Mittwoch, 22. Oktober 2014

TUGAS SETIAP DA'I DAN MURABBI (PENDIDIK) DI ZAMAN FITNAH

Dalam Khutbahnya Habib Dr. Husein Bin Syarief Al Abdaly, kepala bidang kemahasiswaan Universitas Islam Madinah mengajak para Da'I, Murabbi serta para Muslihin agar mengembalikan umat kepada Ulama, menjadikan mereka sebagai rujukan dalam menghadapi berbagai fitnah dan persoalan keumatan. Beliau juga mengajak para Da'I dan Murabbi untuk mengembalikan para pemuda ke majelis ilmu dan menumbuhkan kembali kepercayaan mereka pada Ulama yang rasikh. "Inilah tugas mereka" tegas beliau. Beliau juga mengingatkan pada para penuntut ilmu untuk tidak ikut campur membicarakan persoalan-persolan besar yang menjadi tugas ulama.

Diakhir khutbah beliau menyebutkan 4 kiat yang harus dilakukan seorang muslim agar diteguhkan dizaman fitnah

1. Membaca Al-Qur'an dengan penuh tadabbur

كَذَٰلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ ۖ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا

"Begitulah, supaya kami kuatkan hatimu dengannya dan kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).” (Al-Furqaan: 32)

2. Membaca Kisah Para Nabi dalam mengemban misi nubuwah

وَكُلا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ

“Dan semua kisah para rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Huud: 120).

3. Mengamalkan Ilmu

وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُواْ مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتًا

“Dan sekiranya mereka benar-benar melaksanakan perintah yang diberikan, nisacaya itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka).” (An Nisaa: 66).

"Kalau saja mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya akan dapat mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil amri). Kalau bukan karena karunia dan rahmat Allah kepada kalian, tentu kalian mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (di antara kalian).” (an-Nisa: 83)

4. Berdo'a

ولولا أن ثبتباك لقد كدت تركن إليهم شيئا قليلا

"Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir hampir condong sedikit kepada mereka". (Al Israa:74).

يثبت الله الذين امنوا بالقول الثابت في الحياة الدنيا وفي الاخرة ويضل الله الظالمين ويفعل الله ما يشاء

"Allah meneguhkan orang orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan dunia dan di akherat, dan Allah menyesatkan orang orang yang zalim dan Dia berbuat apa yang Dia kehendaki." (Ibrahim : 27)

20-05-1435 H


Samstag, 18. Oktober 2014

KUMPULAN STATUS BULAN JANUARY 2014 M

001. Berusaha Untuk Lebih Baik
 
Sahabat...

Sangat disayangkan jika tak ada yg berubah pada hari-hari yg kita lalui kecuali tanggalnya saja

Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu berkata:

"Tiada hari yang lebih aku sesali selain hari dimana mataharinya tenggelam dihari itu, umurku berkurang dan amalku tidak bertambah"

Al Hasan berkata:

"Manusia akan senantiasa dlm kebaikan selama masih ada penasehat dlm hatinya, dan muhasabah selalu menjadi perhatiaannya".

Ibnu Taimiyah berpesan:

“Hendaknya setiap hamba memiliki waktu dimana dia menyendiri di dalamnya dengan do’a, dzikir,shalat, tafakkur, dan melakukan muhasabah terhadap dirinya serta memperbaiki kondisi hatinya.”(Majmu’ul fataawa Jilid:10)

Ibnul Qoyyim Al Jauziyah mengingatkan:

"Sejak diciptakan, manusia selamanya akan terus menjadi musafir. Tidak ada batas akhir perjalanan mereka kecuali surga atau neraka."

(Ibnul Qoyyim Al Jauziyah dalam Al Fawaaid hal: 400)

Ungkapan-ungkapan diatas semakna dengan hadits yang diriwayatkan dari sahabat Ibnu Umar Radhiyallahu anhu:

“ Suatu ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memegang pundakku dan berkata:

”Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau pengembara.”

Ibnu Umar berkata: ”Jika engkau berada di sore hari, maka jangan menunggu pagi tiba. Dan jika engkau berada di pagi hari, maka jangan menunggu sore tiba, pergunakan masa sehatmu untuk masa sakitmu, dan kehidupanmu untuk kematianmu.”(HR. Bukhari)

Dalam khutbahnya pada Akhir Dzulhijjah 1434 H yang lalu DR. Husain Alu Syaikh mengatakan:

"Bagi orang yg beriman brgantinya masa, berarti bertambahnya ketakwaan dan ketaatan kepada Allah".

Berusahalah untuk jadi lebih baik...

------------
Madinah, Rabu 29-02-1435 H / 01-January-2014 H


002. REKAM JEJAKKU

Ingatan membawa saya kembali pada semester pertama di i'dad lughowi LIPIA dulu...


Hingga saat ini saya tak pernah tahu lagi kabar sahabat-sahabat lama yang dulu pernah bersama...
Semoga Allah memaafkan saya

Bagi saya, kampus biru itu terlalu indah untuk dilupakan...
Masih terekam jelas bagaimana Syaikh Jazuly -rahimahullah- turun membeli perlengkapan madi di Pejaten Village hanya untuk dijadikan alat peraga di kelas...

Masih terekam juga bagaimana Syaikh Abdulfattah Al- Mishry merobek buku seorang ikhwah demi memahamkan arti kata "mazaqo"... Yang pasti syaikh mengganti buku itu..

Atau kisah tentang Ustadz Thayyib yang selalu ramah dan tak pernah marah, Syaikh Dhau' yang bisa bahasa jawa, Syaikh Abdul Aziz yang selalu memberi tumpangan dan makan siang gratis untuk saya sepulang kliah.. Atau tentang Khutbah Syaikh Aly Qurun yang menyentuh...
Semua itu masih terekam jelas...

Ah... Kadang hati ini membisikkan untuk kembali ke kampus itu lagi...

Tapi "Madinah lebih baik bagi mereka, sekiranya mereka mengetahui". Hadits itulah yang membuat saya untuk tetap disini...

Jari-jemari ini harus berhenti mengetik.. Dua jam lagi ujian Faraidh akan dimulai..
Teriring sebuah do'a semoga Allah mempertemukan saya kembali dengan sahabat-sahabat lama itu...

Hafidzakumullah....

--------------------
Madinah Kamis 01-3-1435 H



003. NASEHAT ITU DIULANG LAGI

Diantara nasehat Syekh Prof. DR. Ibrahim Ar Ruhaily yang paling berkesan bagi saya pribadi adalah:


"Ingatlah...! Selama engkau yakin berada di atas petunjuk yang terang, maka penilaian buruk bahkan celaan seluruh penduduk bumi atasmu tdak akan merubah kedudukanmu disisi Allah. Dan tidak akan mengeluarkanmu dari sunnah berbagai macam tuduhan bid'ah yang dilontarkan orang lain terhadapmu. Begitu pula sebaliknya, jika engkau berada pada suatu kebathilan -semoga Allah melindungi kita darinya- maka tidak akan bermanfaat disisi Allah pujian manusia atasmu, begitu juga penyandaranmu terhadap sunnah dengan segala gelar yang disematkan orang lain pada dirimu.

"Ingatlah..... Pujian dan celaan manusia tidak akan mempengaruhi timbangan amalamu disisi Allah."

Tak terhitung berapa kali kami mendengarkan nasehat ini di majles beliau hafidzahullah. Nasehat yg semakna dengan redaksi yg berbeda dapat anda baca dalam risalah kecil beliau yang berjudul "An Nasheehah".

Dan hari ini nasehat itu terulang lagi di majelis beliau...
Semoga Allah selalu menjagamu syaikh...

------------------------
Jum'at 03-03-1435 H


005. SEPENAT APAPUN, TETAPLAH TERSENYUM UNTUK MEREKA

Setelah menutup buku beliau tertegun sejenak, ruang kelas yang dingin itupun sejenak larut dalam heningnya pagi.

"Anak-anakku..... Diakhir pertemuan ini tak banyak yang ingin saya sampaikan.
Diantara sebab yang dapat mendatangkan keberkahan pada ilmu kalian adalah birrul waalidain (berbakti pada kedua orangtua).

Aku nasehatkan, "Bagaimanapun padatnya rutinitas kerja kalian nanti, apapun masaalah yang kau hadapi di tempat kuliah maupun di tempat kerja, tetaplah tersenyum untuk mereka, terutama pada ibumu"

Kalian tentu ingat dengan hadits :

"Berilah kabar gembira dan jangan membuat orang lari atau berpaling"

Sungguh kedua orangtua kalian lebih berhak atas makna yang dikandung hadits ini.
Buat mereka gembira denganmu dan jangan biarkan mereka lari dan berpaling karena tingkah pongahmu.
Assalamu alaikum wrahmatullah wabarakatuh... (sambil berlalu meninggalkan kelas)

(Pesan Syaikh DR. Abdul Aziz Al Qaidy -hafidzahullah- pada pertemuan terakhir mata kuliah Ushul Fiqh. Beliau adalah Dosen Ushul Fiqh yang juga merangkap sebagai Kepala Jurusan Ushul Fiqh Univ. Islam Madinah )

-----------------
Ahad 04-03-1435 H


006. JANGAN SETENGAH-SETENGAH. BAHAYA...!!!!!!!

Dalam Al Uquud Addaariyah Imam Ibnu Abdil Hadi rahimahullah menukil perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah, beliau berkata:
" Yang paling banyak merusak dunia adalah orang yang setengah2 dalam ilmu kalam (theologi), setengah-setengah dalam ilmu fiqih, setengah-setengah dalam ilmu kedokteran dan setengah-setengah dalam ilmu nahwu. Maka yang pertama ini merusak agama, yang kedua merusak negara, yang ketiga merusak organ tubuh, dan yang ke empat merusak bahasa."

(Al Uquud Addaariyah hal: 142)

--------------------
Ahad 04-03-1435


007. ANDA SEORANG DA'I DAN BUKAN SEORANG HAKIM.

"Diantara hal yang sering dilupakan oleh sebagian orang yang berkecimpung dalam dunia amar ma'ruf nahi munkar adalah menyadari bahwa dirinya hanyalah seorang da'I dan bukan Hakim.

Dia bertingkah seperti seorang hakim yang harus ditaati ucapannya.
Bahkan tak jarang dia memposisikan dirinya sebagai tolak ukur kebenaran. Siapapun yang menyelisihinya, berarti menyelisihi kebenaran dan sunnah.
Kesalahan bersikap ini akan berimbas pada tindakan sewenang-sewenang terhadap orang lain.
Akibatnya banyak orang yang ditelanjangi kehormatannya karena alasan Amar ma'ruf nahi Munkar.

Amar ma'ruf nahi munkar merupakan tugas yang mulia, namun kurangnya pemahaman yang baik terhadap metode yang harus diterapkan dalam berbagai permasaalahan akan berakibat fatal terhadap dakwah itu sendiri.
Sehingga kadang kita menyangka tengah meperbaiki, padahal tanpa sadar kita sedang meruntuhkan bangunan dakwah.
Saya nasehatkan kepada siapa saja yang berkecimpung dalam dunia amar ma'ruf nahi munkar untuk memperhatikan masaalah ini.
Karena berapa banyak yang lari dari dakwah karena kesalahan kita dalam menyampaikan dakwah."

(Faidah dari Prof. DR. Ibrahim bin Amir Ar Ruhaily -hafidzahullah-)

---------------------------
Senin 05-03-1435 H



008. Teringat sebaris kalimat yang pernah kugaris bawahi disenja itu.

"Kita tidak wajib membahagiakan semua orang. Tapi wajib bagi kita untuk tidak menyakiti seorangpun"

Terimah kasih Syaikh..

Aku dan Diaryku


008. كل لن يدوم....
أحبتى في الله.....
لا أحد فى هذه الدنيا يمتلك حياة كاملة ، ولا قلباً خالياً ولا رأساً خفيفا من الأعبا.
ولا يوجد شخص يعيش في راحة تامّه...
فكلنا هنا نفرغ آلامنا وأحـزاننا على شكل حروف باهته لا يفهمها الكثير .
لذا.... فابتسم، فـالآخرين ليسوا مسؤولين عن أحزانك...
ولأن الحزن لا يرد الغائب الخوف لا يصلح المستقبل و القلق لا يحقق النجاح بل النفس السوية و القلب الراضي هما جناحا السعادة.....
ابتسم... فالحياة لا تدوم على وتيرة واحدة.....
ولله الحمد من قبل و من بعد....

