Montag, 6. Oktober 2014

APA SETELAH HAJI....?

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, bertaubat dan berlindung kepada-Nya dari kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan kita.
Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Saya bersaksi bahwa tiada Rabb yang berhak diibadahi selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Dan saya juga bersaksi bahwa Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah -hamba dan Rasul-Nya. Beliau diutus oleh Allah dengan membawa petunjuk dan agama yang hak. Sungguh beliau telah menyampaikan risalah yang diembannya, beliau telah menunaikan amanah Allah, telah menasehati umatnya dan telah berjihad di jalan Allah dengan sebenar-benarnya jihad hingga beliau kembali kepangkuan rahmat-Nya, meninggalkan ummatnya di atas jalan yang terang benderang, tidak seorangpun yang menyimpang dari jalan itu kecuali pasti akan binasa.

Kami memohon kepada Allah yang Maha Mulia, pemilik Arsy yang agung agar menjadikan kita semua sebagai hamba yang apabila diberi karunia dia bersyukur dan bila diuji dia bersabar dan apabila melakukan kesalahan diapun bersegara menuju ampunan-Nya. Sebagaimana kami memohon agar Allah menjadikan kita hamba - hamba  yang khusyuk dalam beribadah kepada-Nya.

Pembaca sekalian...
Alhamdulillah kita baru saja melaksanakan ibadah haji, muda-mudahan Amal ibadah kita diterima oleh Allah azza wa jalla.

Ibadah haji ibarat madrasah atau pesantren kilat, di dalamnya kita belajar banyak hal, belajar untuk bersabar, belajar untuk  istiqamah dengan menunaikan shalat berjamaah tepat pada waktunya, belajar untuk saling menjaga dan memiliki, belajar untuk saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran dan banyak lagi. Maka sudah seharusnya saat kembali dari madrasah haji tersebut kita bisa berbuat yang lebih atau paling tidak menjaga amalan-amalan yang telah kita lakukan selama berada di tanah suci. Talbiyah kita tidak terputus, bahkan ia tetap menjadi pandu dalam hidup kita. Hanya saja Ucapan "labbaikallah" itu terealiasasi dalam bentuk amal yang nyata dalam memenuhi panggilan Allah dan Rasu-Nya. Allah Azza wa jalla berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul, apabila Rasul mengajak kalian kepada perkara yang bisa memberikan kehidupan kepada kalian.Ketahuilah Allah menghalangi/membatasi antara manusia dan hatinya, dan sungguh hanya kepada-Nya kalian akan dikumpulkan.” (al-Anfal:24)

Ada banyak tafsiran ulama tentang (sesuatu yang bisa memberikan kehidupan kepada kalian)  yang kesemuanya kembali pada makna risalah yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Risalah itulah yang menghidupkan jiwa-jiwa yang mati, mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya. Barang siapa yang tidak memenuhi seruan risalah itu maka Allah akan memalingkan hatinya dari petunjuk. Allah berfirman,
Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (al-Qur’an) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.” (al-An’am: 110)
Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah pun memalingkan hati mereka.” (ash-Shaff: 5)
Semoga Allah menjaga agar hati kita tidak berpaling dari petunjuk-Nya.

Saudaraku...
Di negara kita orang yang telah menunaikan ibadah haji akan menjadi panutan, ucapan dan pandangan-pandangannya di dengar dan diperhitungkan, maka sudah selayaknya kita kembali ke tanah air dengan membawa aqidah yang sahih serta akhlak nabawi sebagai hadiah terbaik  untuk diteladani oleh mereka yang kita tinggalkan selama melaksanakan ibadah haji.

Harus kita sadari bahwa tsabat (teguh) dengan Iman yang baru saja mekar setelah dipupuk selama di tanah suci merupakan tuntutan mutlak bagi setiap muslim yang mengharapkan perjumpaan dengan Allah. Apalagi bila kita melihat kondisi kehidupan masyarakat kita saat ini, dimana fitnah (ujian) dan godaan baik dalam bentuk syubhat maupun syahwat menyebar dimana-mana. Seolah tak tersisa lagi ruang bagi kita untuk bertahan.  Fitnah yang menjamur tersebut perlahan menggiring sebagian jiwa pada keterasingan kedua, sehingga orang yang berpegang teguh pada agamanya bagaikan orang yang menggenggam bara api. Ditengah kondisi ini, kebutuhan kita akan faktor- faktor yang dapat meneguhkan iman setelah keluar dari madrasah haji lebih besar dari pada kebutuhan kita sebelum menunakan ibadah haji. Perjuangan untuk merealisasikannya pun lebih berat, karena kondisi zaman yang tidak tetap dalam satu kondisi,  nadirnya kawan juang yang mau membantu, ditambah lagi dengan kondisi hati yang suka berbolak balik (taqallub). Dan kita butuh upaya maksimal untuk untuk meneguhkan sesuatu yang mudah terbolak balik itu.

