditakdirkan untuk selainmu, maka engkau takkan bisa menggapainya dengan kekuatanmu"

Suka duka hidup tak bisa kita terka, semua berjalan menurut taqdir-Nya. Apa yang menurut kita akan berjalan ke arah yang baik bisa jadi berujung dengan keburukan. Dan apa yang kita sangka tidak menyenangkan ternyata akhirnya sangat membahagiakan.
Iya, Semua berjalan menurut taqdir-Nya.
Namun ingat.. Tak ada yang tau pasti kemana arah taqdirnya, oleh karena itu persembahkan amal terbaik, seperti sabda Rasulullah,

احرص على ما ينفعك ولا تعجز
"Bersungguh-sungguhlah terhadap apa yang dapat mendatangkan manfaat bagimu dan jangan lemah"
Atau sabdanya,
اعملوا كل ميسر لما خلق له
"Beramallah.. semua akan dimudahkan menjalani taqdirnya"
Sahabat...
Terlalu banyak rahasia hidup yang tidak kita ketahui.
Kita memang boleh berhitung, tentang apa saja. Juga tentang kehidupan yang berliku-liku yang tak selalu manis pada awalnya, KECUALI TAKDIR. Sebagai seorang mu'min kita harus meyakini bahwa di dunia ini tidak ada yang lebih bahagia darinya bila ia memahami dengan baik taqdir Allah. Sebab Bila seseorang memahami dengan baik taqdir Allah maka hatinya akan terilhami untuk bersyukur saat diberi, bersabar bila diuji, dan beristigfar bila terjatuh dalam kubangan dosa. Kita juga harus menyadari bahwa hidup tak selamanya berjalan menurut kalkulasi kita. Disana ada pena yang telah diangkat dan lembaran takdir yang sudah mengering.
Maka sudah seyogyanya kita selalu mengharap karunia dan taufiq Allah disetiap langkah kita. Memohon agar Allah mengaruniakan takdir terindah dalam hidup kita.

__________________
Madinah 13 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly.



298. POKOK PERMASAALAHAN KITA

Catatan kecil di majelis Syaikh Anis Thohir Al Andunisy -hafidzahullah- bag. 2
Diantara penyebab berbagai permasaalahan ummat hari ini diberbagai belahan dunia adalah fitnah tahazzub, kegemaran mengkotak-kotakkan diri dan orang lain. Masing-masing mengklaim kelompoknya paling benar. Ada lagi yang bermudah-mudah dalam membid'ahkan orang, memfasikkan orang, bahkan mengkafirkan kaum muslimin tanpa dalil dan burhan (keterangan yang jelas). Saya menasehatkan kepada ikhwah sekalian untuk menghindari fitnah tahazzub dan perilaku-perilaku diatas. Islam itu satu dan tak berbagi, aqidah itu satu dan tak berbilang, tidak ada istilah aqidah ahlussunnah, akhlak fulaniy, thoriqoh fulaniyah, hizb fulanilany.. Tidak, tidak ....
Syaikh mengatakan:
Tahazzub itu dua macan:
Pertama: Tahazzub dalam bentuk kelompok yang dipimpin oleh seorang amir
Kedua: Tahazzub secara makna, dimana mereka mencela kelompok pertama namun tanpa sadar mereka jug masuk dalam problem yang sama, seperti orang yang mengajak taassub pada syaikh fulan dan fulan.
Keduanya sama-sama tercela... Wallahulmustaan

Jadilah muslim aswiyaa... yang lurus... yang berpegang teguh dengan kitabulah dan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Mengikuti dalil kemanapun dalil membawa kita.
Syaikh melanjutkan:
Ada sebuah qaidah yang bila anda terapkan dalam memecahkan berbagai masaalah dalam semua bidang ilmu baik ilmu hadits, fiqh, ushul fiqh dan lain - lain niscaya anda akan menemukan ketenangan dalam beragama, terbebas dari taqlid buta dan ashobiyyah.
Qaidah itu adalah
طلب الدليل
طلب صحة الدليل
صحة الاستدلال
1. Mencari dalil
2. Memastikan keabsahan dalil
3. Cara pendalilan yang benar.

Ingat dengan baik ketiga hal ini, dengan menerapkan kaidah ini insyaallah anda akan merasakan kebahagiaan dalam beragama.
Bersambung. ..insyaAllah
__________________
Madinah 12 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly



299. TETANGGAKU BEDA AGAMA DENGANKU
 

-Islam dan toleransi-
(Catatan Kecil Di Majelis Al Adab Al Mufrad bersama Syaikh Anis Thohir Al Andunisy - hafidzahullah - bag.3)

Dari Abi Suraih al-Huzali, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُحْسِنْ إِلَى جَارِهِ
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya.”
Dalam riwayat Bukhari dikatakan:
فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ
“Hendaklah ia memuliakan tetangganya.”
(Mutafaq alaih).
Suatu ketika, Ibnu Umar menyembelih kambing, lalu berkata kepada budaknya, "Sudahkah kamu memberi hadiah kepada tetangga kita yang beragama Yahudi? Sudahkah?" Sudahkah kamu memberi hadiah kepada tetangga kita yang beragama Yahudi? Kemudian Abdullah Ibnu Umar berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, "
ماَ زَالَ جِبْرِيْلُ يُوْصِيْنِي بِالْجَارِ حَتى َّ ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ
“Jibril selalu berwasiat kepadaku (agar berbuat baik) kepada tetangga sampai saya mengira bahwa dia (Jibril) akan menetapkan warisan baginya.” (HR. Bukhari dalam Al Adab Al Mufrad: 105)
Faidah:
1. Tetangga merupakan satu dari tiga komponen masyarakat setelah keluarga. Mereka adalah orang yang tinggal berdampingan dengan kita atau disekeliling kita. AL- Hasan Al-Basri membatasi tetangga dengan empat puluh rumah dari keempat penjuru, sebagaimana dalam atsar yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori pada bab setelahnya (Bab:59/109). Akan tetapi sebagian ulama menilai bahwa yang lebih utama adalah tidak membatasi tetangga dengan jumlah rumah. Mereka kemudian mendefinisikan bahwa tetangga adalah orang yang dekat dengan anda. Wajah anda selalu berpapasan dengan wajahnya di waktu pergi pada pagi hari, dan pulang ke rumah pada sore hari.
2. Perintah memuliakan tetangga dalam hadits ini bersifat umum, terlepas dari apapun agama yang dianut tetangga kita tersebut. Syaikh Anis mengatakan, " Ibnu Umar sebagai orang yang meriwayatkan hadits ini telah menafsirkan dengan baik hadits yang diriwayatkannya". Hadits ini menunjukkan betapa tolerannya islam terhadap orang yang berbeda keyakinan dengannya.
3. Perlu digaris bawahi bahwa Islam hanya memberikan hak-hak bertetangga yang meliputi masaalah sosial saja, seperti memberi makan, menjenguknya bila sakit, dan lain lain, namun dalam persoalan yang menyangkut akidah, islam tidak memberikan toleransi sama sekali. Sehingganya tidak boleh merayakan hari raya mereka dengan memeberi ucapan tahniah atau bertukar hadiah dengan alasan memuliakan tetangga.
4. Dengan demikian terlihat jelas perbedaan toleransi yang diajarkan islam (samahah=sikap pemurah dan welas asih) dengan toleransi yang diajarkan barat yang lebih condong pada pluralisme, menganggap semua agama sama, mendukung eksistensi aliran sesat dan lain-lain.
Konsep toleransi dalam Islam bersumber dari mata air Al-Qur’an maupun al-Hadits. Sedangkan konsep toleransi yang ditawarkan barat dibentuk oleh sejarah atau sebagai reaksi terhadap kondisi sosial dan politik yang mereka alami dalam rentang waktu yang lama. Sehingganya kita sebagai muslim tak perlu didikte soal toleransi.