٠٦\٠٣\١٤٣٥ من الهجرة



009. AYO, ISI WAKTU LUANG DENGAN ISTIGHFAR

Allah azza wa jalla berfirman:

"Dan hendaklah kamu beristighfar (meminta ampun) kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat,"
(QS Hud [11]: 3)

"Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang," (QS An-Nisa' [4]: 110)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Berbahagialah bagi orang yang mendapati dalam catatan amalnya istighfar yang banyak”

(HR. Al Baihaqi, Imam Ahmad dalm Az Zuhd . Lihat Shahih Al Jami’ no. hadits 3930)

Sebagian Ahli hikmah berkata:

لا ﺗُﻔﻜﺮ ﻛﺜﻴﺮا ﺑﻞ أﺳﺘﻐﻔﺮ ﻛﺜﻴﺮا فاﻟﻠﻪ ﻳﻔﺘﺢ ﺑﺎﻹﺳﺘﻐﻔﺎر أﺑُﻮاﺑﺎ لا ﺗُﻔﺘﺢ ﺑﺎﻟﺘﻔﻜﻴﺮ

"Jangan terlalu banyak berfikir, tapi perbanyaklah beristigfar, karena Allah akan membuka dengan istighfar pintu-pintu (kemudahan) yang tak terbuka dengan berfikir"

Baarakallahu fiikum...

-----------------------------
Selasa 06-03-1435 H


010. TANGIS DUKA UNTUK ANDALUS

Pagi tadi UAS baru saja selesai...
Saat akan merebahkan badan, tanpa sengaja mataku tertuju pada satu buku yang masih terbungkus rapi diantara tumpukan buku yang kubeli beberapa bulan yang lalu.

Al-Khilaafah Al Andalusia...

Kubuka lembaran buku itu satu demi satu...
Setiap halaman buku itu seolah membisikkanku untuk mengingat masa-masa itu lagi dan lagi.
Bisikan-bisikan halus itu seolah membawaku kembali untuk menangisi 500 tahun kejayaan yg hilang...

Simbol kegemilangan ilmu dan kemajuan...
Iya, disana tersimpan semua tntang memori kemuliaan yg hilang diujung senja peradaban..
Sebuah cerita bahwa kita pernah ada dan berkuasa di sana.. di dataran Eropa.

Barcelona, Madrid, Valencia, Sevilla, Granada, Malaga, Cordova, 800 tahun cahaya islam menerangi setiap suduk kota itu, namun semua harus berakhir dengan kenyataan pahit yang memilukan.

Tak pelak air mata ini tak bisa kubendung, aku terbawa tangis sang khalifah yang menangisi detik-detik keruntuhan tahtanya dari jauh.

Iya, sambil memandang Istana Al-Hambra yang megah dari atas bukit, Abu Abdillah bin Muhammad sang penguasa Granada, menitikkan air mata.
Sang ibu, Aisyah Al-Hurrah, yang berdiri di sampingnya, mengatakan,
“Kini kau menangis seperti seorang perempuan, padahal kau tak pernah melakukan perlawanan sebagaimana seorang lelaki sejati."

Sayapun teringat bait-bait syair Abul Baqa Ar-Rundy -rahimahullah- dalam "ritsaa'ul andalus" (tangis duka untuk Andalus) yang pernah dibacakan seorang Dosen sewaktu di bangku semester 4 kelas persiapan bahasa UIM dulu.
Dalam syairnya Abul Baqa' berkata:

لكل شيء إذا ما تم نقصان **** فلا يغر بطيب العيش إنسان

هي الأمور كما شاهدتها دولٌ ****من سرَّهُ زمنٌ ساءته أزمانُ

وهذه الدار لا تبقي على أحد **** ولا يدوم على حال لها شانُ

أين الملوك ذوو التيجان من يمنٍ****وأين منهم أكاليلٌ وتيجانُ

وأين ما شاده شدَّادُ في إرمٍ **** وأين ما ساسه في الفرس ساسانُ

أتى على الكل أمر لا مرد له**** حتى قضوا فكأن القوم ما كانوا

دهى الجزيرة أمرٌ لا عزاء له **** هوى له أحدٌ وانهد نهلانُ

تبكي الحنيفيةَ البيضاءَ من أسفٍ **** كما بكى لفراق الإلف هيمانُ ¥

على ديارمن الإسلام خالية **** قد أقفرت ولها بالكفر عمران

حيث المساجدُ قد صارت كنائسَ ما **** فيهنَّ إلا نواقيسٌ وصلبانُ

حتى المحاريبُ تبكي وهي جامدةٌ **** حتى المنابرُ تبكي وهي عيدانُ

لمثل هذا يذوبُ القلبُ من كمدٍ **** إن كان في القلب إسلامٌ وإيمانُ

Segala yang beranjak sempurna kan berkurang pada akhirnya
Maka jangan manusia terperdaya oleh indahnya perhiasan dunia

Kau saksikan segalanya bagai roda yang berputar
Bahagia suatu kala dan sengsara selepas itu semua

Sungguh dunia ini tak ‘kan sisakan suatu apa pun
Tiada kekal di dalamnya satu urusan pun

Mana raja-raja bermahkota dari Yaman?
Mana yang dahulu bermahkota menyilaukan itu?

Mana pula istana yang dibangun kaum Iram?
Mana benteng Persia yang dibangun siang dan malam?

Ketentuan yang tak tertolak telah menimpa semua itu
Hingga segalanya bagai tak pernah ada

Oh Andalus.. Derita itu kini menimpamu
Gunung Uhud pun roboh dan gunung Sahlan hancur mendengar kisahmu.

Islam kini menangis hingga tak sadarkan diri
Bagai tangis kekasih yang ditinggal mati

Seketika Islam diusir dari rumah-rumah itu
Diganti kekufuran yang penuhi setiap ruang

Ketika masjid berubah menjadi gereja
Tiada lain di dalamnya kecuali salib dan lonceng-lonceng

Mihrab-mihrab itu menangis tersedu padahal ia adalah batu
Mimbar-mimbar itu bersenandung puisi duka padahal ia adalah kayu

Sungguh pahit semua ini meluluhkan segala hati
Jika saja Islam dan Iman masih bersemayam dalam nurani."

           Memori membawaku semakin jauh pada 800 tahun sebelum syair duka itu diucapkan, saat Thariq bin Ziyad menaklukkan selat Gibraltar...
Ah... Semua ini bagai mengorek luka lama..
Membuatku semakin yakin, betapa mudahnya Allah membalikkan sebuah keadaan..
Sebagai teguran saat hati-hati kita mulai berpaling..
Namun pikirku berbisik...
Andalusmu akan kembali...
Jika kamu mau kembali pada kemiurnian Islam..

Mereka berkata:,

"Semua ini adalah kecelakaan sejarah..."

Aku katakan;,

"Qaddarullah wa maa syaa'a fa'al, semua ini karena kita mencari izzah dengan selain islam, maka Allahpun menghinakan kita"

-------------------
Madinah, Selasa 06-03-1435 H


011. BUAH DARI KETULUSAN

Orang yang tulus berpegang teguh dengan kebenaran akan ditulis apa adanya dalam sejarah..
Adapun musuh kebenaran, namanya akan terkubur dalam sejarah.
Kalaupun ditulis, hanya untuk dikenang sebagi musuh dan sampah sejarah..
Lihatlah Imam Ahmad -rahimahullah-...
Demi kebenaran, dia rela membiarkan cemeti tiga rezim melukai raganya. Pada akhirnya dia menjadi pemenang.
Hari ini.. Siapa yang tidak kenal dengan Musnad Imam Ahmad.?
Bahkan saat namanya disebut, semua orang mendoakan rahmat untuknya (rahimahullah).
Lalu dimana musuh-musuhnya...?
Dimana Ibnu Abi Du'ad dan Bisyr Al-Mirrisi hari ini..?
Semua terkubur dalam lembaran sejarah..
Lihat juga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah...
Dia menjemput sang maut dibalik jeruji qal'ah Damasqus.
Namun hari ini, karya-karyanya memenuhi semesta, namanya tetap hidup meski raganya terkubur..
Lalu dimanakah orang-orang yang memusuhinya dulu..?
Dimanakah Ibnu Makhluf dan koleganya..?
Begitulah...
Orang yg jujur dalam beragama akan dituliskan apa adanya dalam sejarah.

Allah berfirman:

"Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tiada harganya. Adapun yang memberi manfaat kepada manusia, ia akan tetap tinggal di bumi"

(QS. Ar-Ra’d : 17)

(Terinspirasi dari nasehat Syaikh Ibrahim Ar Ruhaily)

--------------------------------
Madinah, 07-03-1435 H


012. BERLEMAH LEMBUTLAH

"Sebagian orang menganggap sikap keras dalam dakwah adalah tanda kuatnya keimanan.
Padahal tidak demikian, karena berlemah-lembut terhadap objek dakwah merupakan prinsip yang paling mendasar dalam berdakwah.

Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
Sesungguhnya kelembutan tidaklah ada pada sesuatu melainkan akan memprindahnya, dan tidaklah ia hilang darinya melainkan akan memperburuknya” (HR Ahmad)

Lembut disini maknanya umum. Lembut dalam berucap, lembut dalam memerintah, lembut dalam melarang, lembut dalam bermuamalah dst..

Keras boleh, tapi haruslah pada tempatnya.
Sebagian orang -waliyaadzu billah wa hadaahumullah- tanpa sadar memperlakukan pelaku maksiat atau mukhoolif seperti orang kafir.
Tak ada sapa dan salam kalau bertemu.
Seoalah-olah dia bertemu dengan penghuni Jahannam.
Padahal yang semestinya dia lakukan adalah menatapnya dengan pandangan rahmat yang disertai nasehat lembut.
Boleh jadi Allah membalikkan kondisinya dengan nasehat tulus anda. Dan dengannya anda juga meraih kebaikan dunia dan akhirat."

(Prof. Dr. Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaly -hafidzahullah-)

Syaikh Abdul Aziz Bin Baz -rahimahullah- berkata:

"Zaman ini adalah zaman kelembutan, kesabaran, serta hikmah dan bukan zaman untuk bersikap keras. Manusia mayoritasnya berada di dalam kebodohan, kelalaian serta tamak terhadap dunia. Maka kesabaran adalah sebuah keharusan, hikmah juga merupakan sebuah kemestian agar dakwah bisa sampai pada manusia dan supaya mereka mengerti. Kita memohon hidayah bagi semua”

------------------
Madinah, Rabu 07-03-1435 H



013. Nasihat Itu Terulang Lagi.

BERLEMAH-LEMBUTLAH (Dalam catatan El Anshorie Ahmed)

"Rasulullah shallallahualaihiwasallam pernah bersabda:

" Tidaklah kelembutan itu ada pada sesuatu melainkan akan menghiasinya, dan tidaklah ia hilang dari sesuatu melainkan akan memperburuknya." (HR. Ahmad)

Jadi sikap lemah lembut itu ditunut dalam setiap keadaan, baik dalam tarbiyyah , dakwah,begitu juga dalam beramar ma'ruf nahi minkar.
Sebagian orang salah presepsi , bahwa mengingkari kemungkaran itu harus dengan sikap keras. Bolehlah jika memang pada tempatnya. Akan tetapi tidak semua kemungkaran harus kita sikapi dengan sikap keras. Melarang kemungkaran bisa pula dengan tutur kata yg baik atau dengan arahan yg santun. Terkadang Nabi Shallallahualaihiwasallam mengingkari suatu kemungkaran dg tersenyum walau sejatinya beliau tidak ridho dg kemungkaran tersebut. Sehingga para sahabat tahu , bahwa beliau tidak ridho dengan perbuatan tersebut. Oleh karenanya , sikap lemah lembut itu dituntut dalam beramar ma'ruf nahi mungkar.

Adapula sebagian orang, manakala diajak untuk berlemah lembut dalam mengingkari kemungkaran, dia justeru menyela," Sudah karakter saya memiliki sikap keras, jadi jika melihat kemungkaran otomatis saya sikapi keras ". Ketahuilah bahwa Ini bukanlah suatu kelebihan , akan tetapi ini kekurangan yang harus diperbaiki, bukan pula sesuatu yg layak dibanggakan. Ini pertanda tidak adanya taufiq yg layak kita bersedih dg keadaan seperti ini.