Di antara kasih sayang Allah ta'ala kepada hamba-Nya, Dia menjelaskan di dalam kitab-Nya yang mulia juga melalui sabda Rasul-Nya berbagai sarana yang dapat membuat kita teguh dan istiqomah di atas hidayah-Nya. Di antara sarana sarana itu adalah :

1 . Berpegang teguh kepada Al Qur'an.
Allah azza wa jalla berfirman:

إِنَّ هَذَا الْقُرْءَانَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشّـِرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ اَنَّ لَهُمْ أَجْراً كَبِيراً

"Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberi petunjuk ke jalan yang amat betul(agama islam),dan memberikan berita yg menggembirakan orang-orang beriman yang mngerjakan amal-amal sholeh,bahwa mereke beroleh pahala yang besar."(Al-lsra:9)

Al Qur'an merupakan unsur terpenting sebagai peneguh hati, dia merupakan tali Allah yang kuat, cahaya yang akan selalu menerangi jalan setiap hamba. Siapa yang menyeru kepadanya akan ditunjukkan ke jalan yang lurus. Al Qur'an membekali seorang muslim  nilai-nilai yang shahih (benar) diama dengannya dia dapat menilai kondisi disekelilingnya. Al Qur'an juga membekali seorang muslim dengan standar hukum dalam segala hal, sehingga dia tidak ragu dalam menentukan suatu hukum, ucapannya tidak akan kontradiktif walau dalam kondisi yang berbeda. Dan cukuplah kemunduran umat ini sebagai akibat jauhnya Kita dari Al Qur'an.

2. Jujur dalam beriman dan beramal sholeh.
Allah Azza wa Jalla berfirman : "Allah (akan) meneguhkan (iman) orang orang yang beriman dengan ucapan yang teguh pada kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah (akan) menyesatkan orang-orang yang dzalim dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki" (QS : Ibrahim : 27) Dan firman-Nya : "Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka)".(QS: An Nisa:66). Hal ini jelas, sebab keteguhan tidak diraih dengan bermalas-malasan dan berpangku tangan. Oleh karena itu Rasulullah Shallahu alaihi wasallam sebagai manusia terbaik yang telah diampuni dosanya di masa lalu dan yang akan datang, tetap senantiasa melaksanakan amal-amal shaleh bahkan Beliau pernah bersabda : "Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan secara berkesinambungan walaupun amalan itu sedikit." (HR.Bukhari)

3. Menempuh jalan yang benar
Satu-satunya jalan yang wajib di tempuh oleh setiap muslim adalah jalan yang pernah dilalui oleh Rasulullah shallahu alaihi wasallam dan Para shahabatnya -radhiallahu anhum-. Sahabat Irbadh bin Saariyah mengisahkan: " Suatu ketika Rasulullah shallahu alaihi wasallam memberi kami wejangan dengan wejangan yang menggetarkan hati dan membuat air mata kami berderai. Kami lantas berkata :" Wahai Rasulullah.. Seolah-olah ini adalah nasehat perpisahan, maka berilah kami wasiat..! Rasulullah shallahu alaihi wasallam kemudian bersabda : "Kuwasiatkan kepada kalian untuk mendengar dan taat, meski yang memimpin kalian adalah budak Habasyah (ethiophia). Sungguh barang siapa di antara kalian yang diberi umur panjang, maka dia akan melihat perselisihan yang banyak, maka bagi kalian sunnahku dan sunnah Khulafaurrashidiin setelahku, gigitlah ia dengan gigi geraham kalian. Dan berhati-hatilah kalian terhadap perkara yang baru (dalam agama) sebab segala perkara yang baru adalah bid'ah" (HR. Abu Daud, At tirmidzi dan Ibnu Majah dari sahabat Irbadh Ibnu Saariyah Radhiallahu anhu).
Demikianlah.. Rasulullah shallahu alaihi wasallam telah memberitahukan bahwa perpecahan dan perselisihan akan terjadi pada umat ini. Dan satu-satunya jalan keluar dari semua itu adalah kembali pada petunjuk Al Qur'an dan As Sunnah.

