Freitag, 2. Januar 2015

PEMIMPIN KAFIR YANG ADIL LEBIH BAIK DARI PEMIMPIN MUSLIM YANG DZALIM (?)

MENJAWAB TANYA

Beberapa hari terakhir ini kami mendapat pertanyaan seputar perkataan yang dinisbatkan kepada Ibnu Taimiyah -rahimahullah- yang bunyinya:

حاكم كافر عادل خير عند الله من حاكم مسلم ظالم

"pemimpin kafir yang berlaku adil lebih baik disisi Allah ketimbang pemimpin muslim yang dzalim".

Apakah benar pernyataan diatas merupakan pernyataan Ibnu Taimiyah..?
 

Apakah Ibnu Taimiyah membolehkan orang kafir menjadi pemimpin bagi kaum muslimin dengan syarat berlaku adil.?

Jawabannya tentu tidak benar, kalimat diatas sudah mngalami tahrif (perubahan). Memang benar syaikhul islam pernah mengatakan bahwa"

فإن الناس لم يتنازعوا في أن عاقبة الظلم وخيمة، وعاقبة العدل كريمة، ولهذا يروى
 "الله ينصر الدولة العادلة وإن كانت كافرة، ولا ينصر الدولة الظالمة وإن كانت مؤمنة"


"Manusia tidak berselisih bahwa balasan dari perbuatan zalim adalah kebinasaan sementara balasan dari sikap adil adalah kemuliaan. Oleh karena itu diriwayatkan bahwa "Allah akan menolong negara yang adil sekalipun kafir, dan akan membinasakan Negara yang zalim sekalipun beriman"

Akan tetapi perlu diketahui bahwa perkataan syaikhul islam tidak bisa difahami sepotong-sepotong. Perkataan beliau harus difahami secara utuh, hal ini telah kami jelaskan pada tulisan kami sebelumnya yang membahas tentang hal-hal yang harus diperhatikan pembaca sebelum membaca karya syaikhul islam Ibnu Taimiyah.

Bila kita membaca pernyataan beliau secara utuh di dalam risalah Al Hisbah, sama sekali tidak ada indikasi bahwa Syaikhul Islam merestui kepemimpinan orang kafir meskipun dia adil. Karena hal ini merupakan masaalah fundamental yang sudah difahami secara dharuroh dalam islam, dimana agama kita dengan tegas menolak kepemimpinan orang kafir terhadap orang islam. Dan Syaikhul Islam merupakan ulama yang dikenal tegas dan terdepan dalam masaalah ini.

Pernyataan beliau didalam risalah Al Hisbah adalah penjelasan tentang pentingnya keadilan dan bahayanya kedzaliman terhadap eksistensi sebuah bangsa. Karena dalam urusan dunia Allah tidak pilih kasih. Dia memberi rahmat kepada seluruh makhluk, baik kepada orang mukmin ataupun orang kafir bila ia telah melakukan ikhtiar. Akan tetapi orang mukmin akan mendapakan balasan kebaikannya di dunia dan di akhirat, sementara orang kafir hanya akan mendapatkan balasan kebaikannya di dunia saja. Jadi pertolongan Allah kepada orang-orang kafir semata-mata nikmat dunia yang disegerakan kepada mereka, tanpa menyisahkan nikmat tersebut untuk kehidupan akhirat mereka.
Hal ini semakna dengan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam,

إن الله لا يظلم مؤمنا حسنة، يعطى بها في الدنيا، ويجزى بها في الآخرة، وأما الكافر فيطعم بحسنات ما عمل بها لله في الدنيا، حتى إذا أفضى إلى الآخرة لم تكن له حسنة يجزى بها. رواه مسلم

“Sesungguhnya Allah tidak akan menzhalimi seorang mukmin yang berbuat baik. Di dunia dia akan mendapatkan balasan dan di akhirat ia akan mendapatkan pahala. Sementara itu, orang kafir (yang berbuat baik) akan diberi kebaikan oleh Allah di dunia, sementara di akhirat ia tidak akan mendapatkan pahala”. (HR. Muslim)

Jadi tidak ada yang salah dari pernyataan Ibnu Taimiyah. Tafsirannya saja yang keliru, karena berangkat dari redaksi yang sudah mengalami perubahan.

