MURTAD KARENA CINTA
(belajar dari sejarah)
Murtad karena cinta, ku dengar kisah itu terulang lagi
di negeriku, kali ini menimpa seorang pulic figur -semoga Allah
mengembalikannya pada fitrah Islam-. Namun itu bukan sesuatu yang mengherankan,
karena dulu ada insan yang jauh lebih sholeh darinya juga murtad karena cinta.
Wa iyaadzu billah.
Dalam kitab “At-Tadzkirah”, Imam Qurthubi menceritakan kisah tentang seorang muadzin yang murtad karena cinta.
Beliau mengatakan: Dulu di Mesir ada seorang hamba
yang mengabdikan dirinya untuk mengumandangkan adzan sholat. Raut wajahnya
selalu memancarkan cahaya ketaatan. Suatu hari seperti biasanya ia menaiki
menara untuk mengumandangkan adzan. Kebetulan tepat di bawah menara tersebut
terdapat sebuah rumah milik seorang Nashrani dzimmi. Ia lantas menengok ke
rumah tersebut, tanpa sengaja ia melihat puteri pemilik rumah tersebut. Sang
muadzin langsung terpesona pada wanita, akhirnya ia mengurunkan niatnya untuk
mengumandangkan adzan. Tanpa pikir panjang la turun dari menara dan menemui
wanita tersebut di dalam rumahnya.
Wanita itu bertanya kepadanya: “Ada urusan apa
engkau ke sini, apa yang kau inginkan.?”.
Ia menjawab: “Aku menginginkanmu”. Wanita itu
bertanya lagi: “Untuk apa?”.
Ia menjawab: “Engkau telah merampas hati dan
segenap jiwaku”.
Wanita itu berkata: “Aku tidak ingin memenuhi
keinginginanmu ditas sebuah keraguan (tanpa status)”.
Ia menjawab: “Aku akan menikahimu”.
Wanita itu menjawab: “Bagaimana mungkin, kamu
seorang muslim sedangkan aku seorang Nashrani. Ayahku pasti tidak akan mau
menikahkanku denganmu”.
Karena dibutakan cinta pemuda itu berkata: “Aku
akan masuk agama Nashrani”.
Wanita itu berkata: “Jika engkau melakukan hal itu,
maka aku siap menikah denganmu”.
Akhirnya sang muadzin itu memeluk agama Nashrani
dan menikah dengan wanita itu dan tinggal serumah bersama mereka.
Di pertengahan hari, untuk suatu keperluan ia naik
ke atap rumah, namun ia terjatuh dan mati. Akhirnya ia kehilangan dua hal, mati
tidak dalam keadaan muslim, tidak juga dapat tinggal bersama wanita tersebut
untuk selamanya."
Kisah diatas menegesakan pada kita untuk tidak
mudah tertipu dengan pemaknaan semu soal cinta, kecantikan, atau pemaknaan lain
tentang ikatan kasih yang keliru hingga melampaui batas-batas yang telah di atur
didalam agama kita yang mulia.
Kisah itu juga mengajari kita agar tidak mudah
tertipu atau bangga dengan amal sholeh yang sudah kita lakukan. Sebab kita
tidak tau pasti dengan apa Allah akan menutup cerita tentang kita. Rasulullah
-shallahu alaihi wasallam pernah bersabda: "Hati manusia berada diantara
dua jemari Allah, Dia membolak-balikannya menurut kehendak-Nya". Tak heran
bila dalam sujudnya Rasulullah shallahu alaihi wasallam selalu berdo'a "
"يا مقلِّب القلوب ثَبِّت قلبي على دينك "
"Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati,
Tetapkanlah hatiku diatas agama-Mu"
Hal itu sebagai bentuk pengajaran pada ummat supaya
menjadikan do'a tersebut bagian dari munajat mereka pada Allah. Apalagi dizaman
fitnah seperti saat ini, dimana semua berubah dengan cepat. Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam pernah bersabda:, “Bersegeralah beramal sebelum datangnya
rangkaian fitnah seperti sepenggalan malam yang gelap gulita, seorang laki-laki
di waktu pagi mukmin dan di waktu sore telah kafir, dan di waktu sore beriman
dan pagi menjadi kafir, ia menjual agamanya dengan kesenangan dunia.” (HR.
Ahmad No. 8493)
Sungguh benar apa yang diberitakan Rasulullah
-shallahu alaihi wasallam-. Hari ini dengan mudah kita melihat orang-orang yang
di pagi harinya masih beriman, namun karena kepentingan duniawi dan kenikmatan
sesaat, tiba-tiba di waktu sore ia telah menjadi kafir. Demikian pula ada
diantara mereka yang di sore harinya masih beriman, namun entah apa yang
terjadi di malam hari, hingga tiba-tiba kita mendapatinya telah menjadi kafir
dipagi hari. Semoga Allah mengarunikan pada kita Khusnul Khtimah.
