Donnerstag, 6. Februar 2014

"YANG PALING AKU SUKAI ADALAH PILIHAN YANG ALLAH SUKAI UNTUKKU (belajar menyikapi takdir Allah)

Suatu hari bertemulah tiga orang sahabat. Wuheib Al Wurdi, Sufyan Ats Tsaury dan Yusuf Al Asbath. Ketiganya merupakan ulama besar dizamannya.

Saat itu Sufyan berkata: "Dahulu aku sangat takut terhadap kematian yg datang dengan tiba-tiba. Adapun sekarang betapa aku berharap untuk mati."

Yusuf berkata kepadanya :"Mengapa demikian..?"
Sufyan menjawab :"Karena takut fitnah (ujian hidup sprti jatuh dlm kesalahan dan dosa pen)".

Yusuf berkata :"Namun aku tidak membnci hidup lama."
Sufyan bertanya padanya :"Mengapa engkau tak suka kmatian..?"

Yusuf menjawab: "Barangkali suatu hari nanti aku bisa bertaubat dan bramal shalih."
Kemudian mereka bertanya kepada Wuheib Al Wurdy: "Apa komentar anda wahai Wuheib..?

Wuheib pun menjawab: "Aku tidak memilih apapun. Yang paling aku sukai adalah yg paling Allah sukai terhadap diriku."

Seketika itu juga Sufyan mencium keningnya (sbuah tradisi bangsa Arab sebagai tanda penghormatan dan kekaguman terhadap orang yang berilmu pen_) lalu brkata :

"Dmi Tuhan Pemilik Ka'bah..!! ini adalah santapan rohani. (maksudnya kita butuh ptuah-petuah seperti ini sebagai santapan rohani kita pen.)

(Al Ihyaa' 4/349)






Abul Fayruz berkata:

Sebuah pertemuan yang luar biasa bukan..? Begitulah keadaan seorang hamba sejati, sama saja baginya kehidupan dan kmatian. Ia selalu bersama pilihan Allah Azza wajalla untuknya. 


Pada hakikatnya, berdo'a meminta kematian merupakan perkara yang dimakruhkan didalam agama kita, terlebih lagi jika permintaan tersebut disebabkan persoalan-persoalan duniawi.


Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

لَا يَتَمَنَّى أَحَدُكُمْ الْمَوْتَ إِمَّا مُحْسِنًا فَلَعَلَّهُ يَزْدَادُ وَإِمَّا مُسِيئًا فَلَعَلَّهُ يَسْتَعْتِبُ



“Janganlah salah seorang dari kalian mengharapkan kematian karena jika dia seorang yang berbuat baik, maka barangkali kebaikannya akan bertambah. Namun jika dia adalah seorang yang  suka berbuat kejelekan, barangkali dia akan berubah.” (HR Al Bukhari: 7235)

Beliau shallallahu alaihi wasallam juga bersabda:

لَا يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ الْمَوْتَ لِضُرٍّ نَزَلَ بِهِ فَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ مُتَمَنِّيًا لِلْمَوْتِ فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتْ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتْ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي



“Jangan sekali-kali salah seorang dari kalian mengharapkan kematian disebabkan bahaya yang menimpanya. Apabila memang harus mengharapkan kematian maka hendaklah dia berdoa: “Ya Allah, hidupkanlah aku selama hidup itu lebih baik untukku, dan wafatkanlah aku apabila kematian itu lebih baik untukku.” (HR Al Bukhari (6351) dan Muslim (2680) dari Sahabat Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu)
Dalam uraiannya terhadap shahih Muslim, Imam An Nawawi rahimahullah menjelaskan: “Pada hadits ini terdapat penjelasan tentang  dimakruhkannya mengharapkan kematian disebabkan ujian yang menimpa diri seperti penyakit, kemiskinan, cobaan hidup, dan kesulitan-kesulitan dunia lainnya.”


Ibnul Iroqi –rahimahullah- menukil Ijma' tentang makruhnya perbuatan tersebut. Adapun Ibnu Abdil Bar –rahimahullah- memilih untuk mengharamkannya. Beliau berkata: "Orang yang meminta kematian bukanlah orang yang mencintai pertemuan dengan Allah. Bahkan dia berdosa kepada Allah disebabkan sikapnya yang meminta kematian tersebut, hal ini berlaku apabila dia mengetahui bahwa meminta kematian adalah sesuatu yang dilarang". faidah ini diambil dari penjelasan syaikh Abdul Qayyum as Suhaibany -hafidzahullah-)u apabila dia


Hanya saja, seorang muslim diperbolehkan untuk meminta kematian bila dia menyadari bahwa ujian yang menimpanya merupakan sesuatu yang bisa membahayakan keimanannya.


Sebagaimana dalam kisah Maryam ibunda Isa alaihissalam yang meminta kepada Allah azza wa jalla agar diwafatkan:

فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَى جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا



“Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa dia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, Dia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi orang yang tidak berarti, lagi dilupakan.” [QS Maryam: 23]

Ketika mengomentari ayai ini, Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Di dalam ayat ini terdapat dalil tentang bolehnya mengharapkan kematian ketika menghadapi fitnah (cobaan dalam agama), karena dia (Maryam) mengetahui bahwa dia akan diberikan bala dan ujian dengan anak yang lahir itu (Nabi Isa ‘alaihis salam) dimana (dia meyakini bahwa) masyarakat tidak akan menyikapi kejadian ini dengan benar. Mereka tidak akan mempercayai ucapannya setelah sebelumnya mereka mengenalnya sebagai seorang wanita ahli ibadah lalu kini telah berubah -menurut persangkaan mereka- menjadi seorang wanita pezina.”

Hal ini juga pernah terjadi pada Imam Al Bukhari rahimahullah. Beliau meminta kepada Allah azza wa jalla agar diwafatkan karena berbagai tekanan keras yang dialaminya dari pihak penguasa. Beliau –rahimahullah- merasa tidak sanggup untuk menahan penderitaan tersebut. Beliau berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya bumi ini telah terasa sempit bagiku, maka ambillah diriku kepada-Mu.” Ternyata tidak sampai sebulan setelah beliau berdoa, Allah kemudian mewafatkannya.


Semoga Allah mengaruniakan kita kesabaran dalam menjalani hidup….



-------------------------------------
Madinah Kamis 06-04-1435 H

0 Kommentare:

Kommentar veröffentlichen