Dalam sebuah atsar disebutkan:

قَالَ الْمُسْتَوْرِدُ الْقُرَشِيُّ عِنْدَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ تَقُومُ السَّاعَةُ وَالرُّومُ أَكْثَرُ النَّاسِ فَقَالَ لَهُ عَمْرٌو أَبْصِرْ مَا تَقُولُ قَالَ أَقُولُ مَا سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَئِنْ قُلْتَ ذَلِكَ إِنَّ فِيهِمْ لَخِصَالًا أَرْبَعًا إِنَّهُمْ لَأَحْلَمُ النَّاسِ عِنْدَ فِتْنَةٍ وَأَسْرَعُهُمْ إِفَاقَةً بَعْدَ مُصِيبَةٍ وَأَوْشَكُهُمْ كَرَّةً بَعْدَ فَرَّةٍ وَخَيْرُهُمْ لِمِسْكِينٍ وَيَتِيمٍ وَضَعِيفٍ وَخَامِسَةٌ حَسَنَةٌ جَمِيلَةٌ وَأَمْنَعُهُمْ مِنْ ظُلْمِ الْمُلُوكِ 

Ketika berada disisi Amru bin Ash Al Mustaurid Al Qurasyi mengatakan "Aku pernah mendengar Rasulullsh shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Kiamat akan terjadi dan saat itu Romawi adalah manusia yg paling banyak. Amru berkata: "Perhatikan ucapanmu". Ia berkata:
Aku mengatakan yg aku dengar dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam. Amru menimpali:
Bila kau katakan demikian, maka sungguh pada diri mereka terdapat empat hal; mereka adalah orang-orang yg paling sabar saat terjadi fitnah, paling cepat bangkit saat terjadi musibah, paling cepat menyerang setelah mundur, & yg terbaik dari mereka terhadap orang miskin, anak yatim & orang lemah. Yang kelima adalah mereka sangat menawan & cantik serta paling tahan terhadap kelaliman para raja. [HR. Muslim: 5158].


Pernyataan Amru bin Ash diatas seolah menyimpulkan bahwa keempat hal itulah yang menjadi sebab jumlah bangsa Romawi bertambah banyak, dan sebaliknya apabila dalam sebuah masyarakat kedzaliman merajalela, amanah diberikan pada orang yang bukan ahlinya, hak-hak tidak ditunaikan, kehormatan dilanggar dan nampak kesenjangan sosial, maka hal tersebut merupakan awal dari kekalahan dan kehancuran. Ini merupakan sesuatu yang ma'ruf dalam ilmu sosial kemasyarakatan, sehingga dalam muqaddimahnya Ibnu Khaldum merasa perlu mengkhususkan satu bab yang mengulas permasaalahan ini.

Kesimpulannya, Apabila bangsa kafir mampu menata sistem kenegaraan dengan baik, maka Allah akan memperbaiki kondisi mereka sebagai balasan atas kebaikan mereka di dunia.

Ini dari satu sisi, disisi yang lain ada hal yang tidak boleh kita lupa, terkadang Allah menolong ummat yang kafir dalam mengalahkan orang-orang beriman sebagai hukuman atas mereka. Sebagaimana dalam firman Allah berikut ini:

وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي الأمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّونَ مِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الآخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ وَلَقَدْ عَفَا عَنْكُمْ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْمُؤْمِنِين
Artinya: "Dan Sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada sa'at kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah mema'afkan kamu. dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman".
 
Catatan:

1. Syaikhul islam seolah mengisyaratkan bahwa kebinasaan merupakan akhir dari sebuah kedzaliman, itulah sunnatullah yang berlaku. Keadilan dan kedzoliman pasti akan berbalas, walau untuk waktu yang lama. Dan ini berlaku di negara yang tidak megenal tuhan sekalipun. Karena Allah tidak akan menzhalimi siapapun diantara makhluk-Nya. Maha besar Allah dengan segala Keadilan-Nya.

2. Sebuah negara hanya akan meraih kejayaannya bila pemimpinnya adil, dan keadilan yang hakiki hanya bisa diwujudkan bila syariat Allah tegak sebagai dustur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. Tidak ada keadilan hakiki diluar Islam. Islam tidak pernah merasa aman selama dipimpin orang kafir. Sebaliknya islam selalu memberi rasa aman pada semua orang bila berkuasa. sejarah telah membuktikan itu.

Ataukah sejarah harus berulang untuk membuktikan semua itu.?

Semoga Allah menjaga bumi pertiwi dari berbagai makar jahat.
Wallahu a'lam
________________
Antara Jeddah dan Madinah
22 Muharram 1436 H
ACT El Gharantaly

0 Kommentare:

Kommentar veröffentlichen