Lihatlah Nabi kita shallallahualaihiwasallam, saat seorang pemuda datang kepada beliau untuk meminta izin berzina , lalu Nabi shallallahualaihiwasallam katakan kepada pemuda itu ;

"Apakah anda ridho jika itu terjadi pada ibumu..?! apakah anda ridho jika itu terjadi pada saudari perempuanmu..?! ,"

lalu pemuda itu pun ridho dg jawban Rasulullah dan kembali ke rumahnya dalan keadaan hati yg penuh iman. Seandainya ini terjadi pada kita; datang kepada anda seorang pemuda yg ingin minta izin zina, " Wahai Fulan , izinkan saya berzina..! mungkin sebagian kita akan berkata,"gila kamu ya..minta izin kog utk zina!! ente mikir ngga sih.!!".
Namun berbeda keadaannya dg sikap Rasulullah shallahualaihi wasallam di atas, seorang Rasul yg amanah dan sauritauladan yg baik.

( Catatan ngaji bersama Syekh Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaily hafizohullah )

Kamis 08-03-1435 H


014. FENOMENA RUWAIBDHOH

Disebuah negeri entah berantah..
Semua bisa serba instan..
Dengal mengandalkan ketrampilan mengolah kata, seseorang bisa dengan mudah di ustadzkan..
Dengan Modal Al Qur'an dan terjemahan seseorang bisa langsung menafsirkan Al-Qur'an.
Ada lagi yang masuk Islam hari ini, besoknya langsung jadi da'I dengan tarif yang Wow..
Asal bisa bahasa arab sedikit, ditambah Lap Top atau Tablet langsung buka pengajian dan punya murid plus nongol di tv.
Sesekali jadi aktor buat film "religi"..
Karena merasa disaingi oleh sang da'I, artis juga tak mau kalah.
Sambil megang gitar tua, sang artis tanpa malu-malu berfatwa pada masaalah-masalah yang memerlukan kompetensi fiqih tingkat tinggi.
Iya, berfatwa pada masaalah-masaalah yang seandainya ditanyakan pada Umar, niscaya dia akan mengumpulkan ahli Badr untuk mencari jawabannya.

Kabar terakhir yang saya terima, ada mentalis yang tiba-tiba jadi mufassir..
Konon tafsirnya "luar biasa".
Iya, "luar biasa" karena keluar dari yg biasa..

Dinegri itu juga..
Semua orang -kecuali yang dirahmati Allah- merasa kurang kalau tidak bicara soal agama, tak peduli apa latar belakang pendidikannya.
Bahkan merupakan sesuatu yang WAH dan perlu mendapat apresiasi apabila ada orang bicara bukan pada bidangnya.
Dengan gelar Prof. Dr. Anda bebas untuk bicara dibidang apa saja yang anda mau..
Senin Jadi Pakar Hukum
Selasa Jadi Pengamat Ekonomi
Rabu Jadi Kriminolog
Kamis Jadi Pengamat Politik
Jum'at Jadi Khotib
Sabtu Jadi Ahli Komunikasi
Ahad Jadi Komentator Bola.
Biar keren, tak perlu panggil Ust. Cukup "Cendikiawan Muslim" saja

Jurusnya gak jauh-jauh dari:
Menurut saya...
Menurut hemat kami...
Menurut pengamatan saya...
Saya sih melihatnya boleh-boleh saja...

Si awam ya iya-iya saja..
Padahal...
“Ilmu itu adalah agama, maka perhatikanlah dari siapa kamu mengambil agamamu” (Ibnu Sirin)

Para salaf terdahulu sangat takut untuk mengomentari sesuatu dalam agama tanpa ilmu. Mereka takut kalau tergelincir walau sejengkalpun dari manhaj rabbani

Ibnu Abi Malikah -rahimahullah- berkata : berkata Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiyallaahu 'Anhu : ‘Bumi mana yanag akan aku pijak, dan langit mana yang akan menaungiku, jika aku berkata tentang ayat dari kitab Allah dengan ra’yuku atau dengan apa yang aku tidak tahu.’

Ibnu Asaakir meriwayatkan dalam taarikh Dimayq, bahwa. Atho Ibnu Rabah -rahimahullah- pernah ditanya tentang sesuatu. Beliau menjawab:
"Aku tidak tahu, penanya tadi berkata: Tidakkah engkau mau mengutarakan pendapat pribadimu dalam masaalah ini..? Atho menjawab:

إني أستحي من اللَّه أن يدان فِي الأرض برأيي

"Aku malu pada Allah, jika orang-orang dimuka bumi ini beragama dengan pendapatku"

Bandingkan sifat kehati-hatian salaf dengan sifat sebagian orang saat ini, yang ilmunya tidak sampai sepersepuluh dari ilmu mereka, namun lagaknya sudah seperti mujtahid mutlak, begitu gampangnya menghukumi sesuatu. mengomentari sesuatu.

Sebagai catt:
Apapun Latar belakang pendidikan seseorang tak jadi masaalah, hanya saja kenalilah kapasitas diri. Setiap bidang punya ahlinya.

Bagi penuntut ilmu, fenomena diatas bukan hal yang mustaghrab (patut dianggap aneh) sebab Rasullah shallahu alaihi wasallam telah jauh-jauh hari mengabarkan akan munculnya fenomena ini

Sahabat Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu- berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?”. Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah, disahihkan al-Albani dalam as-Shahihah)

Manyikapi fenomena diatas marilah sejenak Bersama Petunjuk Rabbani:

Allah azza wa jalla berfirman:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

“Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” [QS Al Isra`: 36]

Dia juga berfirman:

وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلَالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ

“Janganlah kalian mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “Ini halal dan ini haram.” untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.” [QS An Nahl: 116]

Dan firman-Nya:

قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي

"Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kalian) kepada Allah dengan hujjah yang nyata." [QS Yusuf: 108]

Dua Ayat pertama diatas mengandung pelarangan berbicara tanpa ilmu.
Adapun ayat selanjutnya menerangkan bahwa apabila kita ingin berdakwah, hendaklah melandasi dakwah kita dengan hujjah berupa ilmu dan dalil dari Al Quran maupun hadits.

Apabila seseorang berdakwah tanpa landasan ilmu maka bisa jadi dia menyangka telah menyeru kepada kebaikan, namun pada kenyataannya dia telah menyeru kepada kesalahan dan kebid'ahan. Na'udzubillahi min dzalik.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -rahimahullah berkata:
"....Jika hal itu (ilmu dan fiqih) menjadi tolak ukur seluruh amal sholih, maka wajib bagi pelaku amar ma’ruf nahi munkar untuk memenuhi keriteria tersebut dalam dirinya, dan tidak dikatakan amal sholih apabila dilakukan tanpa ilmu dan fiqih, sebagaimana pernyataan Umar bin Abdil Aziz: “Orang yang menyembah Allah tanpa ilmu, maka kerusakan yang ditimbulkannya labih besar dari kemaslahatan yang dihasilkannya”

Beliau melanjutkan...
Ini sangat jelas, karena niat dan amal yang tidak disertai ilmu merupakan kebodohan, kesesatan dan (bentuk) pengikutan terhadap hawa nafsu
maka dari itu ia harus mengetahui kema’rufan dan kemunkaran dan dapat membedakan keduanya serta harus memiliki ilmu tentang apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang.” (Secara ringkas dari Majmu’ Fatawa 28 hal: 135-137. Jilid: 14 bagian ke dua hal: 78 untuk cetakan Daarul wafaa' ).

Semoga catatan singkat ini bermanfaat untuk saya dan pembaca.

Dhuha ditepi laut merah.
Jum'at 09-03-1435 H


014. SAJAK DI AKHIR PESAN

Diakhir psan itu..
Ada ungkapan yg membuat saya tertarik:

لو كانت القلوب تهدى
لاهديتك قلبي
لكنه ملك ربي
فيكفيك في الله حبي

Andai hati itu bisa dihadiahkan,
Nisacaya aku akan menghadiahkan hatiku untukmu.
Tapi dia adalah milik Tuhanku..
Cukuplah aku mencintaimu karena Allah..

Sabtu 10-03-1435 H


015. Catatan Sahabat

Sahabat saya dulu pernah menulis:

"Banyak orang mencari kebahagian dengan berfoya-foya, jalan2, buang uang, pacaran (zina), mabok, ngobat, jungkir balik, gebukin orang, nonton bioskop, dsb..
Padahal ada orang yang tidak mencari-cari kebahagian tapi kebahagian justru yang selalu menghampirinya..
Apa rahasianya??
Taqwa yang melekat di hati
(WR. Newgate. Rizki El Bintary)

Ahad 11-03-1435 H



016. BISIKKU UNTUKMU SAHABAT

Semua berjalan begitu cepat..
Secepat aku meminangnya dulu..
Hanya perlu 3 hari..
Hari pertama kenalan..
Hari kedua lamaran..
Hari ketiga walimahan..
Hari ini... 13 January 2014
Tepat setahun sudah aku menjalin cinta bersama dia yang diciptakkan untukku dan aku untuk dia..
Seperti keluarga pada umumnya..
Aral adalah sebuah keniscayaan, karna ia seperti warna-warni yang menghiasi semesta..
Namun Alhamdulillah semua berakhir indah..
Dan aku berharap semua akan selalu indah pada akhirnya..
Aku tak bisa membisikkan banyak hal padamu sobat..
Kata-kata takkan mampu melukiskan indahnya pernikahan..
Sengaja kutuliskan ini untukmu..
Agar kau tau, cinta yang sederhana itu indah..
Cukup taarufan, lamaran dan walimahan.
Maaf bila tulisan ini membuatmu tak nyaman dalam sepimu.. Hehehe
Segeralah menikah..
Jangan tunda kebahagiaanmu..

---------------------------
Senin 12-03-1435 H


017. MANUSIA ITU ADA DUA MACAM

Syaikh Ibrahim Ar Ruhaily berkata:

"Manusia itu ada dua macam.. Ada yang meninggal dunia, kemudian mendapatkan ganjaran pahala setelah kematiaannya dan ada yang meninggal dunia, kemudian menanggung dosa-dosa manusia yang ditinggalkannya.
Semua bergantung pada apa yg diperbuat semasa hidup mereka.
Orang yg pertama berbuat baik lalu mengajak orang lain berbuat kebaikan yg sama, sementara orang yg kedua dihukum karena dosa orang lain. Sebab dia menjadi contoh atas orang lain dalam perbutan buruk.
Allah Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.

------------------
13-03-1435 H



018. AGAR KAU TAU BAHWA KEBAHAGIAAN YANG HAKIKI ITU TEMPATNYA HANYA DI SURGA

Sore itu bacaan saya tiba pada ayat
وأما الذين سُعِدُوا ففي الجنة.....
Tiba-tiba...

Syaikh: Berhenti sebentar...

Abulfayruz: Ada apa wahai syaikh..?

Syaikh: Didalam Al-Qur'an kata: السعادة (bahagia) tidak ditemukan kecuali disatu tempat, yaitu pada ayat ini..
{وأما الذين سُعِدُوا ففي الجنة}
"Dan adapun orang-orang yang berbahagia, maka (tempatnya) di dalam surga.." (QS: Hud: 108)

Abulfayruz: Apa hikmahnya wahai Syaikh...?

Syaikh: Agar kau tau bahwa kebahagiaan yang hakiki itu tempatnya hanya disurga.

----------------------------
Selasa 13-03-1435 H



019. SEPENGGAL KISAH DIAWAL SEMESTER 3

Seperti biasa, Proses belajar mengajar di UIM dimulai pekan kedua perkuliahan. Sebagian dosen memilih untuk mengisi pertemuan pertama dengan nasehat-nasehat penggugah. Tak ketinggalan, kisah salafussholeh yang membakar semangat turut mengawali pertemuan setiap dosen mata kuliah.

Kulihat jadwal pagi itu..
Rupanya hari ini akan diawali dengan pelajaran nahwu.
Memasuki ruang kuliah kudapati kelas masih sepi, didalamnya hanya ada seorang kakek tua yang ditemani tas kulit berwarna hitam.
Sepertinya ada banyak kisah dibalik tas yang terlihat usang itu.
Jenggot kakek tua itu telah memutih.. Dari wajahnya kulihat guratan-guratan kecil. Kutaksir umurnya 70 an tahun.. Rupanya beliau adalah dosen nahwu.
Tiba-tiba...

Syaikh: اين زملائكم.... (Dimana teman-temanmu..?)

Indunisy: 10 menit lagi jam pelajaran baru akan dimulai wahai syaikh.. Jadi yg lain belum pada datang..
Apalagi ini awal perkuliahan..

Syaikh: (Dia melihat jam tangannya)
Oh iya,..

Suasana kembali hening...
Satu-persatu mahasiswa yang lain masuk kelas..

Syaikh: Anta andunisy..?

Andunisy: Iya Syaikh..

Syaikh: Saya dulu pernah ke lombok.

Andunisy: Masyaallah.. Kapan itu wahai syaikh..?

Syaikh: Saya tidak ingat lagi tahunnya (dia berusaha mengingatnya)..
Tapi negrimu begitu indah (sambil tersenyum)..