Ya Allah.. Tetapkan hati kami dalam Imam.
Madinah, Jum'at 04-06-1435 H
117. SEMAKIN TAU SEMAKIN MERASA BODOH
Memang benar, semakin kita belajar semakin kita
mengerti bahwa ada banyak hal yang tidak kita ketahui. Itulah sebabnya mengapa
para ulama senior semakin hati-hati dan banyak berkata la adri (saya tidak tau)
diusia senjanya. Contoh yang paling dekat adalah Syaikhuna Syaikh Abdul Muhsin
Al Abbad Al Badr -hafidzahullah- tak terhitung berapa banyak beliau mengatakan la adri.
Bahkan di antara ulama senior itu ada yang tidak
mau menjawab persoalan dengan ijtihadnya, apalagi rela bila orang lain beragama
dengan hasil ijtihadnya tersebut. Padahal mengamalkan hasil ijtihad seorang
alim bukan sesuatu yang terlarang selama ijtihadnya sesuai dengan kaidah-kaidah
syar'ie.
Dosen saya pernah bilang, "Di jagad ilmu siapa
yang tidak mengenal syaikh Muhammad Al-Amin As-Syinqity..? Siapa yang tidak
mengenal keilmuan beliau...? Namun di akhir hayatnya beliau memilih untuk
mencukupkan diri dengan menjawab permasaalahan yang jawabannya secara tekstual
termaktub dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Bila harus menjawab dalam persoalan
ijtihadiyah dia akan berkata, "Abu Hanifah berkata, Malik berkata,
Syafi'ie berkata, Ahmad berkata, adapun aku tidak mengatakan apa-apa. Kata-kata
itu tentunya lahir dari sifat wara beliau setelah rihlah yang panjang dalam
menuntut ilmu''.
Sikap beliau -rahimhullah- mengingatkan saya pada
Tabiin yang mulia Atha Ibnu Abi Rabah -rahimahullah-. Ibnu Asaakir meriwayatkan
dalam taarikh Dimayq, bahwa suatu saat beliau -rahimahullah- pernah ditanya
tentang suatu masaalah. Maka meliau menjawab:
"Aku tidak tahu, penanya tadi berkata:
Tidakkah engkau mau mengutarakan pendapat pribadimu dalam masaalah ini..? Atho
menjawab:
إني أستحي من اللَّه أن يدان فِي الأرض برأيي
"Aku malu pada Allah, jika orang-orang dimuka
bumi ini beragama dengan pendapatku"
Sudah selayaknya seorang ustadz atau penuntut ilmu
yang menjadi tempat bertanya masyarakat umum selalu melihat jauh ke arah
kampung akhirat yang menjadi tujuan. Sangat perlu banginya untuk bertanya
kearah mana fatwa-fatwa yang diucapkannya itu kelak akan membawanya.?
Setidaknya pertanyaan ini akan membuatnya lebih hati-hati serta tidak
bermudah-mudah dalam mengomentari masaalah yang tidak diketahui duduk
persoalanya.
Status ini bukan sebagai ajakan untuk bersikap
jumud, taqlid buta apalagi menutup pintu ijtihad, sama sekali tidak. Status ini
adalah nasehat untuk saya pribadi supaya lebih tau diri, tau kapan harus diam
dan kapan harus bicara, tau mana tugas saya sebagai thulaib ilm dan mana tugas
ulama kibar.
Karena tidak semua masaalah harus dikomentari.
-----------------
05-06-1435 H
119. REHAT SEJENAK
Dicintai dan dibenci adalah sebuah keniscayaan. Karena
ridho manusia merupakan suatu hal yang mustahil untuk diraih. Bagaimanapun
baiknya seseorang pasti ada yang membencinya. Imam Syafi'I –rahimahullah pernah
berkata, "Tidak ada jalan untuk menghindar dari gangguan manusia, maka
bersungguh-sungguhlah terhadap apa yang mendatangkan manfaat untukmu dan jangan
pedulikan mereka". Iya, hanya pengecut yang akan menghabiskan hidupnya
untuk melayani para pembenci, adapun orang-orang besar mereka akan menghabiskan
waktunya untuk menjadi berarti dihadapan Allah.
------------------------
Senin 08-06-1435 H.
000. MAAFKAN BILA DIA TAK SEMPURNA
من ذا الذي ماساء قط؟
ومن له الحسنى فقط؟
Siapa yang tak pernah salah…?
Dan siapa juga yang hanya punya kebaikan saja..?
