Samstag, 1. Februar 2014

SEKALI LAGI.. KEMBALILAH KE MAJELIS ILMU.



"Dulu ilmu ini adalah sesuatu yang sangat mulia, sebab dari mulut ulama ilmu itu di ambil. Namun ketika ilmu itu pindah kedalam lembaran-lembaran buku, lenyaplah cahayanya lalu berpindahlah pada orang yang bukan ahlinya".

(Imam Al Auza'i -rahimahullah- diterjemahkan dari shaidul fawaaid)

Catt:
Mengambil ilmu langsung dari para ulama merupakan sunnah para salafussholeh. Bahkan dulu mereka melarang para penuntut ilmu menimba ilmu dari orang yg hanya mengandalkan bacaan saja tanpa duduk dimajelis ilmu.
Ibnu Aun -rahimahullah- berkata:

"Janganlah kalian mengambil ilmu kecuali dari orang yang dikenal telah menuntut ilmu dari ulama"

Sulaiman bin Musa -rahimahullah- juga berkata: "Ilmu tidak diambil dari seorang kutu buku"

(At-Tamhid jilid: 1 hal: 44-45)

Diantara faidah menimba ilmu dari ulama/ustadz adalah:

1. Menghemat waktu
2. Meminimalisir kesalahan
3. Ilmu akan tertanam kuat dalam ingatan, sebab apa yang didengar jauh lebih mudah diingat ketimbang apa yang dibaca.
4. Belajar Ilmu dan Akhlak pada waktu bersamaan. Sekali dayung dua tiga pulau terlampau. Bila ilmu tak dapat paling tidak akhlak sang guru/ustadz
5. Meraih ketenangan dan keberkahan majelis serta doa semesta.

Apakah mendengarkan mp3 memiliki hukum yang sama dengan talaqqi..?

Tidak sama dari banyak sisi. Tapi mendengarkan kajian melalui Mp3 atau video insyaallah cukup bagi yg tdak memiliki waktu untuk duduk dimajelis ilmu.
Hanya saja, hukum asalnya adalah duduk di majelis ilmu sebab didalamnya ada musyafahan dan musaa'alah yg tidak bisa dilakukan dengan hanya mendengarkan mp3 saja. Disamping keberkahan, ketenangan, dan janji surga yang diberikan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

"Barangsiapa yang menempuh jalan dalam mencari ilmu, Allah akan memudahkan jalannya menuju surga"

Bagi muhasshil yg telah menguasai rukun ilmu (Ushulul Hadits, Ushulul Fiqh, Ushuulul lughah) tidak mengapa bila dia membaca sendiri, namun bila menemukan sesuatu yg sulit untuk difahami hendaknya dia kembali bertanya pada guru pembimbingnya. [1]

[1]. Faidah diatas kami terima saat menemani syaikh Amir Al Qarawy ke Makkah setahun yg lalu. Beliau adalah Mahasiswa S3 jurusan Aqidah. Merangkap sebagai dosen UIM dan Qari' tetap syeikh Ali Nasheer Faqihy -hafidzahullah- juga Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaily.

Ditepi laut merah 19-01-1435 H
Diedit ulang 22-03-1435 H

KAPAN SEORANG MUSLIM BICARA





Sebelum berbicara hendaknya seorang muslim memperhatikan tiga hal pada ucapannya.

1. Bila ucapannya itu mengandung kemaslahatan pada dunia dan akhiratnya, maka bicaralah.

2. Bila ucapannya mengandung keburukan (semacam ghibah) perkataan kotor dan semisalnya, maka diamlah

3. Namun bila ia tidak tau apakah ucapannya mengandung kebaikan atau tidak, maka barangsiapa yang menjauhi syubhat, sungguh ia telah menjaga agama dan kehormatannya.




 


Syaikh Prof. DR. Abdurrazzak Al Badr -hafidzahullah-
Catt: Faidah ini dikutip secara ringkas dari ta'lim beliau pagi ini setelah sholat subuh di Maskam Ibnu Baz UIM.