Indunisy: Masyaallah...

Kembali hening..

Andunisy: Wahai syaikh.. Sejak kapan anda mengajar di UIM..?

Syaikh: Sejak zaman Syaikh Bin Baz..

Indunisy: Masyaallah.. cukup lama juga... Bisakah anda menceritakan pada kami bagaimana akhlak beliau..?

Syaikh: Jujur saya tidak tau apa yang harus saya katakan..
Semua orang yg pernah bertemu dengan beliau memiliki kisah tersendiri.
Masa-masa bersama beliau adalah masa yang selalu saya rindukan sampai saat ini...
Demi Allah..
Kami mendapati syaikh Bin Baz adalah orang yang paling lembut, bahkan terhadap orang-orang yg yang memusuhinya..
Beliau sangat sungguh-sungguh dalam menerjemahkan ajaran salaf kepada kami dan orang-orang yang memusuhi dakwahnya.
Diawal-awal Jami'ah Islamiyah dulu, kita kekurangan dosen.
Syaikh -rahimahullah- mendatangkan para dosen dari berbagai negara.
Tidak semua mereka beraqidah Ahlussunnah..
Bahkan kebanyakan dari mereka Asy'ary.
Seiring berjalannya waktu alhamdulillah banyak yang mendapatkan hidayah. Diantaranya adalah Syaikhul Qurro' Syaikh Abdul Fattah Al-Qadhy..
Dia dan yang lainnya memimilih aqidah ahlusunnah karna terkesima dengan akhlaq dan perangai syaikh. Tentunya itu semua setelah taufiq dari Allah.
Masa kontrak dengan dosen-dosen itupun selesai..
Sebagian mereka kembali kenegaranya masing-masing. Sebagian lagi memilih untuk tetap tinggal dan mengabdi disini.
Diantara mereka ada yang kembali dengan membawa aqidah salafiyyah dan ada yang tetap berada diatas aqidah asy-ary.
Walau tak sejalan denga syaikh dalam masaalah aqidah, tapi mereka sangat menghormati ketinggian akhlak syaikh. Tak ada yang berani mencela syaikh karna akhlaknya yang tinggi.
Sampai-sampai ada seorang dosen yang marah dan naik pitam ketika mendengar ada orang yang mencela syaikh -rahimahullah-.. Padahal dia beraqidah Asy'ary..
Hari-hari Ibnu Baz di kampus ini adalah hari-hari yang akan selalu kurindu..
Na'am wahai ikhwah... Kisah beliau terlalu panjang.. kita cukupkan sampai disini..

Pelajaranpun dimulai...

Aku dan Diaryku.. January 15



020. LIHATLAH PENDOSA ITU DARI DUA SISI

Syaikh Prof. DR. Ibrahim bin Amir Ar Ruhaily berkata:

"Bila melihat orang yang terjatuh dalam kesalahan atau bid'ah seorang da'i hendaknya melihatnya dari dua sisi.
Yang pertama: dari sudut pandang syar'ie, yaitu berupa kewajiban menyampaikan dakwah terhadap orang tersebut.
Yang kedua: dari sisi qadar, yaitu keyakinan bahwa Allah telah menakdirkan orang tersebut untuk diuji dengan kemaksiatan. Kesadaran bahwa objek dakwah yang terjatuh dalam kemaksiatan dan bid'ah juga karena kehendak Allah sebagai ujian atasnya, akan membuat kita memandang orang tersebut dengan pandangan rahmat, sehingga kita termotivasi untuk menyelamatkan orang tersebut dari kemaksiatan dan bid'ah serta menunjukinya pada jalan hidayah.
Tidak seperti sebagian orang yang ketika melihat orang lain diuji dengan kemaksiatan dia lantas berusaha dengan sekuat mungkin mendorong orang tersebut semakin jauh kedalam api neraka tanpa berharap agar orang tersebut mendapat hidayah. sambil berkata: Orang tersebut tidak akan diampuni oleh Allah.
Aku mewasiatkan kepada setiap da'i untuk bersungguh-sungguh dalam mengajak orang lain kepada hidayah"

Faidah dari Majelis beliau dalam syarh Kitaabuttauhiid..

---------------------------
Rabu 14-02-1435 H


021. JATI DIRI KEMUSLIMAN KITA

Sebagai muslim, kita semestinya menjadi pusaran-pusaran manfaat bagi orang lain yang menaruh harapan besar pada jati diri kemusliman kita.
Disetiap pilihan hidup -sebagai apapun- kemusliman kita harus memberi kemanfaatan. Sebab hanya orang yang selalu memberi manfaat kepada sesama yang akan mampu memancarkan cahaya islam dalam performa yang luhur.
Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda"
1. "Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia,
2. Pekerjaan yang paling dicintai Allah adalah menggembirakan seorang muslim,
3. atau menjauhkan kesusahan darinya,
4. atau membayarkan hutangnya,
5. atau menghilangkan laparnya.
6. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri'ktikaf di masjid ini (masjid Nabawi) selama sebulan,
7. Barangsiapa yang menahan amarahnya niscaya Allah akan menutup aibnya,
8. dan barangsiapa yang menahan murkanya padahal jika dia kehendaki melampiaskannya pasti ia lampiaskan niscaya Allah akan memenuhi hatinya dengan keridhaan pada hari kiamat,
9. dan baragsiapa yang berjalan bersama saudaranya muslim untuk sebuah keperluan hingga urusannya selesai, niscaya Allah akan tetapkan telapak kakinya pada hari ketika telapak kaki-telapak kaki tergelincir (hari kiamat)
10. dan sungguh akhlak yang buruk benar-benar akan menghancurkan amalan sebagaimana cuka menghancurkan madu."

(HR. Ath Thabrani di dalam Al Mu'jam Al Kabir, no. 13646, Dan Ibnu Abid Dunya dalam Qadhaa'ul hawaaij dari Ibnu Umar Radhiallahu anhuma serta dihasankan oleh al Albani di dalam Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah no. 906)

-----------------------------------------
Madinah, Kamis 15-03-1435 H



022. ANTARA MENGINGAT ALLAH DAN MEMBICARAKAN MANUSIA

Prof DR. Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaily berkata:


قال مكحول: (ذكر الله شفاء وذكر الناس داء) قلت :الشفاء الذي في ذكر الله طمأنينة القلب، والداء الذي في ذكر الناس قسوة القلب

Makhul berkata: "Mengingat Allah Adalah obat, sementara membicarakan manusia adalah penyakit"
Saya katakan bahwa, "obat yang terdapat dalam mengingat Allah adalah ketentraman hati, sedangkan penyakit yang (timbul) saat membicarakan manusia adalah kerasnya hati".

---------------------------------------
Madinah Kamis 15-03-1435 H



023. BAHAYANYA VIRUS V7 U8

Astagfirullah....
Ternyata dalam waktu yg relatif singkat virus itu dapat menyebabkan disfungsi hati. Banyak jiwa yg tak selamat dari serangan virus mematikan ini, kecuali mereka yg dirahmati Allah.
Dikabarkan virus ini bisa menyerang siapa saja jika sistem Imannya lemah. Namun fakta yang menarik bahwa virus ini lebih sering menyerang para Penuntut Ilmu, Da'I, Qori', Penghafal Qur'an dan yang semisalnya.
Menurut para ahli jika belum kronis virus ini dapat diteksi sejak dini.
Gejala awal yg timbul biasanya perasaan bangga terhadap diri sendiri. Bila telah memasuki stadiun akhir, pengidap akan cenderung menolak kebenaran dan suka merendahkan orang lain.
Virus itu bernama V7 U8 (Baca=UJUB)
Hingga berita ini diturunkan para ahli belum menemukan vaksin yg lebih ampuh dari Tawadhu dan Do'a.
Direkomendasikan untuk mengkonsumsi pil Ikhlas setiap saat sebelum melakukan amal sholeh.

Demikian Sekilas Info.

------------------------------------
Madinah Jum'at 16-03-1435 H


024. MAAFKAN BILA DIA TAK SEMPURNA
من ذا الذي ماساء قط؟
ومن له الحسنى فقط؟

Siapakah yang tak pernah salah…?
Dan siapakah yang hanya punya kebaikan saja..?

Begitu kata orang arab… Karena seonggok daging yang bernama manusia itu adalah tempat salah dan lupa. Menuntut kesempurnaan darinya hanya akan membuat kita lelah.
Orang yang mencari sahabat yang sempurna tanpa cela seperti orang hendak menegakkan benang yang basah, semua sia-sia dan akan selalu berakhir dengan sepi tanpa kawan.

Diriwayatkan bahwa Raja bin Haiwah -rahimahullah- berkata:

"من لم يؤاخ إلا من لاعيب فيه قل صديقه، ومن لم يرض من صديقه إلا بالإخلاص له دام سخطه، ومن عاتب إخوانه على كل ذنب كثر عدوه"

“Barangsiapa yang hanya bersahabat dengan orang yang (menurutnya) tidak tercela, akan sedikit sahabat yang dimilikinya. barangsiapa yang hanya mengharapkan keikhlasan dari sahabatnya, ia akan selalu mendongkol. Dan barangsiapa yang mencela sahabatnya atas setiap dosa yang dilakukan mereka, dia akan banyak memiliki musuh.” (“Siyaru A’laamin Nubalaa’ IV:557)

Berhentilah menuntut kesempurnaan dari sahabatmu, karena kesempurnaan hanya milik Allah..

----------------------------------
Jeddah, Sabtu 17-03-1435 H


025. CERMIN DAN KETULUSAN

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

المؤمن مرآة أخيه، والمؤمن أخو المؤمن؛

"Seorang Mu'min adalah cermin bagi saudaranya. Seorang mukmin adalah saudara bagi mukmin yang lain." (HR. Abu Daud dari Abu Hurairah -radhiallahu anhu-)

Sahabat...
Bukan tanpa alasan bila dalam potongan hadits diatas Rasululullah shallallahu alaihi wasallam memilih cermin sebagai perumpamaan seorang mu'min.
Itu karena tak ada yang lebih tulus dari cermin.
Iya, cermin tempat berkaca sebagian kita diwaktu pagi.
Cermin tak pernah berdusta, dia selalu berbicara pada puncak kejujurannya.

Dalam diamnya, dia memberitahu apa adanya tentang kita.
Dia juga tak pernah menyimpan dendam, sebab ketulusannya paripurna.
Kita bisa merasa apa saja di depannya. Merasa hebat, tampan, cantik, atau apa saja, bahkan kita bisa memanipulasi jiwa dan hati kita dengan apa saja, namun apa yang dia lihat dari kita akan ditampakkan apa adanya.
Bila kita telah pergi, ia tidak akan menyimpan bayangan wajah kita di dalamnya.

Begitu juga seorang mu'min, dia tidak akan membeberkan kekurangan saudaranya pada orang lain.
Dia akan akan menutupi kekurangan itu, seperti cermin yang tak membiarkan bayangan orang lain tinggal di dalamnya.
Ketulusan cermin, sejatinya adalah pekerjaan hati, memerlukan seni untuk menatanya. .
Seperti cermin yang tak boleh buram, maka ketulusan seorang mukmin tak boleh ternodai oleh kepentingan-kepentingan apapun, termasuk cara kita memaknai ketulusan itu.
Atau kepentingan lain yang mencari manfaat dari ketulusan itu.
Ketulusan haruslah terwujud pada pribadi mu'min yang shaleh, agar dia menjadi cermin hidup bagi saudaranya.

----------------------------------
Jeddah Sabtu 17-07-1435 H


026. TERSENYUMLAH.. WALAU SEMUA TAK SEINDAH YANG KAU LUKISKAN

Sahabat…

Kita boleh berhitung soal apa saja, tapi tidak soal taqdir.
Tersenyumlah…
Karena rizkimu tidak akan dimakan orang lain,
Jodohmupun tidak akan tertukar,
Di akhirat kelak, engkau hanya akan ditanya tantang amalmu,
bukan tentang apa yang diamalkan orang lain.

Tersenyumlah…
Walaupun semua tak seindah yang kau lukiskan.
Jika hari ini engkau tak bisa menjadi seperti yang kau inginkan, maka yakinilah…, bahwa engkau hanya berpindah dari satu takdir ke takdir yang lain.
Jalanilah hari ini dengan amal-amal terbaik..
Tak perlu cemas untuk esok yang belum tentu kau lalui..
Cukup tuliskan saja semua rencana esokmu itu dengan azam yang kuat.
Namun ingat...!!! Di ujung semua goresan rencana itu, ada pena yang telah di angkat dan lembaran-lembaran taqdir yang telah mengering.
---------------------------------
Senayan 12-01-2013 M


027. KETIKA SI JAHIL DIAM

. لو سَكَتَ الجاهل ما اختلفَ الناس

"Kalu orang jahil diam, niscaya manusia tidak akan berselisih"

Kalimat itu adalah kalimat pertama dalam pesan singkat yang saya terima sore ini dari seorang sahabat.