Begitu kata orang arab…
Karena seonggok daging yang bernama manusia itu
adalah tempat salah dan lupa. Menuntut kesempurnaan darinya hanya akan membuat
hati lelah. Mencari sahabat dengan kriteria sempurna tanpa cela seperti halnya
menegakkan benang yang basah, semua akan sia-sia dan berakhir dengan sepi tanpa
kawan.
Diriwayatkan bahwa Raja bin Haiwah -rahimahullah-
berkata:
“Siapa yang tidak mau bersahabat kecuali dengan
orang yang (menurutnya) tidak tercela, maka sahabatnya pasti sedikit. Siapa
yang selalu mengharapkan kesempurnaan dari sahabatnya, ia akan selalu
mendongkol. Dan siapa yang mencela sahabatnya atas setiap dosa yang
dilakukannya, niscaya dia akan banyak memiliki musuh.” (“Siyaru A’laamin
Nubalaa’ IV:557)
Berhentilah menuntut kesempurnaan dari sahabatmu,
karena kesempurnaan hanya milik Allah..
----------------------------------
Jeddah, Sabtu 17-03-1435 H
121. HARI SUDAH SORE, KEMBALILAH KE
MASJID
Dalam surat pribadi yang ditulis Syaikh Mahmud Syukri
Al Alusy kepada Syaikh Jamaludin Al Qasimy-rahimahumallah- ada sebaris kalimat
yang hingga saat ini masih terus melekat dalam ingatan saya, beliau mengatakan:
"Bila kita sulit melakukan ishlah (perbaikan) dibidang politik, maka kita
harus sungguh-sungguh dalam melakukan pembaharuan dibidang ilmu". Saya kira sudah saatnya kita kembali ke masjid untuk
melakukan pembaharuan itu, karena sejarah telah membuktikan bahwa generasi
rabbani tidak tumbuh dan dibina dijalanan, tapi masjid. Sejarah juga telah
membuktikan bahwa kita hanya akan mulia dengan apa yang membuat generasi
terdahulu mulia. "Kami adalah kaum yang dimuliakan dengan islam, kapan
kami mencari kemuliaan dengan selain islam maka Allah akan menghinakan
kami" Begitu tutur Amirul Mukmin Umar -radhiallahu anhu- .
Hari sudah sore, kembalilah ke masjid.
_______________________
Madinah, 09-06-1435 H
122. ENGKAULAH PEMENANG, SEKALIPUN NAMAMU MASUK
PERINGKAT AKHIR
Ketahuilah wahai penuntut ilmu...
Umat tidak peduli apakah nilai akademikmu tinggi atau
tidak.
Mereka juga tidak peduli apakah engkau masuk dalam
peringkat 10 besar atau tidak.
Namun ada dua hal yang pasti mereka tunggu darimu:
Pertama: Baiknya agama dan keistiqomahanmu, serta
konsekuensi yang lahir dari keduanya berupa kebagusan akhlak yang kelak akan menjadi terjemahan terbaik dari
keislamanmu. Bila engkau diberi taufiq dalam mewujudkan itu semua, maka
engkaulah pemenang sekalipun namamu berada diperingkat akhir.
Kedua: Mereka juga menunggu kematangan serta
penguasaanmu yang baik terhadap ilmu. Bila engkau menguasai dengan benar ilmu
yang nantinya akan engkau sampaikan, maka engkaulah sang juara meski namamu
berada diurutan paling akhir. Allah sendiri yang nantinya akan mengangkat
derajadmu walau untuk waktu yang lama. Maka jangan sekali-kali engkau
menjadikan prestasi duniawi sebagai obsesi. Bersungguh-sungguhlah dalam
mewujudkan keistiqomahan, akhlak yang baik, sertai penguasaan yang baik terhadap
ilmu yang kau tekuni.
Syaikh DR. Muhammad Muhammad Mukhtar As Syinqity
-Hafidzahullah-
______________
10-06-1435 H
129. NGALAP BAROKAH DENGAN ITTIBA'
Ngalap berkah yang paling baik dan paling memberi
manfaat bagi seorang muslim adalah ittiba' mengikuti petunjuk Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam yang disertai cinta kepadanya. Ini jauh lebih
bermanfaat ketimbang mencari-cari atsar (bekas peninggalan beliau baik berupa
pakaian, rambut dan lain-lain). Lihatlah gembongnya orang munafik Abdullah bin
Ubay bin Salul, dia dimakamkan bersama
pakaian Rasulullah sebagai kafan, akan tetapi hal itu tidak memberi manfaat dan
merubah kedudukannya disisi Allah. Bahkan Allah berfirman:
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ
وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan)
pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan
mendapat seorang penolongpun bagi mereka" (Qs: An Nisa: 145)
Sementara di belahan bumi yang lain ada Uwais Al
Qarni, beliau tidak pernah bertemu dengan Rasulullah padahal hidup dizaman
beliau, hanya saja beliau sangat mencintai Rasulullah dan memilih hidup diatas
petunjuknya, beliau sangat berbakti pada ibunya. Sampai-sampai Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda:" Apabila kalian mendapatinya
mintalah agar dia memohonkan ampun untuk kalian. (HR. Muslim).