 

-------------------------------------
Madinah Senin 26-03-1435 H

JANGAN LEWATKAN...!!!



 (Hadiah untuk 9 Pemenang..)

Ikutilah “Lomba Menulis Artikel/Kisah Nyata -Part 1- Persembahan dari: Forum Pena Sahabat LIPIA-Madinah”

Bismillah
Sahabat fillah...
Tulisan merupakan salah satu wasilah penyampaian risalah Islam. Banyaknya Karya tulis para ulama merupakan bukti kekayaan khazanah intelektual islam yang harus dibanggakan sekaligus dilestarikan.

Dengan tulisan, banyak hal yang bisa kita sajikan pada sidang pembaca, mulai dari wacana-wacana pembaharuan hinga solusi dari berbagai problematika yang dihadapi umat Islam saat ini.

Tulisan mampu merubah cara pandang dan keyakinan seseorang. Berapa banyak jiwa yang tadinya hanif lagi lurus lalu berubah menjadi sosok yang yang berpikiran liar dan bebas setelah diracuni oleh berbagai pemikiran yang menyimpang.

Disaat yang sama tak sedikit juga jiwa-jiwa yang gersang lagi hampa menjelma menjadi pribadi yang taat dan berilmu setelah membaca sebuah tulisan.

Dalam rangka meningkatkan minat tulis- menulis penuntut ilmu, kami mengajak segenap rekan-rekan di dunia maya untuk ikut turut serta dalam mensukseskan lomba yang diselenggarakan oleh: Forum Sahabat Pena LIPIA-Madinah

Berikut adalah ketentuan lomba:

1.Tema lomba :

A. Kategori karya tulis Ilmiah:

“Pendidikan Anak dalam Keluarga Islam”

Catt: Bebas memilih judul yang sesuai dengan tema yang telah ditentukan

B. Kategori karya tulis bebas :
Untuk kategori ini bisa berupa kisah inspiratif baik yang dialami pribadi maupun orang lain. Panitia hanya menerima kisah nyata, bukan fiktif. Atau tulisan lain tanpa mengikat.

2. Peserta adalah seorang muslim dan berwarganegara Indonesia, baik yang tinggal di Indonesia maupun luar negeri.

3. Lomba menulis ini gratis. Tidak dipungut biaya

4. Peserta bisa dari kalangan umum, pelajar, mahasiswa, guru, dan sebagainya. Baik yang belum atau sudah menikah, baik yang sudah
memiliki banyak anak ataupun belum, baik sebagai tenaga pengajar/pendidik maupun yang lain. Bebas diikuti oleh kaum muslimin.

5. Tulisan tidak bertentangan dengan Islam dan etika moral, tidak menggunakan kata-kata provakatif dan bersifat menyerang.

6. Penulis wajib mencantumkan sumber jika mengutip ungkapan atau pendapat ulama atau tokoh baik bersumber dari referensi berbentuk kitab/buku atau internet.

7. Tulisan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

8. Karya bersifat original. Bukan karya yang pernah dipublikasikan atau pernah diikutkan dalam perlombaan yang lain.

9. Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari 1 karya.

10. Format penulisan.

i) Kertas A4
ii) Spasi 1,5
iii) Times New Roman 12
iv) Minimal 3 halaman - Maksimal 20 halaman.
v) Margin 3322 (kiri, atas, kanan, bawah)

11. Perlombaan ini dimulai malam ini (31 Januari 2014) sedangkan deadline pengumpulan karya tanggal 1 Maret 2014 M pukul 23:59 WIB.