4. Selalu bersama orang-orang yang bisa memotivasi diri agar tetap teguh
Sifat orang tersebut sebagaimana yang disabdakan Rasulullah shallahu alaihi wasallam : "Sesungguhnya di antara manusia ada orang-orang yang menjadi kunci kunci kebaikan dan penutup segala keburukan. Dan di antara manusia ada orang-orang yang menjadi pintu segala keburukan dan penutup segala kebaikan.Maka berbahagialah orang yang Allah menjadikannya kunci segala kebaikan dan celakalah bagi orang yang Allah menjadikan ditangannyanya kunci segala keburukan." (HR.Ibnu Majah).
Mencari Ulama, orang-orang shaleh atau  para da'i yang sholeh, serta selalu berada diantara mereka memiliki pengaruh yang sangat besar dalam meneguhkan iman.

5. Memupuk akhlak yang dapat menjadi sumber keteguhan
Di antara akhlak yang dapat menjadi sumber keteguhan adalah kesabaran. Dalam shahih Bukhari dan shahih Muslim diriwayatkan bahwa Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada karunia yang paling baik dan luas yang diberikan kepada seseorang melebihi kesabaran". Kesabaran yang paling tinggi nilainya adalah kesabaran yang muncul di awal ujian menimpa. Disamping itu ada juga kesabaran yang tak kalah pentingnya yaitu bersabar untuk tidak kembali pada kebiasaan-kebiasan buruk di masa lalu atau dalam makna sederhana, "sabar dalam ketaatan".

6. Memperbanyak mengingat kematian
Rasulullah Shallahu alaihi wasallam bersabda: "Hendaklah kalian memperbanyak mengingat sesuatu yang akan menghancurkan segala kelezatan (yaitu kematian)". (HR. At Tirmidzi)
Dengan mengingat kematian kita termotivasi untuk mempersembahkan amal terbaik, karena kematian datang kapan saja tanpa mengenal waktu, tak peduli kita siap atau tidak. Kesadaran ini akan membimbing kita untuk sedia setiap saat untuk menjemput kematian dengan amal sholeh.

7. Menjadi hamba-hamba Allah yang bersaudara

Seorang muslim akan kuat bila bersama saudaranya, Rasulullah bahkan menggambarkan kebersamaan mereka seperti bangunan kokoh yang saling menguatkan. Beliau shallahu alaihi wasallam bersabda:  

اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

Orang mukmin bagi mukmin lainnya seperti sebuah bangunan, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain. (HR: Bukhori  Muslim)

Dalam riwayat Bukhari  terdapat tambahan:

وَشَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ
.
Kemudian beliau shallallahu alaihi wasallam menggabungkan jari-jari tangan beliau.

Lebih jauh beliau shallallahu alaihi wasallam  menggambarkan:

مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kasih, sayang dan kecenderungan jiwa (simpati) seperti perumpamaan jasad/tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit maka seluruh tubuh akan merasakannya, yaitu tidak bisa tidur dan (sakit) demam. (HR. Muslim)
Coba perhatikan peristiwa yang kita alami sehari-hari. Saat kaki tersandung , seluruh bagian tubuh bersimpati dan empati. Otak memerintahkan kaki 'tuk berhenti berjalan, mata berkaca-kaca, lisan membaca istirjâ‘ (innâ lillâhi...), bibir melengkung ke bawah bak busur panah , tangan pun turut serta memegang dan memijit dengan penuh telaten. Hebatnya, semua itu terjadi secara otomatis. Begitulah sunnatullah berjalan.