Di dalam Tauhid dan ittiba' ada keberkahan hidup
yang sesungguhnya.
Ingat..!
Cinta dan ittiba harus sejalan. Cinta tanpa amal
tidak akan bermanfaat. Kalau sekedar cinta saja, tentu orang-orang yahudi akan
bersama nabi-nabi mereka disurga. Begitu juga dengan nashara. Akan tetapi
kecintaan mereka tidak memberikan manfaat sama sekali bagi mereka disebabkan
penyimpangan yang mereka lakukan terhadap ajaran nabi-nabi mereka
Faidah dari majelis Syaikh DR. Ali Abdurrahman Al
Hudzaify -hafidzahullah-. Imam dan Khatib Masjid Nabawi, Madinah Nabawiyah.
13-06-1435 H
131. USTADZ JUGA MANUSIA
Seorang stadz atau alim bukan orang yang tak pernah
salah. Dia juga bukan orang yang harus tahu semua permasaalahan agama. Hal ini
sudah dijelaskan para ulama sejak jauh-jauh hari, agar nantinya tidak akan ada
lagi orang yang menyibukkan diri dengan menghitung-hitung kesalahan seorang
alim/ust kemudian menjadikannya argumen untuk menghukumi alim/ust fulan bodoh
karena tidak tau permasaalahan ini dan itu.
Imam Ibnu Abdil Bar -rahimahullah- mengatakan:
"Seorang alim tidak lepas dari kesalahan
Siapa yang sedikit salahannya dan banyak benarnya
maka dia seorang alim.
Dan siapa yang sedikit benarnya dan banyak salahnya
maka dia seorang jahil"
(Jami' bayaan al ilmi: 2/106)
Hal tersebut juga ditegaskan oleh Yaqut Al Hamawi,
beliau mengatakan: "Seorang alim/ust pasti ada saja yang tidak
diketahuinya. Bisa saja dia tidak mengetahui jawaban terhadap masaalah yang
ditanyakan kepadanya, dikarena masaalah tersebut belum pernah didengar
sebelumnya atau karna dia lupa". (Irsyaad al ariif: 1/24)
Syaikhul Islam Ahmad Ibnu Abdil Halim Al Harrany
-rahimahumallah- menambahkan: "Kalau seandainya seorang alim/ust yang
banyak memberikan fatwa salah dalam seratus masaalah, maka itu bukan suatu aib.
Karena siapa saja selain Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- dia bisa
benar dan bisa saja salah" (Majmu Fatawa: 28/301)
Betapa banyak persoalan agama yang terlihat mudah
dan sepeleh bagi sebagian kita, namun persoalan tersebut luput dari pengetahuan
ulama-ulama besar islam. Berapa banyak masaalah yang masyhur bagi sebagian
orang, namun tidak bagi yang lain. Kita ambil contoh hukum isti'dzan, persolan
ini luput dari seorang Umar -radhiallahu anhu- dan sahabat lainnya, mengapa..?
karena mereka juga manusia. Maka tidak sepantasnya bila kita menemukan seorang
alim/ustadz yang tidak bisa menjawab satu atau dua peranyaan lalu dengan mudah
kita merendahkan alim/ tersebut, apalagi sampai mengatakan fulan itu bodoh.
Semoga bermanfaat
________
Madinah-15-06-1435 H
134. BEGINILAH MEREKA MENTARBIYAHKU.
Syaikh Shaleh bin Saad As Suhaimy -hafidzahullah-
berkata:
"Diantara yang aku pelajari dari sikap
guru-guruku, semisal Syaikh Bin Baz, Syaikh Ibnu Utsaimin, Syaikh Hammad,
Syaikh Shaleh Al-Fauzan, Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad, dan masyaikh lainnya
adalah tidak ikut turut alur dalam mendebat atau mencekcoki orang-orang bodoh.
Karena berdebat orang bodoh itu tidak akan membuahkan
hasil. Mudharatnya jauh lebih besar ketimbang manfaatnya"
(Al-Quthuf Ad-Dawaany Syarh Nuniyah Al-Qahtany:
2/181-182)
_____________
17-06-1435 H
135. PEGANGAN HIDUP
Syaikhul Islam -rahimahullah- berkata:
"Siapa saja yang mencari petunjuk dengan selain Al
Qur'an dan As Sunnah, maka hal itu tidak akan menambah (untuk dirinya) kecuali
semakin jauh dari Allah"
(Al Fatawa: 5/249)
________________
18-06-1435H
000. CIRI PELAKU BID'AH
Allamah Ibnu Utsaimin -rahimahullah- berkata:
"Ahli bid'ah itu punya banyak ciri diantaranya
mereka begitu fanatik dengan pendapat mereka, sehingga mereka tidak mau kembali
kepada kebenaran sekalipun kebenaran itu telah jelas bagi mereka"
(Al-Majmu: 5/90)
135. MEREKA YANG KUKAGUMI
Dahulu ada Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim
-rahimahumallah-, dua pribadi yang tak bisa dipisahkan. Ruh ilmiyah selalu
menyertai setiap tarikan pena mereka.