Bersambung Insyaallah. ..
Catt:
Catatan-catatan kecil ini terinspirasi dari penjelasan syaikh -hafidzahullah-
__________
Madinah 12 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly



300. SEPENGGAL KISAH TENTANG SYAIKH BIN BAZ -rahimahullah -

Semalam Syaikh Anis mengisahkan peristiwa menjelang wafatnya Syaikh Bin Baz -rahimahullah-. Beliau mengatakan, "Siapa yang tak menegenal Ibnu Baz...? Seorang Alim yang zuhud dan wara, engkau boleh menyebutnya faqih, muhaddits, dan lain-lain. Beliau adalah imam ahlussunnah dizaman ini'. Gaji bulanannya tak pernah tersisa hingga akhir bulan, semua diinfakkan kepada orang-orang yang membutuhkan, diantara kebiasaan beliau adalah tak mau makan sendiri, beliau selalu makan bersama murid dan para tamu yang bertandang kerumahnya. Rumahnya tak pernah sepi dari pengunjung. Sehari sebelum wafatnya, datanglah seorang peminta-minta ke majelis beliau di Masjidil Haram. Orang itu berkata, "Wahai syaikh... berilah padaku apa yang Allah karuniakan untukmu..! Syaikh kemudian mengatakan ada asistennya, " Berilah apa yang dia mau". Baiklah wahai syaikh... kami akan memberinya pada hari sabtu", jawab asistennya. Syaikh menimpali, "Tidak... beri yang dia mau saat ini juga". Subhaanallah... Allah berkehendak menutup harinya dengan husnul khotimah.. nahsibuhu kadzaalik... Hari Rabu beliau berderma, kemudian esoknya wafat... Akhir yang indah... Apa jadinya bila sedakah itu diakhirkan beliau hingga hari sabtu.? Selagi mampu, maka bergegaslah dalam beramal, jangan pernah menunda.
_____________
14 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly



301. CERITA GURUKU
 

(Cara sang raja membangunkan putra mahkota)
Syaikh Anis Thahir Al Andunisy berkata:
"Pangeran Naif -rahimahullah- pernah mengisahkan, "Dahulu Ayah kami (King Aabdul Aziz - rahimahullah -) membangunkan kami dengan guyuran air untuk sholat subuh".

__________
14 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly



302. ISTIQOMAH.. NIKMAT YANG SERING TERLUPAKAN

Imam Ibnul Qayyim -rahimahullah- mengatakan:
"إذا فتح الله عليك في باب قيام الليل ،فلا تنظر للنائمين نظرة ازدراء ... وإذا فتح الله عليك في باب الصيام ، فلا تنظر للمفطرين نظرة ازدراء... وإذا فتح الله عليك في باب الجهاد ، فلا تنظر للقاعدين نظرة ازدراء ... فرب نائم ومفطر وقاعد أقرب إلى الله منك."
Bila Allah membukakan bagimu pintu (kemudahan dalam melakukan) sholat malam, maka jangan engkau memandang orang yang tidur dengan pandangan merendahkan.
Bila Allah membukakan bagimu pintu (kemudahan dalam melaksanakan) puasa, maka jangan engkau memandang orang yang tak berpuasa dengan pandangan merendahkan.
Bila Allah membukakan untukmu pintu (kemudalahan untuk) berjihad, maka jangan engkau memandang orang yang tak berjihad dengan pandangan merendahkan.
Boleh jadi orang yang tertidur, tak berpuasa dan tak berjihad lebih dekat kepada Allah ketimbang dirimu."
Beliau juga mengatakan:
"وإنك أن تبيت نائماً وتصبح نادماً خير من أن تبيت قائماً وتُصبح معجباً ، فإنَّ المُعجَب لا يصعد له عمل".
Engkau tertidur di malam hari lalu menyesal di pagi harinya lebih baik daripada engkau terjaga beribadah di malam hari lalu berbangga dipagi harinya.
Karena orang yang bangga diri, amalannya tidak akan naik ke sisi Allah."

( Madarijus Salikin:1/177)
Ungkapan yang sama pernah diucapkan Imam Mutharrif Ibnu Sikhkhir -rahimahullah- , beliau mengatakan:
ﻷن أبيت نائما و أصبحت نادما أحب إلى من أن أبيت قا ئما و أصبحت معجبا
"Aku tidur terlelap dimalam hari lalu menyesal di pagi hari lebih aku sukai daripada aku bangun menghidupkan malam namun aku bangun pagi dengan perasaan ujub (bangga diri) ". (Al Hilyah: II/200).
Sahabat fillah.
Saat Allah azza wa jalla memilihmu menapaki jalan hidayah-Nya, memudahkan anggota badanmu beribadah kepada-Nya itu bukan karena engkau kuat, tapi semua itu semata-mata rahmat dan kurnia-Nya, dan kapan saja karunia itu bisa dicabutnya.

Petuah Imam Mutharrif dan Imam Ibnul Qayyim diatas mengingatkan kepada kita betapa pentingnya mensyukuri nikmat istiqomah dan betapa bahayang penyakit ujub (bangga diri) apalagi bila disertai dengan sikap merendahkan orang lain. Karena kemudahan dalam beramal semata-mata murni taufiq dari Allah yang harus kita mohonkan dan kita syukuri.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
ثلاث مهلكات : شح مطاع ، و هوى متبع ، و إعجاب المرء بنفسه
Ada tiga hal yang dapat membinasakan diri seseorang yaitu : Kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang dituruti serta sifat bangganya seseorang terhadap dirinya sendiri (Ujub)". ( HR.Al Baihaqy)
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu pernah mengatakan: “Kebinasaan itu ada pada dua perkara, yaitu merasa putus asa dari rahmat Allah, dan merasa bangga terhadap diri sendiri.”
Suatu hari seseorang pernah berkata kepada syaikh Bin Baz -rahimahullah-, wahai syaikh.. fulan kini telah berubah menjadi buruk, syaikh kemudian menjawab: "Dia berubah mungkin karena dua hal, dia tidak meminta keteguhan pada Allah dan tidak mensyukuri Allah atas nikmat istiqomah"
Maka jangan mudah terpedaya dengan amal-amal yang sudah kita lakukan, jangan pula memandang rendah orang lain yang belum menemukan jalan hidayah atau belum diberi taufiq oleh Allah dalam melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Sebab kalau bukan karena rahmat Allah mungkin kita berada pada posisi orang yang kita remehkan itu.
” ولولا أن ثبتناك لقد كدت تركن إليهم شيئا قليلا “
"Dan kalau Kami tidak meneguhkan (hati) mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka
Sekali lagi... jangan pernah menganggap bahwa keteguhan dan kemudahan dalam beragama itu diraihq karena usaha kita pribadi,
Ingat... Allah pernah berfirman kepada penghulu anak cucu adam:

” لولا أن ثبتناك “
"Dan kalau saja Kami tidak meneguhkan (hati) mu"
Bila Rasulullah saja demikian, maka bagaimana dengan kita...?
Semoga Allah meneguhkan hati kita diatas iman.
Amiin
____
Madinah 15 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly



304. Lalai Qiyamullail Karena Berbakti Pada Orang Tua

Syaikh Muhammad bin Muhammad Mukhtar As-Syinqity pernah ditanya:
Wahai syaikh.. Aku adalah seorang suami yang memiliki tanggungan, disiang hari aku harus mengajar, mengurusi keluarga, barulah dimalam hari aku pergi menemui orang tuaku untuk melayani segala keperluannya hingga larut malam, ini membuatku sering lalai dari melaksanakan sholat malam, apa nasehat anda untukku.?
Syaikh menjawab:
"Masyaallah... Andai aku berada dalam posisimu...
Kuucapkan selamat untukmu...
Engkau sering lalai sholat malam karena berbakti pada orang tua. Amalan apalagi yang lebih dahsyat dari berbakti pada orang tua...?
Nasehat apalagi yang harus saya sampaikan untukmu..?"

Kemudian syaikh menyampaikan nasehat yang panjang tentang keutamaan menjadi seprang pendidik.
______________
Madinah 15 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly



305. Surat Untuk Kawan
 

(Untuk Anda Yang Belum Dinyatakan Lulus Masuk UIM Tahun Ini)
Bismillah
Tak perlu sedih kawan...
"Ilmu itu rizki.. dan rizki itu ditangan Ar Razzaq, Dia membaginya menurut kehendak-Nya" Begitu kata Syaikh Sholeh al-Ushaimy -hafidzahullah-
Sahabat fillah.... Bila ilmu itu dianalogikan seperti rizki, maka ketahuilah Allah hanya menyuruh kita supaya mencari rizki yang halal dan baik saja. Allah tidak mengharuskan kita untuk mencarinya ditempat ini dan itu, Dia hanya menekankan yang penting halal dan baik. Begitu juga dengan Ilmu, tidak peduli dimana kita mencarinya, yan penting ilmunya sohih dan bermanfaat.
Memang antara madinah dan Indo itu rasanya beda, disini wahyu diturunkan, tanahnya juga suci, tapi tidak mensucikan kok. Jadi tak perlu bersedih. Ingat.. MADINAH BUKAN SEGALANYA..