Agar keakraban itu tetap harmoni, Rasulullah shallallah mengajarkan pada ummatnya rambu-rambu yang harus diperhatikan setiap individu dalam menjalin persaudaraan, beliau bersabda:" Janganlah kalian saling mendengki, saling membenci, saling mengintip rahasia, saling bersaing (pada hal-hal yang negatif), saling mencari keburukan, saling menawar lebih tinggi sehingga menipu pembeli agar membayar lebih tinggi, saling memutuskan hubungan, saling bermusuhan, dan janganlah sebagian kalian menjual di atas penawaran orang lain. Dan jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara sebagaimana yang di perintahkan Allah kepadamu. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak boleh menganiayanya, tidak boleh menelantarkannya dan tidak boleh menghinanya. Takwa itu ada di sini, takwa itu ada di sini, takwa itu ada disini kata Rasulullah Shallahu alaihi wasallam sambil menunjuk dadanya. Cukuplah merupakan keburukan bagi seseorang apabila ia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim terhadap muslim yang lainnya adalah haram darahnya, kehormatannya dan hartanya (untuk di rusak dan ditumpahkan). Jauhilah prasangka buruk karna sesungguhnya prasangka buruk adalah sedusta dustanya pembicaraan.Sesungguhnya Allah tidak melihatmu pada bentuk rupa dan hartamu, tetapi Dia melihat hati dan perbuatanmu." (HR.Bukhari, Muslim)

Beliau juga bersabda : "Muslim sejati adalah orang yang dimana muslim lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya." (HR.Bukhari, Muslim)
Dan sabdanya: "Mencaci orang islam adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekafiran." (HR.Bukhari) dan sabdanya: "Bukan mukmin yang sempurna, yang suka mencemarkan kehormatan, mengutuk, buruk akhlak dan suka berbicara kotor." (HR.Muslim)

8. Berdakwah di Jalan Allah
Jiwa, yang tidak dilatih untuk produktif dalam kebajiakan akan menjadi pasif dan kemudian rusak. Termasuk medan yang paling baik bagi jiwa untuk bergerak adalah dakwah di jalan Allah. Dengan dakwah potensi akan tersalurkan dan sebuah misi akan terlaksana. Dakwah yang kami maksud adalah dakwah dalam arti yang luas. Sebab dakwah tidak melulu di atas mimbar-mimbar masjid atau pada kajian-kajian ilmiah dan majelis-majelis ta'lim. Mengingatkan orang lain tentang kewajibannya sebagai makhluk juga termasuk dakawah. Misalnya seorang atasan mengingatkan kepada bawahannya :" Ayo, waktunya sholat" itu sudah termasuk berdakwah. Jadi, kapan saja ada kesempatan untuk berdakwah, maka jangan menunda hingga kesempatan tersebut hilang.

9. Berdo’a
Merupakan karakter hamba Allah yang beriman adalah senantiasa memanjatkan do'a kepada Allah. Maka mintalah keteguhan kepada Allah dalam do'a. Al Qur'an mengajarkan kita agar memohon keteguhan, sebagaimana dalam firman-Nya : "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau goyahkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk." (QS : Ali Imron ayat :8).  Karena "semua hati anak Adam berada di antara dua jari Ar Rahman.Dia membolak balikkannya sebagaimana yang Dia kehendaki." (HR. Imam Ahmad). Oleh karenanya Rasulullah shallahu alaihi wasallam senantiasa membaca dalam do'anya : " Wahai yang membolak balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamamu."(HR. Tirmidzi)


Pembaca sekalian
Sesungguhnya diantara tanda diterimanya amal sholeh seorang hamba adalah  adanya  kontinuitas amal setelah amal sholeh tersebut, adanya perubahan diri dari keadaan yang buruk pada keadaan baik, dan dari keadaan yang baik pada keadaan yang jauh lebih baik. Dan diantara tanda di tolaknya amalan seorang  hamba adalah bila keadaannya setelah beramal jauh lebih buruk dari keadaan sebelumnya. Akhirnya, semoga Allah senantiasa mengaruniakan kepada kita nikmat tsabat (keteguhan) dan istiqomah dalam beragama dalam setiap kondisi.  Semoga badah haji yang kita tunaikan tahun ini dapat memberi pengaruh dalam kehidupan kita di masa yang akan datang.

Amin

Wallahu ta’ala a’lam

ACT El-Gharantaly.  Mina, Makkah Al Mukarramah, Rabu Hari tarwiyah 8 Dzul Hijjah 1433 H – 24 Oktober 2012 M .
Disunting kembali dengan beberapa perubahan di Tual King Abdullah University of Science and Technology (KAUST) pada hari rabu  7 Dzulhijjah 1435 H

0 Kommentare:

Kommentar veröffentlichen