Adapun diabad ini ada 5 penulis besar yang karya mereka
begitu menginspirasi banyak orang.
Mereka Adalah :
1. Al Allamah Mahmud Syukri Al Alusy
2. Al Allamah Muhammad Basyier Al Ibrahimy
3. Al Allamah Muhammad Al Khidhir Al Husain
4. Al Allamah Muhammad At Thahir Ibnu Asyuur
5. Al Allamah Bakar Abu Zaid
Rahimahumullah
Semoga Allah mencurahkan rahmat atas mereka.
______________
19-06-1435 H
137. ANTARA SOMBONG DAN UJUB
Ibnul Mubarak -rahimahullah- pernah ditanya:
"Kesombongan itu apa..?
Beliau menjawab: "Saat engkau meremehkan
manusia"
Beliau ditanya lagi, "Kalau ujub..?"
Beliau menjawab: "Saat engkau menganggap bahwa
engkau memiliki satu kelebihan yang tidak dimiliki orang lain"
(As-Siyar: 8/407)
19-06-1435 H
138. MELIHAT KEBAWAH
(memaknai sifat qanaah)
Sahabat.. Sering terbersit dalam benak kita sebuah
tanya. Mengapa setiap kali melihat orang yang diberi kelebihan oleh Allah dari
sisi materi, dada kita menjadi sesak, jiwa kita lelah, ada hasrat untuk
memiliki apa yang mereka miliki. Tak jarang hasrat itu membuat nikmat yang ada
dalam genggaman seolah tak ada artinya..?
Jawabannya, karena kita lalai dalam mengamalkan wasiat Rasulullah shallahu alaihi
wasallam. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan At
Tirmidzi dari Sahabat Abu Hurairah –radhiallahu anhu-, Rasulullah shallahu
alaihi wasallam bersabda:
انْظُرُوا إلى مَنْ هو أسْفَلَ مِنْكُم، ولا تَنْظُروا إلى مَنْ هو
فَوْقَكُم، فهو أجْدَرُ أنْ لا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ الله عليكم
“Lihatlah kepada orang yang dibawah kalian dan
jangan melihat orang yang lebih di atas kalian. Yang demikian itu (melihat ke
bawah) akan membuat kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan-Nya
kepada kalian.” (HR. Muslim).
Dalam riwayat lain Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian melihat orang yang diberi
kelebihan dalam hal harta atau rupa/fisik, maka hendaklah ia melihat orang yang
lebih dibawah dari dirinya.”
Kedua hadits di atas mengandung pelajaran penting
untuk setiap muslim, agar mereka selalu melihat ke bawah dalam perkara dunia.
Karena melihat keatas hanya akan membuat diri berkeluh kesah, dada menjadi
sesak, pikiran menjadi kalut, hati menjadi lelah memikirkan dunia yang seolah
berpihak pada orang lain. Dan pada akhirnya diri inipun lalai mensyukuri
karunia Allah yang ada.
Namun bila kita melihat kebawah, kita akan tau
bahwa ada orang lain yang hidupnya jauh lebih sulit dari kita, sehingga hati
terpanggil untuk mensyukuri berbagai karunia itu.
Dalam uraiannya terhadap hadits diatas, Imam Al
Mubarakfury –rahimahullah- berkata:" Apabila seseorang memandang pada
orang yang diberi kelebihan dari sisi materi, maka dia akan menganggap remeh
nikmat yg ada pada dirinya. Dan hal itu akan menjadi penyebab kemurkaan
Tuhannya. Namun bila ia melihat ke bawah, dia akan bersyukur, bersikap tawadhu,
dan memuji Rabb-nya atas segala limpahan karunia-Nya" (Tuhfatul Ahwadzi
7:182)
Ada satu ungkapan menarik dari seorang salaf, Aun
Ibnu Abdillah Ibnu Utbah –rahimahullah-. Beliau mengatakan, "Aku banyak
bergaul dengan orang-orang kaya, maka aku tidak mendapati orang yang paling
banyak obsesinya melebihi diriku. Aku selalu melihat tunggangan mereka jauh
lebih baik dari tungganganku, pakaian mereka jauh yang lebih baik dari
pakaianku. Namun setelah mendengar hadits ini aku memilih bergaul dengan
orang-orang faqir. Maka akupun merasakan ketenangan dan rehat karena letih
mengejar obsesi".