12. Seleksi pemenang akan diadakan 4 kali secara bertahap

-Tahap pertama dipilih 50 karya terbaik (diumumkan Ahad, 9 Maret 2014)
-Tahap kedua dipilih 25 karya terbaik (diumumkan Ahad, 16 Maret 2014)
-Tahap ketiga dipilih 10 karya terbaik (diumumkan Ahad, 23 Maret 2014)
-Tahap keempat dipilih 3 pemenang (diumumkan Ahad, 30 Maret 2014)

13. Pengumuman pemenang akan diumumkan secara resmi di:

-Akun FB Aan Chandra Thalib
-Akun FB Fachrian Almer Akiera
-Website Muslim.or.id
Fans Page FB Status Nasehat
Fans Page FB Islam Itu Indah

*Diharapkan peserta lomba ikut mempublikasikan info lomba ini.

14. Tulisan dikirim via email ke sahabatpena5@gmail.c­om ditulis dengan format subject “LMA_Nama Lengkap_Judul Karya”.
Karya dilampirkan via attachment, bukan dicopykan ke badan email.

15. Penulis wajib Mencantumkan biodata di bagian/halaman terakhir karya dengan susunan:

Nama Lengkap:
Nama akun fb:
TTL:
Pekerjaan:
Kampus dan Jurusan/Sekolah:
Alamat Lengkap:
Nomor HP:

16.Hadiah

A. Untuk kategori karya tulis ilmiah:

A.1. Pelajar (18 tahun-25 Tahun)

a) Juara 1 : Uang tunai Rp 1.500.000,00
b) Juara 2 : Uang tunai Rp 1.300.000,00
c) Juara 3 : Uang tunai Rp 1.000.000,00

A.2. Umum (25 tahun-dst)
a) Juara 1 : Uang tunai Rp 1.500.000,00
b) Juara 2 : Uang tunai Rp 1.300.000,00
c) Juara 3 : Uang tunai Rp 1.000.000,00

B. Untuk kategori karya tulis bebas

a) Juara 1 : Uang tunai Rp 1.000.000,00
b) Juara 2 : Uang tunai Rp 800.000,00
c) Juara 3 : Uang tunai Rp 700.000,00

Catt: Panitia sedang mengusahakan agar nominal hadiah bisa ditambah.

17) Karya yang dikirim tetap menjadi hak cipta penulis, akan tetapi panitia berhak mempublikasikan karya tersebut dengan tetap mencantumkan nama penulis. Panitia akan mengusahakan 50 atau 30 terbaik dan sesuai nominasi untuk diterbitkan menjadi sebuah buku.

18. Contact Person:

Aan Chandra Thalib: +966 56 229 8725 atau +966565235212 (Inbox FB, Sms/WA/Line)
Fachrian Almer Akiera: 081 9184 60 755 (Inbox FB, Sms/WA/Line)

______
Diselenggarakan oleh: Forum Sahabat Pena LIPIA-Madinah

_________
Kerja sama dengan:

Fans Page FB Status Nasehat
Fans Page FB Islam itu Indah
Website Muslim.or.id
Forum Nyantrend (Nyantri Weekend) UI

*Mohon untuk dipublikasikan.

SEJENAK BERSAMA CINTA



Semua jika didefinisikan akan menjadi jelas.. Kecuali cinta..
Segala definisi dan gambaran yang dikatakan orang tentang cinta tidak akan bisa mengungkap hakikatnya. Karna cinta adalah pekerjaan hati yang tak bisa dibaca. Ia hanya akan terbaca dari perubahan sikap sang pecinta terhadap sesuatu yang dicintai.
Jika kita bertanya pada 1000 orang tentang definisi cinta, maka kita akan mendapatkan 1000 definisi. Karena setiap definisi adalah terjemahan dari apa yang dirasakan setiap orang, sementara perasaan setiap orang berbeda-beda.