Sahabat fillah...
Musibah itu bukan karena kita tidak lolos masuk UIM atau belajar di Madinah, tapi musibah diatas musibah bila kita tidak diberi taufiq oleh Allah meneguk manisnya ilmu.
Jadi.... mintalah taufiq dari Allah, insyaallah dimanapun kita berada Dia akan membimbing kita.
Bila Allah tidak memberi taufiq pada seorang hamba dalam menuntut ilmu, maka 1000 tahun di Madinah tidak akan ada arti baginya, apalagi bila niatnya dicampuri ini dan itu. Tapi bila Allah memberi taufiq pada seseorang, kemudian hamba itu mengikhlaskan niatnya semata karena Allah, maka Dia akan membukakan pintu-pintu ilmu bagi-Nya yang tidak Dia bukakan untuk orang lain, tak peduli diman hamba tersebut berada.

Sekali lagi... tak perlu bersedih...
Jangan sampai taqdir ini membuat anda patah semangat..
madinah bukan akhir sebuah cita..
masih ada cita yang lain..
yaitu menjadi hamba Allah yang bermanfaat bagi orang lain.
Dititik inilah ajang perlombaan kita yang sesungguhnya. Ajang ini tak melihat gelar maupun almamater, karena semua murni soal keberkahan.

Mudah-mudahan Allah azza wa jalla memberi taufiq pada kita semua dalam menuntut ilmu, dan mengilhami jiwa dan raga kita untuk mengamalkan apa yang kita ketahui.
Semoga ditahun yang akan datang, takdir memanggilmu ke kota ini.

Baarakallahu fiikum...
_____________
Madinah 15 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly



306. KATA GURUKU

"Bila hati kita tak lagi tersentuh dengan lantunan Al Qur'an, maka jadilah orang pertama dalam mentakziai diri"
(Prof.DR Anis Thahir Al Andunisy - hafidzahullah -)


307. BADAL HAJI

Semalam Prof. Dr. Muhammad Abdullah Az Zahim ditanya tentang badal haji.
Beliau menjawab, "Membadalkan haji dibolehkan bagi orang yang tidak mampu menunaikannya. Namun disini ada masaalah penting yaitu seputar mengambil upah dari orang yang minta membadalkan. Bila seseorang akan membadalkan orang lain hendaknya dia mengambilnya dengan hak, bukan dengan niat mencari keuntungan. Tidak seperti yang banyak dilakukan oleh sebagian orang saat ini, dimana mereka secara sengaja menetapkan tarif lebih dari bekal perjalanannya selama pelaksanaan ibadah haji, sehingga ibadah yang dia lakukan berubah menjadi transaksi jual beli. Hal ini tidak diperbolehkan, bahkan syaikhul islam menyatakan hajinya tidak sah karena ada unsur komersil. Contohnya ada orang yang menentukan uang badal sekian, padahal bila dihitung kebutuhannya saat safar dan selama pelaksanaan ibadah haji hanya sekian persen dari jumlah yang dimintanya, ini tidak diperbolehkan, atau memilih mana nominal paling banyak dari tawaran orang. Atau sengaja mengumpulkan badal dari sekian orang, lalu membagikannya pada orang lain setelah memotong sekian persen dari jumlah yang diamanahkan. Tidak diragukan lagi bahwa ini adalah perilaku yang tercela. Hendaknya bagi siapa saja yang akan membadalkan orang lain mengambil haknya dengan cara yang hak. Wallahu a'lam"
(Pelajaran At Tahqiq wa Al Idhah di Masjid An Nabawy)
Catt: Jawaban yang serupa juga pernah disebutkan oleh syaikh Muhammad bin Muhammad Mukhtar As-Syinqity - hafidzahullah - dimajelis zaad al mustaqni.
______________
Madinah 16 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly



208. FIQIH ZIARAH

Mana yang benar, saya ke madinah dengan niat menziarahi Masjid nabawi atau berniat menziarahi makam Rasulullah...?
Syaikh Anis mengatakan, "Yang benar adalah saya ke madinah untuk menziarahi Masjid nabawi, karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ، الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ، وَمَسْجِدِ الرَّسُولِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَسْجِدِ الْأَقْصَى
“Janganlah engkau melakukan perjalanan jauh (safar) kecuali menuju tiga masjid: Al-Masjid Haram, Masjid Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan Masjid Al-Aqshaa” (HR. Bukhari & Muslim)
Hal ini berlaku baik pada makam Rasulullah, makam para nabi atau makam orang sholeh.
Namun bila peziarah telah sampai di madinah dianjurkan menziarahi makam Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagaimana yang dilakukan Ibnu Umar bila kembali dari perjalanan jauh.
Adapun ziarah berulang-ulang setiap selesai sholat tidak disyariatkan bahkan dilararang oleh pemilik sang pemilik kubur, beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda:
لَا تَتَّخِذُوا قَبْرِي عِيدًا وَلَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قُبُورًا وَحَيْثُمَا كُنْتُمْ فَصَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ تَبْلُغُنِي
“Jangan kamu jadikan kuburanku sebagai tempat ‘ied, dan jangan jadikan rumah-rumahmu bagaikan kuburan, dan dimana saja kamu berada, bershalawatlah kepadaku, karena shalawat kamu akan sampai kepadaku”.
Yang dimaksud dengan ied adalah aktifitas yang dilakukan berulang, jadi maksud menjadikan kuburan nabi sebagai ied adalah menziarahinya berulang-ulang.
Syaikh melanjutkan, bila telah sampai di makam Rasulullah, ucapkan salam kepada beliau, lalu bergeserlah sedikit ke arah kanan, ucapkan salam kepada Abu Bakar kemudian bergesarlah sedikit ke arah kanan lagi dan ucapkan salam kepad Umar. Tidak diperbolehkan berdo'a meminta pada ketiganya, ucapkan salam kemudian berlalulah untuk meninggalkan masjid.
_____________
Madinah 16 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly



309. APA YANG HILANG , PASTI BERGANTI

Allah tidak mengambil sesuatu darimu melainkan Dia telah mempersiapkan ganti yang lebih baik untukmu.
Kuncinya jangan sampai kamu sedih dan berputus asa.
Apa yang ada disisi Allah jauh lebih baik dari apa yang ada dalam benakmu. Boleh jadi kebahagiaan hidup yang anda rasakan saat ini adalah buah dari kesabaran anda atas musibah yang pernah menimpa anda.
Percayalah pada janji Allah. Berprasangka baiklah kepada Allah, sebab Dia sebagaimana prasangka hamba-Nya kepada-Nya. Bila seseorang jujur dengan Allah.. mentauhidkan-Nya dan yakin bahwa Allah akan mengobati perih dalam hidupnya, maka Allah akan mengobati perih hidupnya. Bila anda ditimpa musibah, maka jangan beri ruang untuk musibah itu dihati anda, bandingkan dengan karunia Allah yang selama ini anda nikmati.
Yakinilah.... apa yang hilang pasti berganti...
(Terinspirasi dari taujihat Syaikh Muhammad bin Muhammad Mukhtar As-Syinqity)
_______________
Madinah 17 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly



311. TANYAKAN PADA AHLINYA

Tadi setelah menjelaskan hadits tentang keutamaan habbatussauda Syaikh Prof.DR. Ibrahim Ar-Ruhaily ditanya, "wahai syaikh, bagaimana cara penggunaan habbatussauda yang baik.?"
Syaikh menjawab:
"Kita sedang membicarakan hukum syar'ie. Adapun tata cara penggunaannya tanyakan pada dokter. Mereka lebih tau masaalah ini. Mereka tau takaran yang tepat, karena apabila obat-obatan salah dalam penggunaannya, dimana takarannya lebih atau kurang dari yang diperlukan tubuh tentunya akan berakibat fatal. Maka tanyakan pada dokter dan para ahli dibidangnya"
Wallahu a'lam
_______________
Madinah 17 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly

Top of Form


313. JODOH, TAKDIR ATAU PILIHAN ?

Dipengajian streaming tadi ada ikhwah yang bertanya,
Jodoh itu takdir Allah atau harus dicari..?
Kami jawab, "Jodoh itu taqdir Allah.. Dan Allah menaqdirkan kita untuk mencarinya. Jodoh yang soleh adalah buah dari kesholehan, maka bersungguh-sungguhlah dalam berbenah diri, mudah-mudahan Allah mengaruniakan pada kita orang yang tepat diwaktu yang tepat"
Iya, karena laki-laki yang baik-baik adalah untuk wanita yang baik-baik pula. Begitu juga sebaliknya.
____________
Madinah 19 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly



314. SAAT CINTA DI UJI

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, dan dia banyak menyebut Allah."
[QS: al-Ahzâb (33) :21].
“Katakanlah (hai Muhāmmad), jika kalian (benar-benar) mencintai Allâh maka ikutilah aku (nabi muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam ), niscaya Allah akan mencintai kalian dan Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian, dan Allah Māha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS: Al-‘Imrân (03) : 31]
______________
Madinah 20 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly



315. BELAJAR IKHLAS DARI NABI MUSA -alaihissalam-

Allah azza wa jalla berfirman:
فسقى لهما ثم تولى إلى الظل
"Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh " (QS: Al Qasas: 24)
Entah berapa kali kita pernah melewati penggalan ayat ini, namun pernahkah kita menyadari bahwa penggalan ayat ini mengandung pelajaran yang luar biasa tentang keikhlasan.
Saat nabi Musa alaihissalam melihat dua wanita Madyan yang membutuhkan pertolongan untuk memberi minum ternak mereka, beliaupun beranjak dari tempat bernaung dan memenuhi hajat kedua wanita itu. Setelah memberi minum ternak-ternak ity, nabi Musa kembali ke tempatnya semula tanpa sepatah kata terucap. Dia tidak berlama-lama di depan orang yang ditolongnya itu, apalagi sampai menunggu kata syukron. Seolah ada isyarat bahwa bila engkau berbuat ihsan pada orang lain, maka menjauhlah darinya setelah keperluannya engkau penuhi, jangan membuat orang tersebut menatapmu malu, apalagi membuatnya terlihat lemah dan butuh bantuanmu. Bantu saudaramu, setelah itu berlalulah... Tak usah menunggu balasan walau untuk seuntai kata, "Syukron atau terimah kasih".
"Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah. Kami tidak mengharapkan balasan dari kamudan tidak pula (ucapan) terima kasih." (QS. Al-Insan: 9)
___________________
Madinah 20 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly



316. AGAR TAK ADA YANG LAIN SELAIN ALLAH

"Bila dunia terasa sempit dan musibah datang tak kenal henti, sementara kawan dan kerabat seolah berpaling, maka yakinilah saat itu Allah ingin engkau hanya berharap kepada-Nya. Allah membuat manusia berpaling darimu supaya engkau sadar bahwa Dia yang telah menciptakanmu, sanggup membuatmu bahagia tanpa mereka.
Iya, Dialah Allah....

الَّذِي خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ
وَالَّذِي هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ
وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
وَالَّذِي يُمِيتُنِي ثُمَّ يُحْيِينِ
وَالَّذِي أَطْمَعُ أَن يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ


“(Tuhan) yang telah menciptakaku, maka Dialah yang memberi petunjuk kepadaku. Dialah yang memberi makan dan minum kepadaku.
Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku.
Dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkanku (kembali).
Dan Dialah (Tuhan) yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat”.
(QS asy-Syu’arâ’ 26: 78-82)

Keyakinan itu tertancap kuat dalam jiwa para utusan Allah dan orang-orang sholeh. Keyakinan itulah yang mengilhami hati nabiyullah Ayyub alaihissalam untuk bermunajat dihadapkan pada pahit getirnya ujian.
Allah mengisahkan:

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ . فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ
 .
“Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang”. Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah”. (QS al-Anbiyâ’, 21: 83-84)
Renungkanlah. . Seorang nabi harus kehilangan harta dan anak-anaknya. Seluruh organ tubuhnya tak berfungsi, hanya hati dan lidahnya yang tidak tertimpa penyakit. Allah membiarkan kedua organ itu tetap berfungsi supaya Ayyub tetap bisa berdzikir dan memohon kepada Allah. Setelah masa pengujian itu berlalu, akhirnya Nabi Ayyub alaihissalam sembuh dari sakit yang di deritanya, tidak hanya itu Allah bahkan mengembalikan harta dan keluarganya.
Kisah diatas mengajari kita untuk tidak berprasangka buruk kepada Allah, tidak berputus asa akan rahmat Allah serta bersabar dalam menerima takdir Allah. Agar kita tetap bahagia disaat musibah menerpa, disaat manusia menjauh, berpaling, atau bahkan menghinakan kita.
(Terinspirasi dari nasehat Syaikh Muhammad bin Muhammad Al Mukhtar As-Syinqity)
Catt:
Saat membaca pengantar kitab sabil arrasyad karya Allamah Taqiyyuddin Al Hilali Al Maghriby -rahimahullah-, pada bagian yang mengisahkan biografi beliau sang muhaqqiq mengatakan, "Syaikh rahimahullah terkenal sangat keras dan sensitif dalam persoalan aqidah. Suatu ketika ada seorang wanita paroh baya mendatanginya dan berkata, "Wahai syaikh... doakan kesembuhan untuk anakku yang sedang sakit, dialah satu-satunya harapanku, aku tak bisa hidup tanpanya". Wajah syaikh tiba-tiba berubah, dengan suara rendah sambil menahan emosi Syaikhpun menjawab, "Bahkan aku berharap Allah mewafatkan anakmu, agar tak ada lagi tempatmu bergantung selain kepada-Nya"

_______________
Madinah 21 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly



317. AKHIR CERITA TENTANG KITA

Disini.....
Cerita tentang ketawadhuan, kedermawanan, kesholehan, kecongkakan, ketamakan dan kepongahan akan berakhir untuk sebuah permualaan.
Awalnya adalah pemutus kelezatan dan akhirnya adalah dua pilihan yang tak menyisahkan pilihan ke tiga.
Iya... semua kisah akan berakhir dan bermula kembali disini. Akhir cerita kehidupan dunia dan permulaan cerita negeri akhirat.. Meski terlihat sempit, namun dia bisa saja menjadi taman di antara taman surga atau menjadi jurang di antara jurang-jurang neraka. Kita semua akan melewati rumah ini, suka atau tidak suka, hanya waktu saja yang berbeda. Kita hanya menunggu. ... Karena seonggok tanah yang tercipta dari air hina itu pasti akan kembali menjadi tanah juga... Tak ada yang istimewa... Hanya amal sholeh yang membuat kita berbeda..
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: 

إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلاَ تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلاَ يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ

Artinya: “Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah". (QS. Luqmaan: 33)

وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnyanakhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahuinya.” (QS. Al Ankabut: 64)
Oleh karena itu. ..

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Siapa saja yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang merugi.”
(al mu'min: 9)


يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6
_____________
Madinah 22 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly



318. Hati-Hati, Mulutmu Harimaumu

Ketika menyebutkan biografi seorang ulama, Al-Hafidz Ibnu Hajar -rahimahullah- mengatakan, " Dipenghujung usianya terjadi perubahan pada ingatannya, dia lupa sebagian besar hafalannya, sampai-sampai Al Qur'an (juga ikut terlupakan). Dikatakan bahwa hal tersebut terjadi karena dia banyak membicarakan orang lain"
(Ad Durar Al Kaminah juz:6 hal:23)
Syaikh Muhammad bin Muhammad Al Mukhtar As-Syinqity pernah mengisahkan pengalamannya semasa menuntut ilmu dulu. Beliau mengatakan yang maknanya, "Pada awal-awal belajar dulu aku punya seorang teman yang sangat rajin menuntut ilmu, namun dipertengahan jalan dia mulai membicarakan kehormatan ulama, dan perlahan-lahan temanku ini mulai mengalami kegoncangan, diujung usia dia berubah menjadi orang yang ragu terhadap agamanya, nasalullah assalama wal aafiyah".
Tanda bila seseorang mulai diharamkan dari ilmu adalah saat lidahnya mulai ringan dalam membicarakan ahli ilmu. Maka berhati-hatilah terhadap apa yang keluar dari lisan kita, apalagi menyangkut kehormatan kaum muslimin, terlebih lagi para ulama.
Ingat... DAGING ULAMA ITU BERACUN
Seorang salaf pernah berkata, "
"Membicarakan orang lain itu penyakit, dan menyebut nama Allah adalah penawar hati."
Catt: membicarakan disini maksudnya adalah menjelek-jelekkan mereka, membicarakan aib dan kekurangannya.
____________________
Madinah 22 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly



319. TEKA TEKI FIQIH

Imam Syafi'i pernah ditanya tentang seorang wanita yang di dalam mulutnya terdapat sesuap makanan. Suaminya berkata padanya, "Bila engkau menelannya maka engkau kutalak, dan bila engkau memuntahkanya, maka engkaupun kutalak..?
Imam Syafi'i menjawab: "Hendaklah dia menelan setengahnya dan memuntahkan setengahnya."