Sahabat… Sudah selayaknya bagi seorang mukmin untuk
tidak menolehkan pandangannya kepada ahli dunia, karena hal itu hanya akan
menumbuhkan kekaguman yang selalu berakhir dengan jiwa yang lelah..
Allah azza wa jalla berfirman:
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِۦٓ أَزْوَٰجًا
مِّنْهُمْ زَهْرَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ ۚ وَرِزْقُ
رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
Artinya:
Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa
yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga
kehidupan di dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Rabbmu adalah
lebih baik dan lebih kekal. (QS. 20:131)
Berhentilah menatap dan mengharap kemegahan dunia
yang ada pada orang lain, syukuri apa yang ada. Agar kita menjadi hamba yang
qanaah. Ingat! Ini bukan soal banyak atau sedikit, tapi murni soal keberkahan.
Itu dalam perkara dunia, adapun dalam perkara
agama/akhirat yang berlaku adalah sebaliknya. Seorang muslim diperintahkan
untuk selalu melihat ke atas, kepada orang yang lebih baik darinya dalam dalam
hal ketaqwaan, amal sholeh dan ketaatan lainnya. Agar semangatnya terpacu untuk
terus mempersembahkan amal terbaik disisa waktu yang ada.
__________________
Madinah 19-06-1435 H
139. HAKIKAT ZUHUD
Imam Ibnul Qayyim- -rahimahullah- berkata:
"Zuhud itu bukan meninggalkan dunia yang ada dalam
genggamanmu. Dan membiarkannya bercokol di dalam hatimu. Zuhud yang
sesungguhnya adalah saat engkau tidak membiarkan dunia bercokol di dalam hatimu
saat ia berada dalam genggamanmu"
(Thariiq Al-Hijratain: 454)
______________
20-06-1435 H
000. DIAM DAN TERGANTIKAN
(catatan seorang sahabat)
"Dan jika kamu berpaling (dari jalan yang benar)
Dia akan menggantikan (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan
(durhaka) seperti kamu." (Muhammad: 38)
Katanya, tugas mereka adalah belajar. Amalan tertinggi,
lho.
Katanya, mereka belajar untuk dipraktekkan.
Katanya, sangat ingin menebar selaksa kebaikan.
Katanya, katanya, katanya ...
Apa iya?
Bukti indahnya lisan dan pincangnya amalan. Selalu
bangga dengan kediaman. Masih baik jika diam baca buku. Tapi bagaimana jika
diam dan tidak sedikitpun melaju?
Apa tidak malu?
Indah sekali deskripsinya. "Tugas utama".
Coba lihat di seberang sana. Mereka memikul beban yang berlebihan. Bahkan beban
bagianmu pun mereka pikul. Tak perduli jalan terseok. Sambil terengah mereka
berkata, "Kami bantu bawakan beban ini . . . Takkan biarkan mereka pikul
sendiri . . . "
Apa tidak malu?
Teruslah berbebal. Diam. Tunggu hingga Allah
memilih yang lain. Karena Agama ini akan terus tegak. Dengan atau tanpa
kontribusimu.
ARD. Sidohutomo
___________________
Catatan:
Tak bosan-bosannya saya membaca catatan ini...
Pesannya begitu dalam.
Barakallahu fiikum akh. Semoga Allah senantiasa
menjaga antum.
141. IKUTILAH...
Abu Utsman An-Naisabury -rahimahullah- berkata:
"Siapa yang membiarkan hawa nafsu menguasai
dirinya baik dalam berkata dan berbuat, maka dia akan terjerumus pada hal-hal
bid'ah.
Karena Allaj azza wa jalla berfirman: "Dan bila
kalian mengikutinya, maka kalian mendapat petunjuk"
(Minhajissunnah: 5/332)
Catatan:
Maksud dari ayat diatas apabila kalian mengikuti
petunjuk Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam-, maka kalian akan mendapat
petunjuk. Ayat ini memiliki mafhum (makna tambahan) yaitu barang siapa yang
enggan mengikuti Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- dan menjadikan hawa
nafsu sebagai landasan berfikirnya, maka dia akan terjatuh pada hal-hal bid'ah.
Wallahu a'lam.
______________
22-06-1435 H
000. BUAT SAHABAT-SAHABATKU
Sahabat itu seperti pensil warna yang mewarnai hidup
kita.
Saya mungkin bukan warna kesukaan anda. Namun saya
berharap suatu saat nanti anda memerlukan saya untuk menyelesaikan gambar anda.