Sayapun teringat ungkapan lain yang mengatakan, "Jika orang alim bicara, khilaf akan semakin sedikit dan kesatuan lebih bisa diharapkan. Namun jika si jahil bicara, khilaf akan semakin besar, dan pintu persatuan semakin tertutup rapat"

Saya katakan: "Dizaman fitnah seperti saat ini perbedaan itu akan semakin bisa diminimalisir jika si jahil sadar akan kejahilannya lalu bertanya, dan orang pintar mengerti kapan dia harus diam dan bicara.
Karena diamnya orang yg bodoh tidak selalu baik. Kewajibannya adalah bertanya kepada orang yang berilmu. Pepata arab mengatakan:
"Orang yang jahil terhadap sesuatu akan cenderung memusuhi sesuatu itu"
Jangan heran jika ada orang yang memilih memusuhi sunnah dan mencintai bid'ah. Semua itu berangkat dari katidaktahuan mereka.
Guru saya pernah bilang, "kalau kau bertemu dengan pelaku bid'ah, jangan langsung mencelanya. Ajari dia tentang sunnah.
Karena pengajaran dan nasehat tulusmu lebih dibutuhkannya ketimbang celaanmu.
Aku tau watak orang-orang negrimu. Berlemah-lembutlah...
Raihlah simpati mereka dengan akhlakmu sebelum ilmumu...
Ingat..!!
Indonesia bukan Saudi atau Yaman,
Jadi pelan-pelanlah..

Aku dan Diaryku
Ahad 18-03-1435 H

029. ANDA SEORANG SUAMI...????

Jika iya, maka pelan-pelanlah...
Karena dipuncak kemuliaannya sebagai seorang nabi, pemimpin negara dan ummat, Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- tetap menjahit sendiri sendalnya yg rusak dan menjahit bajunya yang robek.

Meringankan beban istri bukan pilihan yang menghinakan, tapi ia seperti inagurasi ditepian paling jauh dari kesadaran kita akan kebersamaan dalam berumah tangga serta penolakan terhadap egoisme pribadi sebagai suami.
Bahkan disaat-saat tertentu ia bisa berubah menjadi ungkapan cinta dalam makna yang lain.

lstri adalah teman hidup dan bukan pembantu. Allah telah menamainya زوجة (istri) bukan خادمة (pembantu) atau عاملة (pekerja).

Jadi... STOP KDRT (Kesewenang-wenangan Dalam Rumah Tangga)

Untuk para jomblo, "STOP HIDUP MEMBUJANG..!"

Madinah 18-01-1435 H


030. ORANG BEJO' ITU, BICARA BAIK ATAU DIAM

Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ ِ
ليَصْمُتْ

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka hendaklah ia berkata baik atau diam. (Hadits Muttafaq alaih)

Di dalam Al-Minhaaj, Imam Nawawi - rahimahullâh- dalam penjelasannya berkata:

"Adapun sabda Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam-, “maka hendaklah ia berkata baik atau diam” artinya ketika seseorang ingin berbicara hendaklah dilihat apakah ucapannya mengandung kebaikan dan kebenaran yang membuatnya mendapatkan ganjaran pahala wajib atau sunnah, maka berbicaralah. Tapi jika tidak, tahanlah diri untuk tidak berbicara"

Imam Syafi’i ketika mengomentari hadits di atas berucap, “Bila hendak berbicara, berfikirlah terlebih dahulu. Jika ucapan itu tidak mengandung kemudharatan, maka berkatalah. Namun bila mengandung kemudharatan atau keraguan, maka tahanlah diri.”

Pepatah arab mengatakan:

الحلم زين والسكوت سلامة # فإذا نطقت فلا تكن مهذارا
ما إن ندمت على سكوتى مرة # ولقد ندمت على الكلام مرارا

Welas asih itu adalah keindahan, sementara diam adalah keselematan.
Jika engkau berucap, jangan sampai berlebihan
Aku tak pernah menyesali diamku walau sekali saja
Namun sungguh aku menyesali perkataanku berkali-kali

Suatu ketika Sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq -radhiallahu anhu-. memegang ujung lidahnya dan berkata:

هَذَ الَّذِيْ أَوْرَدَنِي الْمَوَارِدَ

“Ini yang bisa membawaku pada salah dan celaka di dunia dan akhirat.”

Imam Ibnu Hibban al-Busti -rahimahullah- menjelaskan:

الواجب على العاقل أن ينصف أذنيه من فيه ويعلم أنه إنما جعلت له أذنان وفم واحد ليسمع أكثر مما يقول

"Orang berakal harus banyak mempergunakan kedua telinga daripada lisan. Dia harus menyadari bahwa ia diberi dua buah telinga dan satu mulut supaya ia lebih banyak mendengar daripada berbicara.

Setidaknya.. hadits dan petuah salaf diatas mengajari kita untuk menahan diri dari pembicaraan yang tidak mengandung kebaikan dan manfaat. Sebab tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat bagi dunia dan akhiratnya.

Wallahu a'lam

Madinah Senin 19-03-1435 H


جواب للسائل
بسم الله الرحمن الرحيم

أحبتى فىالله......
تلقيت فى هذه الأيام بعض الرسائل عبر الوس أب والفيسبوك. معظمها أسئلة عن الأشخاص
فأقول مستعينا بالله...
أنه لا يتكلم في هذا الباب إلا أصحاب الشأن ولست منهم.. ولا بد أن يؤتي البيوت من أبوابها.. أما مجرد التشهى و التقليد الأعمى عاريا عن معرفة أصول الفقه والحديث فضلا عن ضوابط الجرح والتعديل فالأولى لمن هذه حاله -مثلى- أن يسكت و يسعى إلى ما يصلح به دينه ودنياه.
لأن تدخل الأصاغر فى مسائل الكبار يزيد الطين البلة...
وهذا مما يؤسف فى هذه الأيام الأخيرة

ولتعلم يا أخى... أن هناك من يصطاد في الماء العكر و يسعى فى تمزيق جسد الأمة وتقطيعها أستات و عزين...
فالحذر الحذر....
تكلم بالعلم أو اسكت بالحلم وابتعد عن أعراض الناس تصان أعراضكم...

واعلم ياأخى... إن من الشَّناعة.. تطاولُ السفهاء على صالحي العلماء. قال تعالى (يا أيها الذين آمنوا لا تكونوا كالذين آذوا موسى فبرَّأه الله مما قالوا) والعالم وريث الأنبياء
لا تكن مثل هؤلاء الذين فى قلوبهم مرض. تركوا أهل الإفساد والفساد وانشغلو بأهل الصلاح والإ صلاح....

قال الشيخ عبد الكريم الخضير:

الكلام في النَّاس، وأعراض المُسلمين كما يقول ابن دقيق العيد حُفرة من حُفر النَّار، يقول: وقف على شفيرها العُلماء والحُكَّام، ما دامُوا على شفيرها، وهُم مُضطرُّون للكلام في النَّاس فكيف بمن عافاهُ الله من هذه المسألة وهذه المُشكلة؟! لأنَّ الذِّي يتكلَّم في النَّاس ولو لحاجة لا يكاد أنْ يَسْلم؛ فإمَّا أنْ يزيد أو ينقص، فمن ابتُلي ونُصِبَ لهذا الأمر فليستعن بالله وليتحرَّ الإنصاف، ومن عافاهُ الله، فالسَّلامة لا يَعدلها شيء، وأَهَمُّ ما على الإنسان أنْ يُحافظ على مُكتسباتِهِ، فإذا كان يُنفق الأموال بالغَلَقِ والأبواب وخشية اللُّصُوص... فكيف بما يُنجيهِ يوم القيامة من الحسنات التِّي تعب على كسبها وتحصيلها ثُمَّ بعد ذلك فرَّقها على فُلان وعلاَّن ممّن لا يرتضيه؟! لأنَّ الذِّي يرتضيهم لا يأتيه من حسناته شيء...لماذا؟ لأنَّهُ لا يغتابهم؛ إنَّما يغتاب أُناس لا يرتضيهم، وحسناتُهُ تذهب إلى هؤُلاء الأشخاص الذِّين لا يرتضيهم، فعلى الإنسان أنْ يُحافظ، لا يأتي مُفلساً يوم القيامة، فتُوزِّع حسناته على خُصُومُهُ، فإذا لم يبقَ لهُ شيء انتهى من الحسنات، وإنْ بقي لهُم شيء أُخِذَ من سيِّئاتهِم وأُلقِيَت عليهِ فَطُرِح في النَّار نسأل الله السَّلامة والعافية؛ فعلى الإنسان أنْ يُحافظ على مُكتسباتِهِ، فإذا كان التَّفريط بالدَّراهم والدَّنانير جُنُون... فكيف بمن يُفرِّط بما هو بأمسِّ الحاجة إليه في يوم يجعل الولدانِ شيباً".

واعلم أن أعظم أسباب فشل الأمة وهزيمتها النزاع في الجزئيات في زمن صراع الكليات.قال تعالى: (ولا تنازعوا فتفشلوا وتذهب ريحكم واصبروا إن الله مع الصابرين)

وقال الشيخ صالح آل الشيخ فى مقدمة كتابه هذه مفاهيمنا ما نصه:
" إن الفتن في هذا الزمان تتابعت، وتنوعت وتكاثرت، فمنها الفاتن للجوارح، ومنها الفاتن للقلوب، و منها الفتَّان للعقول والفهوم .
و قد خاض أناسٌ في الفتن غير مبالين، وخاض أناسٌ غير عالمِين، وخاض فئامٌ عالمِين، و خاضت جماعات مقلدين !!
حتى أصبح ذو القلب الحي ينكر مَن يراه و ما يراه !!
فلا الوجوه بالوجوه التي يَعرِف ، و لا الأعمال بالأعمال التي يَعهَد ،
و لا العقول بالعقول المستنيرة، و لا بالفهوم المنيرة .
فهو مخالطٌ للناس بجسمه، مزايلٌ لهم بعمله، يعيش في غربته بين بني جلدته ، حتى يأذن الله بحلول الأجل فيلحق – إن عفا الله و غفر – بمن يفك غربته و يؤنس وحشته ! ..."

فعليك يا أخى السا ئل بسؤال الكبار و صحبة الأخيار إن أردت الراحة في تلك الدار ، وتنفك من رق الأغيار

هذا، و صلى الله على نبينا محمد و على آله وصحبه أجمعين....

كتبه : الفقير إلىعفو ربه أبو الفيروز الغرنتالى الأندونيسي
صبيحة يوم الثلاثاء ٢٠-٠٣-١٤٣٥ من الهجرة النبوى على صاحبها أفضل الصلاة وأتم التسليم


031. KEPINTARAN, DULU DAN KINI


Dahulu.., Para salafussholeh memulai pelajaran hidup mereka dari aspek mental (akhlak).
Sehingga kepintaran bagi mereka adalah iffah, kebersihan jiwa serta pilihan hidup yang terhormat.
Tapi hari ini... Sebagian orang memulai pelajaran hidupnya dengan dialektika-dialektika kepintaran. Maka yang terjadi adalah, "kepintaran" selalu saja melahirkan ide-ide liar tentang pembenaran terhadap nilai-nilai yang keliru dan menyimpang.
Sehingga tak jarang kita mendengar orang-orang "pintar" itu menamakan ekspresi seni untuk sebuah penghinaan terhadap Tuhan dan simbol-simbol agama lainnya.
Orang-orang "pintar" itu juga bahkan punya definisi sendiri soal kepatutan, pornografi dan kebebasan.
Lalu semua ditopang oleh industri istilah yang setiap saat melahirkan merek baru untuk berbagai macam produk lama pembangkangan terhadap syari'at.
Sungguh memilukan "kepintaran" model ini.
Kepintaran yang tak kunjung mengantarkan pemiliknya pada kematangan jiwa, tingginya budi pekerti serta kesadaran bahwa dia tak lebih dari seonggok daging yang tercipta untuk suatu pengabdian.

Allah berfirman: "Katakanlah: "Maukah Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?
Yaitu orang-orang yang tersesat jalannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka telah melakukan perbuatan yang paling baik" (QS:18:103-104)

Wal iyaadzu billah....

