Freitag, 2. Januar 2015

TAFAKUR CINTA

(untuk kita renungkan)
Imam Ahmad pernah menceritakan perihal
istrinya, beliau mengatakan:

ﺃﻗﻤﺖ ﻣﻊ ﺃﻡ ﺻﺎﻟﺢ ﺛﻼﺛﻴﻦ ﺳﻨﺔ، ﻓﻤﺎ ﺍﺧﺘﻠﻔﺖ ﺃﻧﺎ ﻭﻫﻲ ﻓﻲ ﻛﻠﻤﺔ، ﺛﻢ ﻣﺎﺗﺖ ﺭﺣﻤﻬﺎ ﺍﻟﻠﻪ

''Aku hidup bersama Ummu Shaleh selama 30 tahun. Aku dan dia tak pernah berselisih meski dalam satu kata sekalipun. Kemudian dia meninggal dunia, semoga Allah merahmatinya'' 

Semoga Allah rahmati keduanya.
Fragmen diatas setidaknya mengajak kita untuk bercermin kembali, entah posisi kita sebagai seorang suami maupun sebagai seorang Istri.

Ummu sholeh adalah sosok yang sangat langka dizaman ini. Sebagaimana langkanya Sosok Imam Ahmad. Hari ini, kisah ketaatan ummu sholeh itu bagai sesuatu yang semu, ia seperti sosok khayalan dalam kisah-kisah romansia.

Hari ini..
Sebagian istri lupa atau bersikap masa bodoh dengan kewajiban mereka sebagai ma'mum dalam keluarga. Adakalanya -tanpa merasa berdosa- seorang istri berani membentak suaminya. Seakan lupa bahwa suami adalah jalan baginya menuju surga. Kondisi ini terkadang membuat sebagian suami memilih menyepi agar bisa menumpahkan tangis kecewa karena ulah sang istri yang sulit diatur.

Padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ﺃَﻳُّﻤَﺎ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓٍ ﻣَﺎﺗَﺖْ ﻭَﺯَﻭْﺟُﻬَﺎ ﺭَﺍﺽٍ ﻋَﻨْﻬَﺎ ﺩَﺧَﻠَﺖِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ

“Wanita (istri) mana saja yang meninggal dalam keadaan suaminya ridha kepadanya niscaya ia akan masuk surga.” (HR. At-Tirmidzi)

Islam telah menetapkan bahwa ketaatan terhadap suami merupakan kewajiban yang harus didahulukan seorang istri diatas ketaatan terhadap kedua orangtuanya.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

ﻟَﻮْ ﻛُﻨْﺖُ ﺁﻣِﺮًﺍ ﻟِﺄَﺣَﺪٍ ﺃَﻥْ ﻳَﺴْﺠُﺪَ ﻟِﺄَﺣَﺪٍ ﻟَﺄَﻣَﺮْﺕُ ﺍﻟْﻤَﺮْﺃَﺓَ ﺃَﻥْ ﺗَﺴْﺠُﺪَ ﻟِﺰَﻭْﺟِﻬَﺎ

“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain niscaya aku akan memerintahkan istri untuk sujud kepada suaminya.”
(HR. At-Tirmidzi)

Namun ingat..! Ketaatan ini hanya berlaku pada hal-hal yang ma'ruf (baik-baik) saja. Seorang Istri tidak wajib taat pada suami bila ia menyuruhnya melakukan kemaksiatan pada Allah. Karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

ﺇِﻧَّﻪُ ﻻَ ﻃَﺎﻋَﺔَ ﻟِﻤَﺨْﻠُﻮْﻕٍ ﻓِﻲ ﻣَﻌْﺼِﻴَﺔِ ﺍﻟْﺨَﺎﻟِﻖِ

“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Khaliq.” (HR.Ahmad)
Fragmen diatas juga mengajak kita -para suami- untuk bercermin kembali. Jangan sampai kita berangan-angan mendapatkan sosok istri yang perilakunya seperti Ummu sholeh namun kita lupa siapa Imam Ahmad.
Kita menginginkan wanita seperti Aisyah, namun lupa bahwa disana ada pribadi Agung yang menjahit baju dan kasutnya sendiri. Siapa lagi kalau bukan Rasulullah.

Ingat pesan Rasulullah:

ﺍِﺭْﻓَﻖْ ﺑِﺎﻟْﻘَﻮﺍﺭِﻳْﺮِ

“Berlemah-lembutlah terhadap gelas- gelas kaca (maksudnya para wanita)” 
(HR. Sahih Bukhari Muslim)

Sekian.
 
Cermin diri:
 
Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata:

ﻗِﻴْﻞَ: ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ، ﺃَﻱُّ ﺍﻟﻨِّﺴﺎَﺀِ ﺧَﻴْﺮٌ؟ ﻗَﺎﻝَ: ﺍﻟَّﺘِﻲ ﺗَﺴُﺮُّﻩُ ﺇِﺫَﺍ ﻧَﻈَﺮَ، ﻭَﺗُﻄِﻴْﻌُﻪُ ﺇِﺫَﺍ ﺃَﻣَﺮَ، ﻭَﻻَ ﺗُﺨَﺎﻟِﻔُﻪُ ﻓِﻲ ﻧَﻔْﺴِﻬَﺎ ﻭَﻟَﺎﻓِﻲ ﻣَﺎﻟِﻪِ ﺑِﻤَﺎ ﻳَﻜْﺮَﻩُ

"Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wanita (istri) seperti apakah yang paling baik?” Beliau menjawab,“Yang menyenangkan suaminya bila suaminya memandangnya, yang menaati suaminya bila suaminya memerintahnya, ia tidak menyelisihi suaminya dalam perkara yang menyangkut dirinya dan tidak pula terhadap harta suaminya pada apa yang dibencinya.”
(HR. Ahmad)

Wahai para suami.... pelan pelanlah..
Istrimu adalah teman hidupmu..
Dia bukan pembantumu..

Wallahu a'lam

__________
ACT El Gharantaly
Madinah, 19-04-1435 H

0 Kommentare:

Kommentar veröffentlichen