Uhibbukum fillah
22-06-1435 H
142. FIQIH FITNAH
Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda:
Artinya:
"Keberkahan itu menyertai orang-orang yang sudah
tua diantara kalian"
(HR. Hakim)
Syaikh Prof.DR. Sulaiman Ar-ruhaily -rahimahullah-
pernah berkata:
"Bila terjadi perselisihan (terutama dalam
persoalan-persoalan fitnah) maka merujuklah pada orang-orang yang sudah tua
baik dari segi ilmu dan usia. Dan tinggalkan pendapat-pendapat pribadi (yang
bersumber dari) anak-anak muda"
(Fiqh Fitan: 28)
Catt:
Nasehat ini kami dengar langsung saat disampaikan
beliau beberapa tahun silam di auditorium King Abdul Aziz sebelum akhirnya
dibukukan. Nasehat serupa banyak kita temui dari salafusshaleh. Dan ini
merupakan prinsip ahlussunnah dalam menyikapi berbagai fitnah. Selanjutnya
lihat penjelasan Imam Al-Munawi dalam Faidhul Qadir: 3 /287.
23-06-1435 H
143. TITIK TERANG SEBUAH PERSELISIHAN
Allah azza wa jalla berfirman:
{ كان
الناس أمة واحدة فبعث الله النبيين مبشرين ومنذرين وأنزل معهم الكتاب بالحق ليحكم
بين الناس فيما اختلفوا فيه }
“Dahulu manusia itu adalah ummat yang satu. maka Allah
mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan
Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di
antara manusia tentang perkara yang mereka
perselisihkan"
(Al-BaQaroh: 213)
Syaikhul Islam Ahmad Ibnu Abdil halim Al Harrany
-rahimahullah- berkata: "Manusia itu, tidak ada yang bisa menyelesaikan
beragam perselisihan diantara mereka melaikan Kitab yang diturunkan dari
langit. Bila mereka mengembalikan (apa yang mereka perselisihkan) pada
akal-akal mereka, maka setiap orang punya akal".
Maksudnya setiap orang akan merasa pendapatnya
paling benar hingga sampai kapanpun perselisihan diantara mereka tidak akan
menemukan titik terangnya.
(Dar At Taarudh: 1/133)
Wallahu a'lam.
23-06-1435 H
000. DIALOG HATI
(merendahlah)
Bila nafsu mengajakmu untuk bersikap angkuh, maka
katakanlah,
"Wahai diri... Merendahlah, karena setinggi apapun
kedudukanmu, tetap saja ada unsur tanah yang tidak istimewa di dalam dirimu.
Egkau bahkan tak lebih dari seonggok daging yang bila
saatnya nanti, pasti kembali menjadi tanah jua"
Allah azza wa jalla berfirman:
مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ
تَارَةً أُخْرَىٰ
"Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu
dan kepadanyalah Kami akan mengembalikan kamu dan dari sanalah Kami akan
mengeluarkan kamu pada waktu yang lain." (QS. Thaha 20: 55
______________
25-06-1435 H
144. JADILAH SINGA, BUKAN KIJANG
(memandang lebih jauh)
Syaikh Abu Ishaq Al-Huwainy -hafidzahullah- pernah
mengajukan sebuah pertanyaan,
"Mengapa singa selalu bisa memburu kijang, padahal
kijang lebih cepat larinya ketimbang singa..?"
Beliau kemudian memberi jawaban:
"Karena kijang banyak menoleh, hal itu membuatnya
lambat berlari, sehingga memberi peluang bagi singa untuk menerkamnya. Sementara singa, dia tahu apa yang menjadi tujuannya, tak
sedikitpun ia berpaling dari tujuannya itu.
Hikmahnya adalah, ketika engkau sedang dalam
perjalanan menuju Allah, jangan terlalu banyak menoleh...
Jangan sibukkan diri dengan dunia yang menggiurkan,
jadikan Allah sebagai tujuan hidupmu.
Jadilah singa, bukan kijang.
Catt: teks arabnya bisa dilihat disini: http://www.forsanhaq.com/showthread.php?t=318261
______________
25-06-1435 H
146. KEAJAIBAN UKHUWAH
Setelah membaca isi dari surat-menyurat antara Syaikh
Mahmud Syukri Al-Alusy dan Syaikh Muhammad Jamaludin Al-Qasimy -rahimahumallah-
saya merasakan pancaran ukhuwah yang luar biasa terjalin diantara keduanya.
Tak banyak yang tahu bila karya syaikhul islam yang
kita nikmati saat ini merupakan hasil kerja keras keduanya baik dalam
menghimpun karya-karya dalam bentuk manuskrip
yang berserakan tersebut dari berbagai tempat, kemudian membacanya kembali
untuk selanjutnya dicetak ulang. Sungguh bukan pekerjaan yang mudah.