Madinah 8 Muharram 1435 H


032. LELAKI TUA DAN SEUTAS TALI.

Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr -hafidzahullah- berkata:


رأيتُ في قريةٍ صغيرةٍ شرق المدينة حبلًا ممدودًا من بيت إلى باب المسجد فسألتُ عنه؛ فقيل: هذا بيتُ رجلٍ كبير سنٍّ كفيفِ البصر ليس له قائدٌ، فيُمسك بهذا الحَبل عند كلِّ صلاةٍ ذهابًا للمسجد وإيابًا لبيته، فما حال معاشِر الشَّباب الأصِحَّاء الأقوياء المبصِرين؟

Di sebuah desa kecil di timur Madinah saya melihat seutas tali memanjang dari sebuah rumah hingga pintu sebuah Masjid, sayapun bertanya perihal tali itu, maka dikatakan, rumah itu merupakan tempat tinggal seorang lelaki tua renta yang buta dan dia tidak punya penuntun (untuk mengantarkannya ke Masjid pen.), Dia berpegangan pada tali ini setiap kali berangkat ke Masjid untuk sholat dan juga saat pulang.

Lalu bagaimana dengan kondisi para pemuda yang sehat, kuat, dan bisa melihat (namun tidak mau sholat di Masjid..? pen.)

Sumber: al-badr net

Rabu 21-03-1435 H


032. BUNDA.. AKU PASTI KEMBALI

(Sajak cinta seorang anak yang merindukan ibunya)

لَسِوْفَ أَعُوْدُ يَا أُمِّي ... أُقَبِّلُ رَأْسَكِ الزَّاكِي

Aku akan kembali wahai bunda … untuk mencium keningmu yang suci

أَبُثُّكِ كُلَّ أَشْوَاقِي ... وَأَرْشُفُ عِطْرَ يُمْنَاكِ

Akan aku tumpahkan seluruh kerinduanku sambil aku mengecup wanginya tangan kananmu

أُمَرِّغُ فِي ثَرَى قَدَمَيْكِ ... خَدِّي حِيْنَ أَلْقَاكِ

Akan kuhamparkan pipiku di hamparan pasir yang ada di kedua kakimu jika ku bertemu denganmu wahai bunda

أُرَوِّي التُّرْبَةْ مِنْ دَمْعِي ... سُرُوْرًا فِي مُحَيَّاكِ

Akan kubasahi tanah dengan air mataku… Karena gembira bertemu denganmu bunda

فَكَمْ أَسْهَرْتِ مِنْ لَيْلٍ ... لِأَرْقُدَ مِلْءَ أَجْفَانِي

Betapa sering engkau terjaga di malam hari... Agar aku tertidur pulas menutup pelupuk mataku

وَكَمْ أَظْمَئْتِ مِنْ جَوْفٍ. .. لِتُرْوِيْنِي بِتَحْنَانِي

Betapa sering lehermu kering kehausan, agar engkau bisa menghilangkan dahagaku dengan kelembutan dan kasih sayangmu

وَيَوْمَ مَرِضْتُ لاَ أَنْسَى ... دُمُوْعًا مِنْكِ كَالْمَطَرِ

Di hari tatkala aku sakit.. tidak akan aku lupakan air matamu yang mengalir seperti derasnya hujan

وَعَيْنًا مِنْكَ سَاهِرَةً ... تَخَافُ عَلَيَّ مِنْ خَطْرٍ

Dan tidak akan aku lupakan matamu yang terjaga menahan kantuk karena mengkhawatirkan aku

وَيَوْمَ وَدَاعِنَا فَجْرًا ... وَمَا أَقْسَاهُ مِنْ فَجْرِي

Hari itu, saat kita berpisah di pagi hari… sungguh itu adalah pagi yang paling menyedihkan bagiku

يَحَارُ الْقَوْلُ فِي وَصْفِ ... الَّذِي لاَقَيْتِي مِنْ هَجْرِي

Mungkin kata-kata tidak mampu mengungkapkan kesedihanmu akibat kepergianku

وَقُلْتِ مَقَالَةً لاَ زِلْتُ ... مُدَّكِرًا بِهَا دَهْرِي

Dulu engkau pernah mengucapkan sebuah perkataan yang akan selalu kuingat sepanjang kehidupanku :

مُحَالٌ أَنْ تَرَى صَدْرًا ... أَحَنَّ عَلَيْكَ مِنْ صَدْرِي

"Engkau tak akan mendapatkan dada yang lebih lembut dan sayang kepadamu daripada dadaku"

بِبِرِّكِ يَا مُنَى عُمْرِي ... إِلَهُ الْكَوْنِ أَوْصَانِي

Pemilik semesta telah berwasiat kepadaku untuk berbakti kepadamu hingga akhir hayatku

رِضَاؤُكِ سِرُّ تَوْفِيْقِي ... وَحُبُّكِ وَمْضُ إِيْمَانِي

Keridhoanmu merupakan kunci kesuksesanku… dan mencintaimu adalah cahaya keimananku

وَصِدْقُ دُعَائِكِ انْفَرَجَتْ ... بِهِ كُرَبِي وَ أَحْزَانِي

Dengan ketulusan doamu maka sirnalah kesulitan dan kesedihanku

وِدَادُكِ لاَ يُشَاطِرُنِي ... بِهِ أَحَدٌ مِنَ الْبَشَرِ

Kecintaan tulusku kepadamu tidak akan terbagi kepada seorangpun

فَأَنْتِ النَّبْضُ فِي قَلْبِي ... وَأَنْتِ النُّوْرُ فِي بَصْرِي

Bunda.... engkau menyertai gerak hatiku… dan engkau adalah cahaya mataku

وَأَنْتِ اللَّحْنُ فِي شَفَتِي ... بِوَجْهِكِ يَنْجَلِي كَدَرِي

Bunda... engkau adalah senandung yang menyertai lisanku… dengan memandangmu maka hilanglah kegelisahanku

إِلَيْكِ أَعُوْدُ يَا أُمِّي ... غَدًا أَرْتَاحُ مِنْ سَفَرِي

Aku akan kembali kepadamu wahai Bunda..., esok… dan aku akan beristirahat dari perjalanan jauhku

وَيَبْدَأُ عَهْدِيَ الثَّانِي ... وَيَزْهُو الْغُصْنُ بِالزَّهْرِي

Aku akan memulai lembaran baru bersamamu bunda… Ranting-rantingpun akan berhiaskan bunga (menyambut masa itu)

Diterjemahkan oleh: Abulfayruz El Gharantaly dari: muntada.islammessage.com
Madinah 22-03-1435 H


000. BILA TAK PERLU, KENAPA HARUS BICARA..?

Saya pernah mendengar Syaikh Abdurrazzaq Al Badr -hafidzahullah- berkata:

"Membicarakan mukhoolif (orang yg menyelisihi manhaj) tanpa suatu keperluan baik untuk membantah atau mengingatkan ummat adalah ghibah. Seperti menjadikan mereka sebagai bahan tertawaan atau pelengkap majelis."

Pepatah arab mengatakan:

الحلم زين والسكوت سلامة # فإذا نطقت فلا تكن مهذارا
ما إن ندمت على سكوتى مرة # ولقد ندمت على الكلام مرارا

Welas asih itu adalah keindahan, sementara diam adalah keselematan.
Jika engkau berucap, jangan sampai berlebihan
Aku tak pernah menyesali diamku walau sekali saja
Namun sungguh aku menyesali ucapanku berkali-kali

Semoga Allah menjaga lisan-lisan kita dari petaka ghibah.


033. SEKALI LAGI.. KEMBALILAH KE MAJELIS ILMU.


"Dulu ilmu ini adalah sesuatu yang sangat mulia, sebab dari mulut ulama ilmu itu di ambil. Namun ketika ilmu itu pindah kedalam lembaran-lembaran buku, lenyaplah cahayanya lalu berpindahlah pada orang yang bukan ahlinya".

(Imam Al Auza'i -rahimahullah- diterjemahkan dari shaidul fawaaid)

Catt:
Mengambil ilmu langsung dari para ulama merupakan sunnah para salafussholeh. Bahkan dulu mereka melarang para penuntut ilmu menimba ilmu dari orang yg hanya mengandalkan bacaan saja tanpa duduk dimajelis ilmu.
Ibnu Aun -rahimahullah- berkata:

"Janganlah kalian mengambil ilmu kecuali dari orang yang dikenal telah menuntut ilmu dari ulama"

Sulaiman bin Musa -rahimahullah- juga berkata: "Ilmu tidak diambil dari seorang kutu buku"

(At-Tamhid jilid: 1 hal: 44-45)

Diantara faidah menimba ilmu dari ulama/ustadz adalah:

1. Menghemat waktu
2. Meminimalisir kesalahan
3. Ilmu akan tertanam kuat dalam ingatan, sebab apa yang didengar jauh lebih mudah diingat ketimbang apa yang dibaca.
4. Belajar Ilmu dan Akhlak pada waktu bersamaan. Sekali dayung dua tiga pulau terlampau. Bila ilmu tak dapat paling tidak akhlak sang guru/ustadz
5. Meraih ketenangan dan keberkahan majelis serta doa semesta.

Apakah mendengarkan mp3 memiliki hukum yang sama dengan talaqqi..?

Tidak sama dari banyak sisi. Tapi mendengarkan kajian melalui Mp3 atau video insyaallah cukup bagi yg tdak memiliki waktu untuk duduk dimajelis ilmu.
Hanya saja, hukum asalnya adalah duduk di majelis ilmu sebab didalamnya ada musyafahan dan musaa'alah yg tidak bisa dilakukan dengan hanya mendengarkan mp3 saja. Disamping keberkahan, ketenangan, dan janji surga yang diberikan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

"Barangsiapa yang menempuh jalan dalam mencari ilmu, Allah akan memudahkan jalannya menuju surga"

Bagi muhasshil yg telah menguasai rukun ilmu (Ushulul Hadits, Ushulul Fiqh, Ushuulul lughah) tidak mengapa bila dia membaca sendiri, namun bila menemukan sesuatu yg sulit untuk difahami hendaknya dia kembali bertanya pada guru pembimbingnya. [1]

[1]. Faidah diatas kami terima saat menemani syaikh Amir Al Qarawy ke Makkah setahun yg lalu. Beliau adalah Mahasiswa S3 jurusan Aqidah. Merangkap sebagai dosen UIM dan Qari' tetap syeikh Ali Nasheer Faqihy -hafidzahullah- juga Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaily.

Ditepi laut merah 19-01-1435 H
Diedit ulang 22-03-1435 H


034. SEJENAK BERSAMA CINTA


Semua jika didefinisikan akan menjadi jelas.. Kecuali cinta..
Segala definisi dan gambaran yang dikatakan orang tentang cinta tidak akan bisa mengungkap hakikatnya. Karna cinta adalah pekerjaan hati yang tak bisa dibaca. Ia hanya akan terbaca dari perubahan sikap sang pecinta terhadap sesuatu yang dicintai.
Jika kita bertanya pada 1000 orang tentang definisi cinta, maka kita akan mendapatkan 1000 definisi. Karena setiap definisi adalah terjemahan dari apa yang dirasakan setiap orang, sementara perasaan setiap orang berbeda-beda.

Imam Ibnu Qayyim mengatakan, "Tidak ada batasan cinta yang lebih jelas daripada kata cinta itu sendiri; memba-tasinya justru hanya akan menambah kabur dan kering maknanya. Maka batasan dan penjelasan cinta tersebut tidak bisa dilukiskan hakikatnya secara jelas, kecuali dengan kata cinta itu sendiri".
(Madarijus-Salikin Jilid: 3 hal: 10)

Lebih jauh beliau menjelaskan:

“Sesungguhnya orang yang mencintai sesuatu akan merasakan lezatnya cinta manakala yang dicintainya itu mampu membuatnya lupa dari musibah yang menimpanya. Ia tidak merasa bahwa itu semua adalah musibah, walau kebanyakan orang merasakannya sebagai musibah.
Bahkan cinta itu semakin kuat, hingga ia semakin menikmati dan meresapi setiap musibah yang ditimpakan oleh Dzat yang ia cintai. (Madarijus-Salikin jilid: 3 hal: 38).

Cinta juga bukan semata pengakuan, namun ada konsekwensi di dalamnya. Dalam kitab Thariqul Hijratain beliau mengatakan:

"Jika cinta telah menghujam di dalam hati, maka panggilan untuk memprioritaskan sesuatu yang dicintai itu akan selalu ada. Dan ini merupakan bukti kuatnya cinta. Jika dia memprioritaskan selain yg dicintainya, itu tanda bahwa dia tidak jujur dalam cintanya, meskipun dia menklaim bahwa ia benar-benar cinta" (hal: 586)

Cinta yang tulus akan membuat orang yang mencintai selalu merasakan kehadiran orang yang dicintanya.