Imam Ibnu Qayyim mengatakan, "Tidak ada batasan cinta yang lebih jelas daripada kata cinta itu sendiri; memba-tasinya justru hanya akan menambah kabur dan kering maknanya. Maka batasan dan penjelasan cinta tersebut tidak bisa dilukiskan hakikatnya secara jelas, kecuali dengan kata cinta itu sendiri".
(Madarijus-Salikin Jilid: 3 hal: 10)

Lebih jauh beliau menjelaskan:

“Sesungguhnya orang yang mencintai sesuatu akan merasakan lezatnya cinta manakala yang dicintainya itu mampu membuatnya lupa dari musibah yang menimpanya. Ia tidak merasa bahwa itu semua adalah musibah, walau kebanyakan orang merasakannya sebagai musibah.
Bahkan cinta itu semakin kuat, hingga ia semakin menikmati dan meresapi setiap musibah yang ditimpakan oleh Dzat yang ia cintai. (Madarijus-Salikin jilid: 3 hal: 38).

Cinta juga bukan semata pengakuan, namun ada konsekwensi di dalamnya. Dalam kitab Thariqul Hijratain beliau mengatakan:

"Jika cinta telah menghujam di dalam hati, maka panggilan untuk memprioritaskan sesuatu yang dicintai itu akan selalu ada. Dan ini merupakan bukti kuatnya cinta. Jika dia memprioritaskan selain yg dicintainya, itu tanda bahwa dia tidak jujur dalam cintanya, meskipun dia menklaim bahwa ia benar-benar cinta" (hal: 586)

Cinta yang tulus akan membuat orang yang mencintai selalu merasakan kehadiran orang yang dicintanya.

Beliau mengatakan: “Orang yang tulus dalam cintanya akan selalu merasa diawasi oleh yang dicintainya, orang yang selalu menyertai hati dan raganya. Dan diantara tanda cinta yang tulus ialah (keyakinan sang kekasih) yang selalu merasakan kehadiran kekasihnya yang mengawasi (semua) perbuatannya" (634)

Catt:
Tentunya,, apa yang disebutkan oleh Ibnu Qoyyim -rahimahullah- di atas adalah cinta yang bermakna Ubuudiyah. Cinta yang tidak diperuntukkan pada selain Allah.
Cinta yang demikian merupakan pokok keimanan dan tauhid, dimana pelakunya akan mendapatkan balasan pahala yang tak terhingga.
Jika cinta ini dipalingkan kepada selain Allah maka dia akan terjerumus dalam cinta terlarang yaitu syirik.


Cinta ini mampu merubah terik Dzuhur menjadi sejuk, 

membuat dinginnya subuh tak lagi berarti, 
membuat mata terjaga diujung malam, lapar dan dahaga disiang ramadhan tak lagi terasa, terjalnya jalan dakwah menjadi mudah dilalui, 
dan merubah cacian pendengki menjadi syair penyemangat.

Yang jelas cinta jenis ini akan melahirkan ketundukan penuh pada perintah-Nya serta pengharapan penuh pada janji-Nya sehingga semua ibadah terasa ringan dan menyenangkan. Karena cinta ini, cinta orang yang beriman. Allah berfirman:

والذين آمنوا أشد حبا لله

"Dan orang-orang yang beriman itu amat sangat cintanya pada Allah" (QS: Al Baqarah: 165)


Sabtu 24-03-1435 H

KITA DAN PILIHAN HIDUP YANG MENGASINGKAN



Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah -radhiallahu anhu- bahwa Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda:

اِنَّ اْلاِسْلاَمَ بَدَأَ غَرِيْبًا وَ سَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا بَدَأَ، فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ. قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَ مَا اْلغُرَبَاءُ؟ قَالَ: اَلَّذِيْنَ يُصْلِحُوْنَ عِنْدَ فَسَادِ النَّاسِ. و فى رواية، فَقَالَ: اَلَّذِيْنَ يُحْيُوْنَ مَا اَمَاتَ النَّاسُ مِنْ سُنَّتِى.

“Pada awalnya Islam itu asing dan akan kembali asing sebagaimana pada awalnya. Maka beruntunglah orang-orang yang asing“. Beliau ditanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang-orang yang asing itu ?”. Beliau bersabda, “Mereka yang memperbaiki dikala rusaknya manusia”. Dalam riwayat lain beliau menjawab, “Yaitu orang-orang yang menghidupkan apa-apa yang telah dimatikan manusia daripada sunnahku”.