(Thabaqat As Syafi'iyah: 2/204)
________________
22 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly


320. TAHUKAH ANDA..?

Syaikh Al-Allamah Ahmad Syakir -rahimahullah- mengatakan, "Imam Syafi'i tidak pernah menamakan bukunya dengan Ar-Risalah, beliau hanya menyebutnya dengan الكتاب , كتابى، atau كتابنا.
(Muqaddimah Ar-Risalah hal: 12)
________________
23 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly

Bottom of Form


321. MUHASABAH

"Kehidupan yang dijalani seseorang biasa saja menjadi sebab kebahagiannya atau menjadi sebab penderitaan dan kesengsaraannya.
Setiap detik, hari bahkan tahun demi tahun yang berlalu dalam kehidupan manusia bisa saja membawanya pada kecintaan & keridhoan Allah, sehingga dia termasuk diantara orang2 yg mendapatkan kemenangan dan surga, atau sebaliknya, ia berlalu dan membawanya pada neraka dan kemurkaan Allah -wal'iyadzubillah-. Kehidupan ini juga bisa saja membuat kita tertawa sesaat lalu dengan sekejap membuat kita menangis untuk selama-lamanya, atau sebaliknya, dia membuat kita menangis sesaat untuk bisa tertawa gembira selama-lamanya.
Orang yang akan meraih sukses dan bahagia adalah mereka yang menatap dunia ini dan tahu apa yang harus dilakukannya.
Allah telah menjadikan kehidupan ini sebagai tempat ujian, dimana dengan ujian itu akan nampak hakikat setiap hamba. Siapa yang meraih rahmat Allah maka dia akan bahagia selama-lamanya, begitu juga sebaliknya.

Kita tak tau akhir dari semua ini..
Boleh jadi dalam hidup yang dijalani seorang hamba ada saat dimana dia mendapati dirinya mulai jauh dari Allah, hatinya kemudian termenung sendiri, menangisi masa lalunya, air mata taubatpun membasahi pipinya, lalu dengan tangisan itu Allah mengampuninya dan memasukkannya ke dalam surga. Namun ada juga sebaliknya dimana ada sebagian hamba melakukan dosa, dia menganggap remeh dosa tersebut, hingga akhirnya sifat meremehkan itu menjadi sebab kesengsaraannya selama-lamanya.

Agar kehidupan ini semakin bermakna maka dalam setiap waktu yang kita jalani seharusnya kita bertanya:
Berapa banyak kita tertawa dalam hidup ini....?
Dan apakah tawa itu pada sesuatu yang diridhoi Allah atau tidak...?
Berapa banyak kita kita bersenang-senang dalam hidup ini...?
Dan apakah kesenangan itu diridhoi Allah atau tidak...?
Berapa banyak kita melewatkan malam dengan bergadang..?
Apakah kita melewatinya dengan sesuatu yang mendatangkan ridho Allah atau tidak..?
Pertanyaan demi pertanyaan.
Mungkin ada orang yang bertanya untuk apa semua tanya itu...?
Iya, kita perlu setiap saat bertanya pada diri sendiri karena tak ada sedetikpun dari waktu yang kita lalui melaikan kita selalu dalam limpahan karunia Allah.
Maka sangat memalukan bila kita makan dan minum dari nikmat Allah, berjalan diatas bumi Allah, namun semua itu tidak membuat kita terpanggil untuk mendekat dan mempersembahkan amal terbaik disisi-Nya.
Coba renungkan... ketika kita bangun dipagi hari, mata kita terbuka, pendengaran kita kembali seperti semula, raga kita kembali bergerak, maka siapa yang menjaga agar semua organ tubuh itu tetap berfungsi dengan baik hingga kita memasuki pagi..?
Bertanyalah pada diri... Apakah Rabb yang telah menciptakan dan menjaga fungsi dari seluruh organ tubuh itu ridho bila ciptaan-Nya digunakan untuk bermaksiat pada-Nya...?

Selamat menjawab...
(Diringkas dari nasehat Syaikh Muhammad bin Muhammad Mukhtar as-Syanqithi – hafidzohullah - dengan sedikit penyelarasan)
____________________
Madinah 24 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El Gharantaly




322. KARENA KITA ADALAH MUSAFIR

Sahabat Ibnu Umar radhiyallahu anhuma mengisahkan: “Suatu hari Rasulullah shalallahu alaihi wa salla memegang kedua pundakku seraya bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir”. Ibnu Umar berkata: “Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum masa sakitmu dan masa hidupmu sebelum matimu” (HR. Bukhari)
Seperti orang orang asing atau musafir, itulah logika kehidupan yang sesungguhnya. Orang asing atau musafir tidak akan pernah merasa tenang dan nyaman dengan kondisinya saat ini, meskipun ia hidup dengan segala kemewahan. Ia tidak akan merasa bahagia kecuali setelah berada di kampung halamannya, tak jarang ia mempercepat gerak dan langkahnya agar urusannya segera selesai dan kembali ke negeri asalnya. Ibnul Qayyim Al Jauziyah mengatakan, " Sejak diciptakan, manusia selamanya akan terus menjadi musafir. Tidak ada batas akhir perjalanan mereka kecuali surga atau neraka."
Sahabat fillah...
Tahukah anda mengapa Rasulullah memegang pundak Ibnu Umar..?
Itu karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ingin agar wasiatnya tertanam dilubuk hati Ibnu Umar. Cara itu juga mencerminkan kesungguhan Rasulullah dalam menasehati Ibu Umar agar menjadi musafir yang baik. Adapun pesan untuk menjadi musafir atau orang asing itu tidak hanya berlaku untuk Ibnu Umar saja, tetapi juga untuk seluruh ummatnya.

Memang... Kesadaran bahwa kita tak lebih dari seorang musafir akan menuntun mata hati kita supaya tidak mudah silau, jauh dari mental cepat terpukau oleh kenikmatan sesaat, serta mudah terpesona dengan apa yang ada di depan mata. Kesadaran ini juga akan menuntun mata hati kita untuk memandang jauh melewati batas-batas materi pada keaslian hidup yang sesungguhnya, yaitu kampung akhirat. Karena Gemerlap dunia membutuhkan penyikapan yang arif, tidak cukup dengan menggunakan sisi-sisi kemanusiaan semata.
Dibutuhkan mata hati, bukan sekedar mata kepala, dibutuhkan ketajaman iman dan tidak semata kalkulasi duniawi.
Penyikapan inilah yang dengan izin Allah Azza wa Jalla akan memberikan kita taufiq sebagai pengendali utama atas segala tindak laku kita, sehingga kita bisa berjalan diatas rel yang benar.

Selanjutnya, ungkapan Ibnu Umar Radhiallahu anhuma untuk tidak menunggu pagi maupun sore mengandung tafsiran yang sangat dalam. Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr mengatakan, "Sungguh Ibnu Umar sebagai perawi hadits ini dari Rasulullah telah menafsirkannya dengan memberi perumpamaan yang sangat tepat".
Apa yang dikatakan syaikh memang benar, Ucapan Ibnu Umar mengajarkan pada kita untuk selalu tanggap terhadap setiap peluang yang datang serta pantang menunda dalam melakukan amal kebajikan. Karena sikap menunda-nunda atau dalam bahasa arabnya 'Taswif' merupakan senjata syaithan yang paling ampuh dalam melemahkan potensi hidup seorang hamba.
Ibnu Umar seolah mengatakan pada kita "Kerjakan apa yang bisa anda kerjakan hari ini saat ini juga, pagi ini dan tak perlu menunggu petang datang, karena kita adalah Musafir..

__________________
Madinah Al Munawwarah Jum'at 24 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly




323. ''AKU LEBIH BAIK DARINYA''

Allah azza wa jalla berfirman:

وَلَقَدْ خَلَقْنَاكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَاكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ لَمْ يَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ . قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ. قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah. Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka ke luarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina". (QS Al A'raf: 11-13)
AKU LEBIH BAIK DARINYA
Itulah kalimat keangkuhan pertama yang membuat iblis terusir dari surga dan terlaknat untuk selama2nya. Maka tidak sepantasnya ia keluar dari bibir seorang hamba yang telah dimuliakan dengan akal untuk berfikir, hati untuk memahami dan anggota tubuh untuk tunduk, patuh penuh syukur.
Sifat sombong adalah sifat yang dibenci Allah, sifat ini dapat menurunkan kedudukan seorang hamba dari kemuliaan pada kehinaan, bahkan dia bisa menjadi penghalang manusia dari surga Allah, tak perduli sebesar apa kadar kesombongan itu. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Tidak masuk surga orang yang didalam hatinya ada rasa sombong meskipun hanya sebiji sawi”.
Allah berfirman dalam hadits qudsi, "Keagungan adalah sarung-Ku dan kesombongan adalah pakaianKu. Barangsiapa merebutnya (dari Aku) maka Aku akan menyiksanya. (HR. Muslim).