Beliau mengatakan: “Orang yang tulus dalam cintanya akan selalu merasa diawasi oleh yang dicintainya, orang yang selalu menyertai hati dan raganya. Dan diantara tanda cinta yang tulus ialah (keyakinan sang kekasih) yang selalu merasakan kehadiran kekasihnya yang mengawasi (semua) perbuatannya" (634)

Catt:
Tentunya,, apa yang disebutkan oleh beliau -rahimahullah- adalah cinta dalam makna Ubuudiyah yang tidak diperuntukkan pada selain Allah.
Cinta yang demikian merupakan pokok keimanan dan tauhid dimana pelakunya akan mendapatkan balasan pahala yang tak terhingga.
Jika cinta ini dipalingkan kepada selain Allah maka dia akan terjerumus dalam cinta terlarang yaitu syirik.
Cinta ini mampu merubah terik Dzuhur menjadi sejuk, membuat dinginnya subuh tak lagi berarti, membuat mata terjaga diujung malam, lapar dan dahaga disiang ramadhan tak lagi terasa, terjalnya jalan dakwah menjadi mudah dilalui, dan merubah cacian pendengki menjadi syair penyemangat.
Yang jelas cinta jenis ini akan melahirkan ketundukan penuh pada perintah-Nya dan pengharapan penuh pada janji-Nya sehingga semua ibadah terasa ringan dan menyenangkan. Karena cinta ini, cinta orang yang beriman. Allah berfirman:

والذين آمنوا أشد حبا لله

"Dan orang-orang yang beriman itu amat sangat cintanya pada Allah" (QS: Al Baqarah: 165)


Sabtu 24-03-1435 H

035. SYAIKH ABDURRAZZAK BERKISAH

Prof. Dr. Abdurrazzaq Al Badr mengisahkan:


Disebuah negeri yang pernah aku kunjungi dulu, aku mendapati seorang da'i yang sibuk dengan ilmu dan berbagai kegiatan dakwah. Akupun bertanya, "Dengan rutinitas yg padat seperti ini bagaimana engkau menghidupi diri dan keluargamu..?
Diapun menjawab,
"Suatu ketika saudaraku mengajakku untuk duduk berdiskusi, dia berkata padaku: "Wahai saudaraku, aku tak punya waktu dan kemampuan untuk menuntut ilmu, sedangkan engkau punya kemampuan untuk itu (berkat taufiq Allah). Bagaimana kalau engkau menyibukkan diri dengan menuntut ilmu dan biarlah aku yang bekerja memenuhi keperluanmu dan keluargamu. Agar kau dan aku sama-sama meraih pahala."

Syaikh berkata: "Akhirnya orang tadi sepenuhnya menanggung nafkah saudaranya beserta keluarganya, sampai-sampai apa yang diberikan pada anak-anaknya juga diberikan pada anak saudaranya itu."

Qultu: Semoga kita menjadi orang selanjutnya dalam kisah itu.

Catt: Kisah ini disampaikah beliau pagi tadi setelah sholat subuh di Maskam Ibnu Baz UIM.

Madinah, Ahad 25-03-1435 H

036. BILA MEMANG SALAH, AKUILAH....

Suatu kali Syaikh Ali Thanthawi -rahimahullah- ditanya, mengapa anda memendekkan jenggot wahai syaikh..?

Syaikh tertegun sejenak lalu menjawab:

"Aku tau kalau ini adalah sebuah kesalahan. Dan aku tak ingin menggabungkan antara buruknya perbuatan dengan buruknya perkataan. Aku sadar kalau aku dikalahkan oleh lingkungan dan kebiasaan kaumku, semoga Allah memaafkan aku."
(Ma'an naas)

Sahabat.. Tak perlu mencari pembenaran bila ternyata kita memang salah, tak usah memaksakan dalil bila ternyata perbuatan kita berseberangan dengan dalil.
Mengakui kesalahan itu menunjukan kebesaran jiwa.
Masih ingat kan perkataan umar yg masyhur..? "Kembali pada kebenaran itu lebih baik daripada berlama-lama dalam kebathilan" atau perkataan beliau, "menjadi pengikut suatu kebenaran lebih baik bagiku ketimbang menjadi pemimpin atas kebathilan"

Iya, tak perlu menggabungkan antara buruknya perbuatan (mencukur jenggot) dan buruknya perkataan (memaksakan dalil).

Madinah 21-01-19435


037. KAPAN SEORANG MUSLIM BICARA

(Faidah dari syaikh Prof. DR. Abdurrazzak Al Badr -hafidzahullah-)

Sebelum berbicara hendaknya seorang muslim memperhatikan tiga hal pada ucapannya.

1. Bila ucapannya itu mengandung kemaslahatan pada dunia dan akhiratnya, maka bicaralah.

2. Bila ucapannya mengandung keburukan (semacam ghibah) perkataan kotor dan semisalnya, maka diamlah

3. Namun bila ia tidak tau apakah ucapannya mengandung kebaikan atau tidak, maka barangsiapa yang menjauhi syubhat, sungguh ia telah menjaga agama dan kehormatannya.

Catt: Faidah ini dikutip secara ringkas dari ta'lim beliau pagi ini setelah sholat subuh di Maskam Ibnu Baz UIM.

Senin 26-03-1435 H


039. DAN MALAMPUN TIBA

(edisi inspirasi pagi bersama Syaikh Prof. DR. Abdurrazzak Al Badr -hafidzahullah-)

Sahabat Abu Barzah Al Aslamy -radhiallahu anhu- mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya.” (HR. Bukhari)

Saat kunjungannya ke Qodisiyyah, sahabat Salman Al-Farisi -radhiallahu anhu- berkata kepada Thoriq bin Syihab bahwa setelah sholat Isya kaum muslimin terbagi menjadi 3 golongan :

1. Orang yang beruntung. lahu wala 'alaihi (
له ولا عليه )

2. Orang yang rugi. 'alaihi wala lahu (
عليه ولا له )

3. Orang yang impas. la 'alaihi wala lahu (
لا عليه ولا له )

Golongan pertama adalah mereka yang menghabiskan malam-malamnya dengan ketaatan, seperti qiyamul lail, membaca al-Qur'an, mudzakaroh dan memuroja'ah pelajaran, atau melakukan aktifitas ibadah-ibadah yang lain. Maka malam itu, menjadi ladang amal baginya.

Sedangkan golongan yang kedua, adalah mereka yang mengisi malam-malamnya dengan kemaksiatan. Syeikh berkata yang maknanya: "Seperti seseorang yang merasa dirinya tidak diawasi Allah. Engkau dapati seorang pemuda sendiri didalam kamarnya. Ia mengunci pitu kamarnya rapat-rapat. Bila telah yakin bahwa tak seorangpun yg melihatnya, mulailah ia membuka situs-situs internet yang menyuguhkan tontonan syahwat dll. Maka orang seperti ini, malam yang ia lalui merupakan bencana dan petaka baginya. Wal iyaadzu billah.

Adapun golongan yang ketiga adalah mereka yang melalui malam-malamnya dengan tidur, tidak beribadah, tidak pula bermaksiat, maka orang seperti ini tidak mendapatkan apa-apa.

Bertanyalah pada diri.. Dimana kita diantara tiga golongan itu...?

Qultu:
Begadang setelah shalat ‘isya’ itu dibenci, jika bukan untuk perkara yang bermanfaat. Sedangkan hikmahnya adalah;

Pertama: Agar seorang muslim tidur dalam keadaan suci.
Imam Abu Nashr Al Marwazy -rahimahullah- berkata: "Sesungguhnya Rasulullah melarang begadang setelah Isya dikarenakan orang yang telah menunaikan sholat Isya dosa-dosanya telah diampuni karena sholat tersebut. Dia juga melarang mengobrol dengan orang lain karena ditakutkan dalam obrolan tersebut ada sesuatu yang akan mengotori jiwanya setelah (jiwanya) disucikan. Agar dia tidur dengan kesucian.”

Kedua: Agar sholat malam tidak terlewatkan.
Imam Ibnu Khuzaimah -rahimahullah- berkata :”Menurutku, sesungguhnya beliau -shallallahu ‘alaihi wasallam- tidak menyukai obrolan / begadang karena akan melemahkan semangat melakukan shalat malam. Sebab jika awal malam itu diisi dengan obrolan, maka rasa kantuk akan menyebabkan berat baginya untuk bangun diakhir malam. Dan akhirnya dia tidak bisa bangun malam. Kalaupun bangun, maka ia tidak memiliki semangat untuk menegakan shalat malam.”

Imam Abu Nashr -rahimahullah- meriwayatkan bahwa Sufyan bin ‘Uyainah -rahimahullah- berkata:
“ Aku berbincang-bincang setelah ‘isya’ yang akhir, maka akupun berkata :” Tidak pantas bagiku tidur dalam keadaan seperti ini, akupun berdiri lalu berwudlu, kemudian aku shalat dua raka’at dan meminta ampun. Aku mengatakan ini semua tiidak untuk menyucikkan diriku, tetapi supaya sebagian dari kalian mengamalkannya.”

Al-qashim bin Ayyub -rahimahullah- berkata : “Sa’id bin Jubair melakukan shalat empat raka’at setelah ‘isya’ yang akhir. Kemudian aku mengajaknya bicara di dalam rumahnya. Namun dia tidak menanggapai pembicaraanku tersebut”.

Abu Nasr -rahimahullah- berkata: Dari Khaitsamah bin Abu Ayyub berkata: “ Mereka lebih menyukai seseorang itu tidur jika telah melakukan Witir.”

Dulu, Sahabar Umar bin Al Khattab -radhiallahu anhu- sampai-sampai pernah memukul orang yang begadang setelah shalat Isya, beliau mengatakan, “Apakah kalian begadang di awal malam, lalu terlelap tidur diakhir malam ?!”

Sahabat..
Lihatlah keadaan salafussholeh..
Lalu bertanyalah pada diri..
Dimana kita diantara mereka..?
Hari ini... Sebagian kita melewati setiap kepingan malam dengan hal-hal yang sia-sia, entah dengan main game, menyaksikan pertandingan bola dll.
Bahkan terkadang... Sebagian kita tak perduli dengan apa dia akan menutup malamnya, apakah dengan kebaikan atau dosa.
Padahal.. Saat mata telah terpejam dimalam hari, kita tak pernah tau apakah esok mata itu masih bisa menatap dunia atau tidak.
Menjelang tidur, didalam do'anya Rasul bersabda:

بِاسْمِكَ رَبِّيْ وَضَعْتُ جَنْبِيْ، وَبِكَ أَرْفَعُهُ، فَإِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِيْ فَارْحَمْهَا، وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا فَاحْفَظْهَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ.

“Dengan nama Engkau, wahai Tuhanku, aku meletakkan lambungku. Dan dengan namaMu pula aku bangun daripadanya. Apabila Engkau menahan rohku (mati), maka berilah rahmat pa-danya. Tapi, apabila Engkau melepas-kannya, maka peliharalah, sebagaima-na Engkau memelihara hamba-ham-baMu yang shalih.”

Do'a diatas setidaknya menegaskan bahwa bila mata telah terpejam dalam lelapnya tidur, maka tak ada jaminan untuk ia terbuka saat esok menjelang..

Maka pilihlah dengan apa kita akan menutup malam ini..

Baarakallahu fiikum
Madinah Rabu 27-03-1435 H


040. KITA DAN PILIHAN HIDUP YANG MENGASINGKAN

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah -radhiallahu anhu- bahwa Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda:


اِنَّ اْلاِسْلاَمَ بَدَأَ غَرِيْبًا وَ سَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا بَدَأَ، فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ. قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَ مَا اْلغُرَبَاءُ؟ قَالَ: اَلَّذِيْنَ يُصْلِحُوْنَ عِنْدَ فَسَادِ النَّاسِ. و فى رواية، فَقَالَ: اَلَّذِيْنَ يُحْيُوْنَ مَا اَمَاتَ النَّاسُ مِنْ سُنَّتِى.

“Pada awalnya Islam itu asing dan akan kembali asing sebagaimana pada awalnya. Maka beruntunglah orang-orang yang asing“. Beliau ditanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang-orang yang asing itu ?”. Beliau bersabda, “Mereka yang memperbaiki dikala rusaknya manusia”. Dalam riwayat lain beliau menjawab, “Yaitu orang-orang yang menghidupkan apa-apa yang telah dimatikan manusia daripada sunnahku”.