Begitulah sahabat...
Menjadi muslim yang baik itu pada mulanya adalah pilihan yang mengasingkan...
Menapaki jalan hidayah sejengkal demi sejengkal, pada mulanya adalah pilihan yang mengasingkan...
Menghapus satu dmi satu kesalahan dengan taubat dan penghambaan yang jujur, pada mulanya adalah pilihan yang mengasingkan...
Berdakwah mengajak pada sunnah ditengah fanatisme madzhab, pada mulanya adalah pilihan yang mengasingkan...
Menaikkan celana diatas mata kaki serta membiarkan janggut tumbuh, pada mulanya adalah pilihan yang mengasingkan...
Menjomblo demi menjaga kehormatan diri disaat yang lain gonta-ganti pacar pada mulanya adalah pilihan yg mengasingkan...
Menetapi Manhaj para salafusshalih dengan sungguh-sungguh, pada mulanya adalah pilihan yang mengasingkan...
Iya... Semua itu adalah pilihan yang mengasingkan...
Paling tidak pada awalnya. Lalu untuk waktu yang sangat lama.
Namun pada akhirnya, akan ada hari ketika Allah memberi kemenangan...
Dihari itu... kita akan bersuka cita saat semua manusia berbondong2 bernaung di bawah payung As-Sunnah, bersama bertasbih memuji-Nya diatas bahtera tauhid.
Bila hari itu tiba, kesepian dan keterasingan yang kita hadapi saat ini kelak hanya menjadi sebuah cerita yang di awali kata "Dulu.." untuk anak-anak kita.

Sahabat...
Saya tidak bicara soal keterasingan yang biasa, Karena dipuncak keterasingan ini ada janji dari Rasul mulia...

" Maka beruntunglah orang-orang yang terasing itu"


Aku dan Diaryku.
Rabu 28-03-1435 H

POTRET KESALAFIAN KITA

(edisi muhaasabah)

Ditengah kepungan mereka yang mengarahkan kepalan tangan permusuhan terhadap dakwah salaf, sebagian kita malah sepakat untuk tidak sepakat. 

Disaat yang lain sibuk berdakwah dan membina umat, sebagian kita malah sibuk melucuti kredibilitas mereka dihadapan umat.

Ketika yg lain tanpa sengaja jatuh dalam kesalahan, sebagian kita malah mengelus dada sambil tersenyum puas melihat lawannya terjatuh.

Padahal jenggot sama-sama punya, celana juga sama cingkrangnya, buku rujukan, ulama dan prinsip dakwahnya pun juga sama.
Namun senyum, salam dan sapa tak lagi ada, tak lagi terdengar saat tahu kalau gurunya berbeda.

Pada akhirnya.....
Kita hanya akan saling curiga, saling menuduh, melukai dan bahkan saling menelanjangi kehormatan saudara-saudara kita yang memiliki prinsip beragama yang sama dengan kita, walau mungkin berbeda dalam beberapa masalah ijtihadiyah.

Ingatlah saudaraku...
14 abad yang lalu, dibawah terik panas matahari Arafah, dihadapan 120 ribu sahabat, panutan kita pernah bersabda:

«فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، فِى شَهْرِكُمْ هَذَا، فِى بَلَدِكُمْ هَذَا…».

Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, kehormatan kalian telah diharamkan atas kalian (untuk dilanggar), seperti haramnya hari kalian ini, pada bulan kalian (Dzulhijjah) ini, di negeri kalian (Mekkah) ini.

Butir-butir nasehat diatas mengandung pesan moral yang dalam. Menjaga pesan itu serta mengaplikasikannya dalam dakwah, sama halnya dengan menjaga manhaj yang kita cintai. Sebab perbaikan moral merupakan bagian dari misi kenabian yang tak boleh diabaikan.