Saking besarnya bahaya sifat sombong ini, tak heran bila Rasulullah shallallahu alaihi wasallam senantiasa memohon perlindungan kepada Allah darinya disaat memasuki pagi ataupun menjelang petang. Beliau selalu berdo'a,

رب أعوذ بك من الكسل و سوء الكبر

Rabbi audzubika minal kasali wa suuil kibr.
"Tuhanku... Aku memohon perlindunganmu dari sifat pemalas dan buruknya sifat sombong"
Lalu apa kesombongan itu...?
Apa tolak ukur hingga seseorang itu dikatakan sombong..?
Saat Rasulullah menjelaskan bahwa "tidak akan masuk surga orang yang didalam hatinya ada rasa sombong meskipun hanya sebiji sawi", maka ada seorang laki-laki bertanya :”sesungguhnya ada seorang yang senang pakaiannya bagus dan juga sandalnya bagus”.Beliau bersabda “sesungguhnya Allah itu indah yang senang terhadap keindahan. Sedang sombong itu adalah MENOLAK KEBENARAN DAN MERENDAHKAN ORANG LAIN”
Inilah barometer kesombongan yang digariskan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Kedua sifat ini terkumpul pada diri Iblis, yaitu sikap menolak kebenaran berupa perintah untuk sujud dan merendahkan nabi Adam alaihissalam yang diciptakan Allah dari tanah dengan tangan-Nya.

Memang sudah merupakan tabiat manusia selalu merasa paling mulia, paling unggul, dan hebat dari orang lain, apalagi bila dia memiliki kedudukan tinggi baik secara akademik maupun secara strata sosial. Perasaan itupun akhirnya melahirkan keangkuhan, tak mau mengakui keunggulan orang lain, bahkan tak jarang dia akan melancarkan makar agar karunia Allah yang ada pada orang lain hilang. Padahal Al Qur’an mengajari kita untuk tawadhu, Al Qur'an menuntun kita untuk mengembalikan semua keberhasilan itu pada Allah dan Al Qur'an juga menuntun kita untuk mengakui keunggulan orang lain, diatas langit masih ada langit.

" و فوق كل ذى علم عليم"

"Dan diatas setiap orang berilmu itu ada orang yang lebih mengetahui"
Satu hal yang harus kita sadari, bahwa tidak ada rekomendasi dari Allah bahwa kita adalah orang yang paling sholeh. Manusia boleh menilai apa yang Nampak, tapi Allah melihat pada apa yang tersembunyi di dalam dada kita.
Semoga Allah melindungi kita dari sifat sombong dan membimbing hati kita supaya mudah menerima kebenaran dan tidak meremehkan orang lain.
_________________
Madinah 25 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly




324. TUHANKU.... TETANGGAKU MENUTUP PINTU RUMAHNYA DARIKU
Sahabat lbnu Umar radhiyallahu anhu berkata:

لَقَدْ أَتَى عَلَيْنَا زَمَانٌ - أَوْ قَالَ : حِيْنٌ- وَمَا أَحَدٌ أَحَقُّ بِدِيْنَارِهِ وَدِرْهَمِهِ مِنْ أَخِيْهِ الْمُسْلِمِ، ثُمَّ الآنَ الدِّيْنَارُ وَالدِّرْهَمُ أَحَبُّ إِلىَ أَحَدِنَا مِنْ أَخِيْهِ الْمُسْلِمِ

“Telah datang kepada kami (para sahabat) suatu zaman atau masa di mana seorang itu (merasa) saudaranya sesama muslim lebih berhak untuk memiliki dirham dan dinar yang ia miliki. Adapun saat ini, dinar dan dirham lebih dicintai oleh salah seorang di antara kita daripada saudaranya sesama muslim. Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

كَمْ مِنْ جَارٍ مُتَعَلِّقٍ بِجَارِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُوْلُ، يَا رَبِّ! هَذَا أَغْلَقَ بَابَهُ دُوْنِي، فَمَنَعَ مَعْرُوْفَهُ!

“Berapa banyak tetangga yang akan bergantung (memegang tangan) tetangganya di hari kiamat sambil berkata, ”Wahai Rabb-ku orang ini menutup pintunya dariku, dia enggan memberi apa yang ia miliki.”
(HR. Bukhari dalam Al Adab Al Mufrad)

Syaikh Anis Thahir Al-Andunisy menjelaskan, "Hadits ini hasan lighairihi sebagaimana yang disebutkan Al Albani, adapun maksud dari menutup pintu adalah enggan memberi apa yang dia miliki pada tetangganya atau tidak mau membukakan pintu disaat tetangganya datang mengetuk untuk sebuah keperluan." Makna ini juga diperkuat oleh hadits selanjutnya dimana Ibnu Az-Zubair menuturkan, “Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِيْ يَشْبَعُ، وَجَارُهُ جَائِعٌ

"Bukan orang beriman apabila seseorang kekenyangan sedangkan tetangganya dalam keadaan lapar.” (HR. Bukhari dalam Al Adab Al Mufrad)
Ucapan nabi shallallahu alaihi wasallam "bukan orang beriman" maksudnya tidak sempurna keimanannya.
Sahabat fillah...
Kedua hadits diatas menunjukkan bahwa din islam adalah agama yang rahmatan lil alamin. Agama ini tidak hanya mengurusi masaalah-masaalah akhirat saja, bahkan ia juga mengatur permasalahan-permasaalahan sosial supaya tidak terjadi apa yang kita sebut dengan kesenjangan sosial. Islam mengajari umatnya untuk menjadi bahu tempat dimana orang lain bisa menyandarkan diri dari penatnya hidup, atau menjadi pusaran-pusaran manfaat bagi si papah yang membutuhkan pertolongan.
Islam mendidik jiwa kita untuk terus memupuk rasa simpati terhadap penderitaan yang dialami oleh orang lain, dengan tidak menutup pintu darinya, meringankan bebannya sekalipun hanya dengan menjadi tempat curhat. 


تعاونوا على البِرّ والتقوى .

Perhatikan.... pada ayat di atas Allah mendahulukan perintah agar saling tolong menolong dalam berbuat baik pada sesama sebelum perintah takwa. Karena berbuat baik manfaatnya dapat dirasakan banyak orang, sementara takwa bersifat terbatas hanya pada diri sendiri.
Hadits ini juga mengajari kita tentang nilai estetika yang begitu luhur dan paling banyak mengantarkan orang ke surga, yaitu kebagusan akhlak. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:


إِنَّ الْمُؤْمِنَ يُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَاتِ قَائِمِ اللَّيْلِ صَائِمِ النَّهَارِ

"Sungguh orang-orang yang beriman dengan akhlak baik mereka bisa mencapai (menyamai) derajat orang yang menghabiskan seluruh malamnya dalam sholat dan seluruh siangnya dengan berpusa.” (HR. Ahmad)
Semoga Allah azza wa jalla memberikan taufiq pada kita agar menjadi tetangga yang baik bagi saudara muslim kita. Jangan sampai pada hari kiamat nanti tetangga kita di dunia memegang erat tangan kita lalu mengadukan kita kepada Allah azza wa jalla sambil berkata:
"Tuhanku... tetanggaku menutup pintu rumahnya dariku.."
Selagi didunia bukalah pintu rumah kita untuk mereka.
______________
Madinah 25 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly



326. JANJI ALLAH BAGI ORANG YANG BERTAQWA

Allah azza wa jalla berfirman:

تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لا يُرِيدُونَ عُلُوّاً فِي الْأَرْضِ وَلا فَسَاداً وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan (maksiat) di (muka) bumi, dan kesudahan (yang baik) itu (surga) adalah bagi orang-orang yang bertakwa” (QS al-Qashash: 83)

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَهَرٍ. فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ مَلِيكٍ مُقْتَدِرٍ

"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai. di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa. (QS Al Qamar: 54-55)

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ. آخِذِينَ مَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ ۚإِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَٰلِكَ مُحْسِنِينَ

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air,
sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik (QS Adz Dzariyat: 15-16)

وَلَأَجْرُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ لِلَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ

"Dan sesungguhnya pahala di akhirat itu lebih baik, bagi orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa" (QS Yusuf: 57)
Diantara sifat orang yang bertakwa adalah:

كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ
 

Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam;

وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
 

Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).

وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ

Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian. (Adz-Dzaariyat: 17-19)
________________________
Madinah 26 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly




000. KISAH TENTANG ANAK MANUSIA

Begitulah..... Semakin tinggi sebuah pohon, semakin kencang angin menerpa.
Tapi jalannya Awan takkan terganggu oleh gonggongan anjing.
Sebab sekuat apapun busur ditarik, tetap saja takkan pernah sampai kebintang.
Aku tidak sedang berkisah tentang sesosok malaikat... tidak... Tapi aku sedang berkisah tentang seorang anak manusia. Setiap ku melewati majelisnya, haruku membiru ingin meluapkannya dalam tangis, aku teringat pahitnya cacian dan hasutan saudara-saudaranya itu, namun ketegarannya membuat piluku terobati. Setiap hari majelisnya ramai dipenuhi jamaah. Tidak hanya dari tanah air, tapi juga dari Malaysia, Brunai dan Thailand selatan. Dari orang awam sampai orang yang berpendidikan, semuanya duduk menyimak kajian beliau. Sungguh begitu terasa manfaatnya terhadap ummat. Berapa banyak yang mendapatkan hidayah melalui perantaranya. Selepas Isya pertanyaan yang diajukan hampir tak ada habisnya, kulihat dia tetap sabar meladeni pertanyaan demi pertanyaan dengan senyumnya yang khas. Dengan semua itu... Ternyata Allah juga menghendaki dia untuk menuai pahala meskipun dalam keadaan tidur, insyaallah. Semoga Allah menguatkan langkahnya, membimbingnya diatas jalan hidayah. Dan semoga Allah menjadikannya pelita bagi ummat, pembuka pintu kebaikan disaat yang lain memilih untuk menutup pintu itu dari ummat atau berupaya memadamkan cahaya pelita yang baru saja dinyalakan. Memang... dia bukan orang yang maksum.., dia hanyalah manusia biasa seperti kita, namun setitik najis tidak akan merubah kesucian dua qullah air. Pepatah arab mengatakan:

من ذا الذي ماساء قط؟
ومن له الحسنى فقط؟


Siapakah yang tak pernah salah…?
Dan siapakah yang hanya punya kebaikan saja..?

Maaf... bila tulisan ini membuat sebagian orang merasa tidak nyaman.
Tapi sebelum anda merasa tidak nyaman, sebaiknya bercemin lagi, semoga Allah merahmati hamba yang menyadari kadar kemampuan dirinya.

Saya teringat ungkapan Imam syafi'i -rahimahullah- yang dituangkan dalam sebuah bait syair, beliau mengatakan:

وعين الرضا عن كل عيب كليلة كما أن عين السخط تبدى المساويا

"Pandangan simpati akan menutup segala cela. Sebagaimana pandangan benci akan menampakkan segala cacat"
_____________
Madinah 26 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly




327. BILA HASIL RU'YAH BERBEDA LALU KAPAN KITA PUASA ARAFAH...?

Semalam saya menanyakan 1 permasaalahan pada 2 Pengajar di Masjid Nabawi. Dan Hasilnya adalah 2 jawaban yang berbeda.
Pertanyaan:
Wahai syaikh bila hasil rukyat di negara kami berbeda dengan hasil rukyat di kerajaan saudi, tentunya penanggalan puasa Arafah juga akan berbeda, maka kapan kaum muslimin di negara kami melakukan puasa Arafah..?
Prof. DR. Anis Thohir Al -Indunisy menjawab:
"Ikuti penanggalan yang ada di negeri kalian jika ternyata dipastikan berbeda. Karena perbedaan mathla' itu mu'tabar. Namun bila ragu berpuasalah pada tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah. Wallahu a'lam"
Prof.DR. Dhiyaurrahman Al A'dzamy menjawab:
"Ada perbedaan pendapat dalam masaalah ini, Hanya saja saya lebih condong untuk mengikuti jadwal wuquf para jamaah haji di Arafah. Karena nabi shallallahu alaihi wasallam mengatakan, "صوم يوم عرفة (Puasa di hari Arafah)" bukan " صوم يوم التاسع من ذى الحجة" (puasa pada tanggal 9 Dzulhijjah). Itu artinya kita berpuasa pada hari dimana kaum muslimin berada di Arafah. Ini pendapat yang saya anggap rojih, inilah fatwa saya dalam masaalah ini. Wallahu a'lam."
Jadi...?
Saya pribadi lebih condong pada pendapat Prof. Dhiyaurrahman Al A'dzamy. Dan setuju dengan saran Prof. Anis untuk berpuasa pada tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah bila penanggalan ditanah air lebih lambat dari penanggalan KSA sebagai bentuk kehati-hatian. Lagipula masaalah ini fleksibel.
Wallahu a'lam.
_________________
Madinah 28 Dzulqa'dah 1435 H
ACT El-Gharantaly



330. MUHASABAH

《Melawan Keangkuhan Diri Dengan Berdo'a》
Ada saat dimana kita terlalu bergantung pada kemampuan diri hingga lupa bahwa tangan ini harus ditengadahkan kelangit. Bukankah Rasulullah shallallahu alaihi senantiasa berdo'a:
اَللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ
“Ya Allah! rahmatMu kuharapkan, oleh karena itu, jangan Engkau biarkan aku bergantung pada diriku sendiri walau sekejap mata (tanpa pertolongan dan rahmat dariMu). Perbaikilah seluruh urusanku, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau.” (HR. Abu Dawud Ahmad)
Lalu siapakah kita....?
Padahal Allah azza wa jalla telah memaklumkan:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
Artinya :

Dan Tuhanmu berfirman "Berdo'alah kalian kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu". (QS Ghafir: 60)
________________
Madinah 1 Dzulhijjah 1435 H
ACT El-Gharantaly



331. MENJAWAB TANYA

Apakah putusan perintah saudi dalam menetapkan masuknya bulan Dzulhijjah juga berlaku untuk negara kita (Indonesia)..? Lalu bagaimana dengan puasa Arafah....?
Jawaban:
Putusan pemerintah saudi yang menetapkan 1 Dzulhijjah pada hari ini (Kamis 25 September 2014) tidak berlaku bagi kaum muslimin Indonesia yang memiliki mathla tersendiri. Sebab Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَالْأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ

Puasa itu adalah hari ketika orang-orang berpuasa, Idul Fitri adalah hari ketika orang-orang berbuka, dan Idul Adha adalah hari ketika orang-orang menyembelih‘” (HR. Tirmidzi Ad Daruquthni)
Lagipula para ulama telah menjelaskan bahwa urusan menetapkan hari raya adalah urusan pemerintah yang sah dalam sebuah negara. Terjadinya perbedaan dalam hal ini mu'tabar (dapat diterima sebagai acuan) berdasarkan hadits Ibnu Abbas radhiallahu anhuma dimana beliau tidak mencukupkan diri dengan ru'yah Muawiyah -radhiallahu anhu- yang saat itu berada di Syam sementara beliau berada di Madinah. Ketika ditanya apa alsannya, beliau menjawab "begitulah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memerintahkan kami" (Hadits secara lengkap diriwayatkan oleh Imam muslim dengan no.2580) Maksud Ibnu Abbas adalah begitulah Rasulullah telah memerintahkan kami agar menjadikan hilal sebagai acuan dalam menetapkan waktu untuk berpuasa dan berhari raya.
Adapun mengenai puasa Arafah, maka kami telah menukilkan 2 fatwa Muhaddits Madinah, dan kami memilih fatwa yang menyatakan bahwa puasa Arafah hendaknya dilakukan pada saat kaum muslimin berada di Arafah sebab amalan ini punya keterkaitan langsung dengan hari dan tempat (muqayyad).
Nah berhubung penanggalan pemerintah indo lebih lambat dari pemerintah saudi -sebagaimana prediksi kami sebelumnya- maka syaikh Anis menyarankan, "bila ragu maka berpuasalah pada tanggal 8 dan 9 menurut penanggalan pemerintah setempat". Dengan demikian, bila anda berpuasa pada tanggal 8 -menurut penanggalan pemerintah RI- yang mana tanggal tersebut bertepatan dengan waktu wuquf di afarah -menurut penanggalan pemerintah saudi- , maka kita tetap mendapat pahala puasa arafah, sementara puasa sesudahnya masuk dalam puasa sunnah yang dianjurkan berdasarkan keumuman dalil yang menganjurkan puasa di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah."
Kesimpulannya adalah puasa Arafah boleh dilakukan berdasarkan penanggalan saudi sementara hari raya wajib ikut pemerintah RI.
Sebenarnya masalah ini tidak perlu dijadikan sebagai bahan diskusi yang tak sehat. Dan saya tidak mengharuskan siapapun untuk mengikuti kesimpulan mengenai puasa Arafah di atas. Adapun mengenai sholat Iedul Adha wajib hukumnya mengikuti pemerintah demi kemaslahatan bersama.
Wallahu a'lam.
Taqabbalallahu minna wa minkum
________________
Madinah 1 Dzulhijjah 1435 H
ACT El-Gharantaly