Begitulah sahabat...
Menjadi muslim yang baik itu pada mulanya adalah pilihan yang mengasingkan...
Menapaki jalan hidayah sejengkal demi sejengkal, pada mulanya adalah pilihan yang mengasingkan...
Menghapus satu dmi satu kesalahan dengan taubat dan penghambaan yang jujur, pada mulanya adalah pilihan yang mengasingkan...
Berdakwah mengajak pada sunnah ditengah fanatisme madzhab, pada mulanya adalah pilihan yang mengasingkan...
Menaikkan celana diatas mata kaki serta membiarkan janggut tumbuh, pada mulanya adalah pilihan yang mengasingkan...
Menjomblo demi menjaga kehormatan diri disaat yang lain gonta-ganti pacar pada mulanya adalah pilihan yg mengasingkan...
Menetapi Manhaj para salafusshalih dengan sungguh-sungguh, pada mulanya adalah pilihan yang mengasingkan...
Iya... Semua itu adalah pilihan yang mengasingkan...
Paling tidak pada awalnya. Lalu untuk waktu yang sangat lama.
Namun pada akhirnya, akan ada hari ketika Allah memberi kemenangan...
Dihari itu... kita akan bersuka cita saat semua manusia berbondong2 bernaung di bawah payung As-Sunnah, bersama bertasbih memuji-Nya diatas bahtera tauhid.
Bila hari itu tiba, kesepian dan keterasingan yang kita hadapi saat ini kelak hanya menjadi sebuah cerita yang di awali kata "Dulu.." untuk anak-anak kita.

Sahabat...
Saya tidak bicara soal keterasingan yang biasa, Karena dipuncak keterasingan ini ada janji dari Rasul mulia...

" Maka beruntunglah orang-orang yang terasing itu"

Aku dan Diaryku.
Rabu 28-03-1435 H

041. DALAM KETAATAN SEKALIPUN KITA BUTUH KESABARAN
(edisi inspirasi pagi bersama Syaikh Prof. DR. Abdurrazzak Al Badr -hafidzahullah-)

Allah Ta'ala berfirman :

(وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ)

'Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu' (QS. Al Baqarah : 45).

Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al Badr Hafidhahullah mengomentari ayat ini :

"Di dalam ayat ini, Allah Ta'ala mendahulukan kesabaran dari pada shalat. Hal ini karena seluruh ibadah memerlukan kesabaran. Mengerjakan perintah membutuhkan kesabaran dan menjauhi larangan pun membutuhkan kesabaran."

(Disampaikan pagi ini di Maskam Syaikh Bin Baz -Rahimahullah- Universitas Islam Madinah).

042. POTRET KESALAFIAN KITA
(edisi muhaasabah)

Ditengah kepungan mereka yang mengarahkan kepalan tangan permusuhan terhadap dakwah salaf, sebagian kita malah sepakat untuk tidak sepakat.

Disaat yang lain sibuk berdakwah dan membina umat, sebagian kita malah sibuk melucuti kredibilitas mereka dihadapan umat.

Ketika yg lain tanpa sengaja jatuh dalam kesalahan, sebagian kita malah mengelus dada sambil tersenyum puas melihat lawannya terjatuh.

Padahal jenggot sama-sama punya, celana juga sama cingkrangnya, buku rujukan, ulama dan prinsip dakwahnya pun juga sama.
Namun senyum, salam dan sapa tak lagi ada, tak lagi terdengar saat tahu kalau gurunya berbeda.

Pada akhirnya.....
Kita hanya akan saling curiga, saling menuduh, melukai dan bahkan saling menelanjangi kehormatan saudara-saudara kita yang memiliki prinsip beragama yang sama dengan kita, walau mungkin berbeda dalam beberapa masalah ijtihadiyah.

Ingatlah saudaraku...
14 abad yang lalu, dibawah terik panas matahari Arafah, dihadapan 120 ribu sahabat, panutan kita pernah bersabda:

«فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، فِى شَهْرِكُمْ هَذَا، فِى بَلَدِكُمْ هَذَا…».

Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, kehormatan kalian telah diharamkan atas kalian (untuk dilanggar), seperti haramnya hari kalian ini, pada bulan kalian (Dzulhijjah) ini, di negeri kalian (Mekkah) ini.

Butir-butir nasehat diatas mengandung pesan moral yang dalam. Menjaga pesan itu serta mengaplikasikannya dalam dakwah, sama halnya dengan menjaga manhaj yang kita cintai. Sebab perbaikan moral merupakan bagian dari misi kenabian yang tak boleh diabaikan.

Bercerminlah pada salaf..
Bercerminlah pada ilmu, Ibadah, akhlak serta sikap mereka dalam menyikapi perbedaan.
Sebagai manusia biasa mereka juga pernah berselisih, namun kasih sayang tetap terjalin diantara mereka.
Yunus As Shadafi -rahimahullah- berkata: "Aku tidak pernah bertemu dengan orang yang lebih hebat dari Asy Syafi'I. Suatu hari aku pernah melakukan debat dengannya dalam suatu masaalah kemudian kami berpisah.
Ketika bertemu beliau lantas menggenggam tanganku dan berkata, "Wahai abu Musa! Apakah kita tidak bisa untuk tetap menjadi sahabat sekalipun kita tidak sepakat dalam satu masalah..?"

Demikian pula yang terjadi antara Imam Ahmad -rahimahullah- dan Imam Ali Al-Madini -rahimahullah-. Mereka pernah berdebat soal persaksian, kedua suara mereka pun meninggi hingga ada yang mengira keduanya bakal tidak akur. Namun nyatanya mereka tetap akur-akur saja. Bahkan saat Imam Ali Al-Madini hendak pergi, Imam Ahmad menuntun kendaraan yang ditunggangi Ali Al-Madini hingga pintu halaman masjid.

Dizaman ini.. kita butuh jiwa-jiwa besar itu.. Jiwa-jiwa yang terampil mengelola kecerdasan dan emosi, hingga melahirkan sikap hikmah dan arif dalam menyampaikan pesan-pesan agama serta bijak dalam menyikapi perbedaan.

Syaikh bin Baz Rahimahullah pernah berkata: "Zaman ini adalah zaman kelembutan, kesabaran dan hikmah, bukan zaman kekerasan. Saat ini, kebanyakan manusia jahil (dalam agamanya) dan lebih banyak mementingkan urusan dunianya. Maka hendaklah sabar dan berlemah lembut supaya dakwah ini dapat disampaikan dan mereka dapat mengetahuinya".

Sebenarnya 14 Abad yang lalu Al Qur'an telah meletakkan dustur yang jelas agar menjadi panduan kita dalam mengemban misi nubuwah, Allah azza wajalla berfirman:

"Sekiranya engkau berucap kasar lagi berhati keras, tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu" (QS:3:159)

Iya, sikap kasar hanya akan membuat kita tampak bodoh dengan ilmu yang kita miliki. Dia hanya akan memperkeruh suasana, merusak citra dan sum'ah manhaj yang kita dakwahkan.
Disadari atau tidak, sebagian objek dakwah kadang lebih menaruh simpati pada bagusnya akhlak seseorang ketimbang luasnya ilmu yang dimilikinya. Bahkan akhlak menjadi barometer kepantasan bagi mereka sebelum memutuskan apakah akan mengambil ilmu dari fulan atau tidak.
Kita tidak bisa menutup mata bahwa kebatilan yang dikemas dengan baik serta disuguhkan dengan penuh kasih akan lebih mudah diterima ketimbang kebenaran yang diusung oleh orang-orang yang berilmu namun tak bermoral.

Sadarilah..
Kita dan salaf terlampau jauh, baik dari segi ilmu apalagi amalan, jadi tak usah memperbesar jurang pemisah itu dengan sikap-sikap kita yang tak mencerminkan jati diri pengikut salaf sejati.
Saya dan anda mungkin masih ingat ungkapan yg selalu diulang-ulang ketika awal ngaji dulu,

"Semua mengaku punya hubungan dengan Laila, namun Laila tidak mengakuinya".

Bertanyalah, apakah dengan bahasa-bahasa kasar, ditambah dengan hujjah yang dipaksakan itu masihkah Laila akan mengakui hubungan kita...?

Bercerminlah pada salaf..
Lalu bertanyalah..
Dimana kita diantara mereka.?

---------------------------------
Madinah, Kamis 29-03-1435 H

043. SALAFYKU TERSENYUMLAH....
Disuatu subuh...
Akhi, ana bsok gak bisa hadir ta'lim kayaknya.
Knapa akhi..? Tanya saya,
Teman-teman antum tatapannya kok seram-serem gitu.
Kayak tatapan intelejen.. Susah di ajak senyum..
Tidak semua juga sih.. Hehe
Emang ada yang salah ya dari pakaian ana..?

Itu hanyalah satu dari sekian banyak keluhan yang saya terima dari ikhwah yang baru ngaji.

Sahabat.. Senyum adalah aktivitas sederhana yang tidak membutuhkan energi berlimpah serta biaya yang besar. Ia meluncur dari bibir dan selanjutnya masuk ke relung kalbu yang paling dalam.

Saya kira, kita tak perlu bertanya soal keefektivan senyum dalam mempengaruhi pikiran dan cara pandang orang lain terhadap kita. Pengalaman membuktikah bahwa senyum tulus yang mengalir dari dua bibir yang bersih itu merupakan muqaddimah terbaik dalam meluruskan orang yang keliru atau mengingkari suatu kemunkaran.

Banyak yang mengira bahwa kewibawaan tidak bisa diraih kecuali dengan menjaga jarak dengan orang lain, atau bisa juga dengan menunda senyuman. Padahal manusia yang paling berwibawa saja selalu tersenyum. Sehingga tidak mengherankan jika beliau mampu meluluhkan kalbu sahabat-shabatnya, istri-istrinya dan setiap orang yang berjumpa dengannya.

Sahabat Jabir bin Abdullah -radhiallahu anhu- mengatakan:

ما حَجَبني رسولُ الله -صلى الله عليه وسلم- منذُ أسملتُ، ولا رآني إلا تَبَسَّم في وجهي.

“Sejak aku masuk Islam, Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- tidak pernah menghindar dariku. Dan beliau tidak melihatku kecuali beliau pasti tersenyum kepadaku.”
(HR. Bukhori Muslim)

Bahkan hingga menjelang wafatnya, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam masih mengajari kita tentang senyum.

Sahabat Anas bin Malik -radhiallahu anhu- menuturkan:

بينما الْمُسْلِمُونَ في صَلاَةِ الْفَجْرِ مِنْ يَوْمِ الإِثْنَيْنِ وَأَبُو بَكْرٍ يُصَلِّي بَهُمْ لَمْ يَفْجَأْهُمْ إِلاَّ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَدْ كَشَفَ سِتْرَ حُجْرَةِ عَائِشَةَ، فَنَظَرَ إِلَيْهِمْ وَهُمْ فِي صُفُوفِ الصَّلاَةِ. ثُمَّ تَبَسَّمَ يَضْحَكُ!

“Ketika kaum muslimin berada dalam shalat fajar, di hari Senin, sedangkan Abu Bakar menjadi imam mereka, ketika itu mereka dikejutkan oleh Rasulullah shallahu alaihi wasallam yang membuka hijab kamar Aisyah. Beliau melihat kaum muslimin sedang dalam shaf shalat, kemudian beliau tersenyum kepada mereka”
(HR. Bukhari Muslim)

Harus kita sadari bahwa sudah merupakan fitrah bila manusia cenderung tidak menyukai sikap sombong, angkuh, kasar, bengis dll.

Allah azza wa jalla berfirman,

“Maka disebabkan rahmat Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (Ali-Imran : 159)

Tidak hanya berpengaruh dalam efektivitas dakwah, senyum bahkan bisa menjadi sedekah yang paling mudah.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

وتبسمك في وجه أخيك صدقة. رواه الترمذي
وصححه ابن حبان.

“Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah.” (HR. At Tirmidzi dan dishohihkan oleh Ibnu Hibban dalam shahihnya)

Beliau juga bersabda:

لا تحقرن من المعروف شيئا ولو أن تلقى أخاك بوجه طلق

“Janganlah engkau menganggap remeh kebaikan sekecil apapun, walaupun bertemu saudaramu hanya dengan wajah yang berseri-seri”.
(HR. Muslim. Dari sahabat Abu Dzar radhiyallahu anhu)

Jadi... Tak ada alasan untuk menunda senyum.

Bukankah Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wasallam pernah bersabda :

“Kebaikan itu adalah akhlaq yang baik”

“Mu’min yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya”

?????????????

Sekali lagi,.. Bercerminlah pada salaf..

-----------------------------------------
Madinah, Jum'at 01-04-1435 H

Walillahilhamd