Bercerminlah pada salaf..
Bercerminlah pada ilmu, Ibadah, akhlak serta sikap mereka dalam menyikapi perbedaan.
Sebagai manusia biasa mereka juga pernah berselisih, namun kasih sayang tetap terjalin diantara mereka.
Yunus As Shadafi -rahimahullah- berkata: "Aku tidak pernah bertemu dengan orang yang lebih hebat dari Asy Syafi'I. Suatu hari aku pernah melakukan debat dengannya dalam suatu masaalah kemudian kami berpisah.
Ketika bertemu beliau lantas menggenggam tanganku dan berkata, "Wahai abu Musa! Apakah kita tidak bisa untuk tetap menjadi sahabat sekalipun kita tidak sepakat dalam satu masalah..?"

Demikian pula yang terjadi antara Imam Ahmad -rahimahullah- dan Imam Ali Al-Madini -rahimahullah-. Mereka pernah berdebat soal persaksian, kedua suara mereka pun meninggi hingga ada yang mengira keduanya bakal tidak akur. Namun nyatanya mereka tetap akur-akur saja. Bahkan saat Imam Ali Al-Madini hendak pergi, Imam Ahmad menuntun kendaraan yang ditunggangi Ali Al-Madini hingga pintu halaman masjid.

Dizaman ini.. kita butuh jiwa-jiwa besar itu.. Jiwa-jiwa yang terampil mengelola kecerdasan dan emosi, hingga melahirkan sikap hikmah dan arif dalam menyampaikan pesan-pesan agama serta bijak dalam menyikapi perbedaan.

Syaikh bin Baz Rahimahullah pernah berkata: "Zaman ini adalah zaman kelembutan, kesabaran dan hikmah, bukan zaman kekerasan. Saat ini, kebanyakan manusia jahil (dalam agamanya) dan lebih banyak mementingkan urusan dunianya. Maka hendaklah sabar dan berlemah lembut supaya dakwah ini dapat disampaikan dan mereka dapat mengetahuinya".

Sebenarnya 14 Abad yang lalu Al Qur'an telah meletakkan dustur yang jelas agar menjadi panduan kita dalam mengemban misi nubuwah, Allah azza wajalla berfirman:

"Sekiranya engkau berucap kasar lagi berhati keras, tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu" (QS:3:159)

Iya, sikap kasar hanya akan membuat kita tampak bodoh dengan ilmu yang kita miliki. Dia hanya akan memperkeruh suasana, merusak citra dan sum'ah manhaj yang kita dakwahkan.
Disadari atau tidak, sebagian objek dakwah kadang lebih menaruh simpati pada bagusnya akhlak seseorang ketimbang luasnya ilmu yang dimilikinya. Bahkan akhlak menjadi barometer kepantasan bagi mereka sebelum memutuskan apakah akan mengambil ilmu dari fulan atau tidak.
Kita tidak bisa menutup mata bahwa kebatilan yang dikemas dengan baik serta disuguhkan dengan penuh kasih akan lebih mudah diterima ketimbang kebenaran yang diusung oleh orang-orang yang berilmu namun tak bermoral.

Sadarilah..
Kita dan salaf terlampau jauh, baik dari segi ilmu apalagi amalan, jadi tak usah memperbesar jurang pemisah itu dengan sikap-sikap kita yang tak mencerminkan jati diri pengikut salaf sejati.
Saya dan anda mungkin masih ingat ungkapan yg selalu diulang-ulang ketika awal ngaji dulu,

"Semua mengaku punya hubungan dengan Laila, namun Laila tidak mengakuinya".

Bertanyalah, apakah dengan bahasa-bahasa kasar, ditambah dengan hujjah yang dipaksakan itu masihkah Laila akan mengakui hubungan kita...?

Bercerminlah pada salaf..
Lalu bertanyalah..
Dimana kita diantara mereka.?

---------------------------------
Madinah, Kamis 29-03-1435 H