332. TIDAK SEMUA ORANG YANG DATANG BERTANDANG KERUMAH KITA DISEBUT TAMU

Perbedaan antara DHAIF (tamu) dan ZAIR (orang yang datang bertandang/berkunjung)
Tamu (dhaif) adalah orang yang sengaja datang kepada kita dari tempat yang jauh seperti dari luar kota atau luar negeri. Sedangkan zair adalah orang yang mengunjungi kita namun masih satu kota atau satu komplek dengan kita. Karena kondisi yang jauh dari kampung halaman inilah syariat kita mewajibakan hak-hak khusus untuk mereka, seperti memberi tempat tinggal dan makanan serta hal-hal yang diperlukan mereka selama tiga hari dan ditambah 1 hari sebagai bentuk ihsan. Oleh karena itu hadits-hadits yang menganjurkan untuk memuliakan tamu berlaku bagi orang yang kondisinya seperi di atas. Adapun bagi orang yang biasa berkunjung dan masih dalam satu kota atau satu komplek dengan kita, maka dia tidak disebut sebagai tamu, dia juga tidak berhak mendapatkan fasilitas sebagaimana yang didapat oleh tamu. Hanya saja kita tetap dianjurkan berbuat baik kepadanya sebagai bentuk ihsan.
Faidah dari majelis Syaikh Sholeh Al Ushoimy di masjid nabawi beberapa tahun yang lalu.
Catt:
Faidah ini juga disebutkan oleh Imam al-Alusy di dalam kitab nail al arab fi ma'rifati ahwal al arab. Buku ini secara khusus menyebutkan kebiasaan atau urf orang-orang arab dalam menggunakan kata dan istilah. Karena Syariat kita diturunkan dalam bahasa arab, maka sangat penting mengetehui bagaimana sebuah kata atau istilah dalam bahasa arab diaplikasikan oleh orang-orang arab, dan lebih khusus mereka yang hidup di masa Rasulullah dan menyaksikan turunnya wahyu.

____________________
Madinah 1 Dzulhijjah 1435 H
ACT El Gharantaly




334. Menghidupkan Kembali Sunnah Yang Mulai Ditinggalkan

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعَمَلُ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنْ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ

“Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya daripada hari yang sepuluh (sepuluh hari pertama dari Dzulhijjah), karenanya perbanyaklah tahlil, takbir, dan tahmid di dalamnya.” (HR. Ahmad. Sanad hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir).
Imam Bukhari mengatakan, "Dahulu Umar -radhiallahu anhu- mengumandangkan takbir di dalam kemahnya di mina, maka penghuni masjipun mendengarnya, lalu mereka bertakbir, orang-orang dipasarpun ikut bertakbir hingga mina dipenuhi gema takbir"
Disunnahkan untuk mengeraskan takbir, baik di jalanan, di pasar-pasar, bahkan diatas pembaringan sekalipun sebagaimana praktek yang dilakukan salafussholeh.

Al Azraqi dalam Akbar Makkah menukilkan ucapan Mujahid yang mengatakan:

كان أبو هريرة وابن عمر رضي الله عنهما يخرجان أيام العشر إلى السوق
فيكبران فيكبر الناس معهما لا يأتيان السوق إلا لذلك .


Dahulu Abu Hurairah dan Ibnu Umar radhiallahu anhuma keluar menuju pasar di sepuluh hari pertama bulan dzulhijjah, mereka mengumandangkan takbir, lalu orang-orangpun mengumandangkan takbir bersama mereka. Keduanya tidak mendatangi pasar melainkan untuk melakukan hal tersebut. (Akhbar Makkah: 2/372)

Berikut ini beberapa bentuk lafdz takbir yang disunnahkan.
1. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Kabiiran
2. Allahu Akbar, Allahu Akbar, la Ilaaha Illallahu Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.
3. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, la Ilaaha illallahu Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd. 


Catatan: Sunnah memperbanyak takbir, tahlil dan tahmid ini adalah sunnah yang mulai dilalaikan banyak orang, tidak hanya orang awam bahkan orang-orang sholeh pun mulai meninggalkan sunnah ini, tentu hal ini sangat disayangkan. Kondisi ini jauh berbeda dengan kondisi di mada salafussholeh -ridhwanullah alaihim- dimana takbir, tahlil dan tahmid menggema diseluruh pelosok negeri.
Mari hidupkan kemabali sunnah yang mulai ditinggalkan ini.
Catt: Bagi Masyarakat Indonesia sunnah ini mulai dilakukan sejak terbenamnya matahari hari ini hingga berakhirnya hari-hari tasrik.
___________
Madinah 1 Dzulhijjah 1435 H
ACT El-Gharantaly




335. GARIS BAWAH

”Hendaknya kita mengukur ilmu bukan dari tumpukan buku yang kita habiskan. Bukan dari tumpukan naskah yang kita hasilkan. Bukan juga dari penatnya mulut dalam diskusi tak berujung yang kita lakukan.Tapi dari amal yang lahir dari setiap desah napas kita.”
Ibnul Qayyim Al Jauziyyah
_________________
Madinah 3 Dzulhijjah 1435 H
ACT El Gharantaly



336. CATATAN PINGGIR

"Itukan hanya sunnah..."
Syaikh Muhammad bin Muhammad Al Mukhtar As-Syinqity pernah mengatakan:
"Bimbinglah umat agar mencintai kebajikan, bila engkau melewati bab al mustahabbaat (penjelasan tentang amalan-amalan sunnah) maka jangan katakan, "Ah.. itu hanya sunnah saja, tidak apa-apa ditinggalkan" Tidak ... sekali-kali jangan ucapkan itu. Namun katakan, "Ini adalah sunnah, mari kita berlomba-lomba untuk mengidupkannya, jangan sampai kita kehilangan pahala sunnah ini".
Arahan ini secara khusus kami tujukan bagi penuntut ilmu atau para pengajar yang banyak berinteraksi dengan kaum muslimin, yang menjadi pelita dan tempat bertanya mereka."

__________________
Prince Mohammad Bin Abdul Aziz Int. Airport
Ahad 4 Dzulhijjah 1435 H
ACT El-Gharantaly.




337. CERITA GURUKU

Syaikh Anis mengisahkan:
Cerita hidup yang hingga kini terus melekat dalam ingatanku adalah kisah tentang seorang kakek yang selalu membaca Al-Quran melalui hafalannya. Padahal usianya sudah mendekati 90 tahun. Kakek tersebut setiap harinya membaca Al-Quran sebanyak 5 juz tanpa melihat mushaf. Diusianya yang senja hafalan Qur'annya semakin kuat dan sama sekali tak berubah, padahal dia sering lupa nama cucu-cucunya. Kadang dia bertanya pada cucunya, nama kamu siapa nak.? Cucunyapun akan menjawab "Khalid kek" tapi bila berpapasan dia akan kembali menanyakan nama cucunya tersebut. Tapi tidak soal Al Qur'an, sungguh ini adalah keajaiban Al Qur'an.
Cat: Syaikh Abdullah bin Muhammad Al Amin As Syinqity pernah mengatakan: Seorang hafidz yang selalu menghantamkan Al Qur'an setiap minggunya hafalannya akan terjaga berkat taufiq Allah.
_________________
Jeddah 4 Dzulhijjah 1435 H
ACT El-Gharantaly




338. Jarak Antara Hamba Dan Arsy Ar-Rahman

Imam Ahmad bin Hanbal -rahimahullah- pernah di tanya, "Wahai imam berapa jarak antara kita dan Arsy Ar Rahman.?
Imam ahmad menjawab, "sejauh do'a yang tulus dari hati seorang hamba yang tulus"
Beliau juga pernah di tanya, "Kapan sejatinya seorang mu'min merasakan lezatnya masa rehat.?
Beliau menjawab, "Saat awal langkahnya menapaki surga"
(Thabaqatul Hanabilah: 1/291)
_________________
Jeddah 5 Dzulhijjah 1435 H
ACT El-Gharantaly










0 Kommentare:

Kommentar veröffentlichen