Keduanya sangat mengagumi Syaikhul Islam dan Ibnul
Qayyim. Tidak heran bila saat membuka tafsir Mahaasin At-ta'wil atau yang lebih
dikenal dengan tafsir Al Qasimy serta karya-karya lainnya akan kita temukan
banyak sekali nukillan-nukilan yang diadaptasi dari tulisan-tulisan syaikhul
islam dan Ibnul Qayyim baik menyangkut tafsir, bahasa dan aqidah.
Kembali pada isi dari surat menyurat tadi.
Secara garis besar surat-surat itu berisi:
1. Ajakan untuk senantiasa istiqmah, terus
melakukan dakwah dalam rangka meninggikan agama Allah.
2. Ajakan untuk menghidupkan kembali
diskusi-diskusi ilmiah.
3. Saling bertukar informasi tentang kitab-kitab
yang langka, disertai nasehat untuk mencetak buku-buku yang diperlukan umat.
4. Al-Qasimy mengingatkan, "Bila kita tidak
mampu melakukan perbaikan dibidang politik, maka kita tidak boleh melewatkan
peluang untuk melakukan pembaharuan dibidang ilmu.
5. Masing-masing saling mengungkapkan suka duka yang
mereka hadapi di jalan dakwah, bersama mencari solusi terbaik atas problem yang
dihadapi umat.
Banyak sekali faidah ilmiah dan adabiyah yang saya
dapatkan dari kumpulan surat-surat itu.
Namun saya dibuat tercengang, saat tau bahwa
ternyata kedua Syaikh itu tidak pernah bertemu hingga ajal menjemput. Walau
keakraban hanya terjalin melalui surat-menyurat, namun banyak sumbangsih
bersama yang telah mereka berikan untuk islam. Keduanya bahkan dikenang sebagai
dwitunggal dakwah yang tak pernah bertemu.
Kadang hati ini berbisik,
"Berapa banyak kawan yang kau kenal di dunia
maya.?
Lantas apakah ukhuwah itu ada..?
Pernahkan engkau bertukar nasehat dengan mereka
atau sekedar bertegur sapa walau dengan seuntai salam .?
Bila tidak, lalu untuk apa pertemanan ini..?
Semoga Allah mengumpulkan kita bersama mereka dalam
firdaus-Nya.
___________
27-06-1435 H
147. SAAT ENGKAU TERLELAP TIDUR, BOLEH JADI ADA
NAMAMU DALAM DO'A-DO'A MEREKA.
ربما تكون نائما ؛ فتقرع أبواب السماء عشرات الدعوات لك من فقير أعنته
بالقليل، أو
حزين أسعدته أو عابر ابتسمت له، فلا تستهين بفعل الخير أبدًا
"Saat engkau terlelap tidur, boleh jadi
pintu-pintu langit diketuk oleh puluhan doa yang memohonkan kebaikan untukmu..
(Do'a itu datang) dari si fakir yang pernah engkau tolong, dari orang yang lapar yang pernah engkau beri makan, dari
orang sedih yang pernah engkau bahagiakan, dari orang yang pernah berpapasan
denganmu dan kau beri senyuman untuknya, atau dari orang yg dihimpit kesulitan
yang telah engkau lapangkan..
Maka jangan pernah meremehkan sebuah kebajikan
untuk selama lamanya.."
(Perkataan ini dinisbatkan kepada Ibnul Qoyyim Al
Jauziyah. Wallahu a'lam)
Catt:
Ya, jangan pernah meremehkan sebuah kebajikan
sekecil apapun kebajikan itu. Karena kita tidak tau dengan kebajikan mana Allah
akan memasukkan kita ke dalam surga.
_________
27-06-1435 H
148. JADILAH PENASEHAT YANG BAIK, BUKAN PENCELA
Imam Al-Hafidz Ibnu Rajab -rahimahullah- mengatakan,
Para ulama dahulu, apabila ingin menasehati seseorang,
mereka akan menasehatinya secara rahasia (empat mata).
Sebagian diantara mereka ada yang berkata:
من وعظ أخاه فيما بينه وبينه
فهي نصيحة
ومن وعظه على رؤوس الناس :
فإنما وبخه .
Siapa yang menegur saudaranya secara rahasia, maka
itulah nasehat yang sesungguhnya.
Dan siapa yang menegurnya secara terang-terangan
dihadapan orang banyak, maka hakikatnya itu adalah celaan.
[Jami'ul Ulum wal Hikam: 7]
Wahai Hamba Allah!
Jadilah penasehat yang baik, bukan pengumpat
apalagi pencela!
Jadilah salafi sejati dalam segala hal termasuk
dalam hal amar ma'ruf nahi munkar.
Jangan jadi salafi (pengikut salaf) pada satu bab
lalu menyelisihi mereka pada bab yang lain!
Ketahuilah bahwa nasehat yang disampaikan secara
sembunyi-sembunyi lebih efektif dan memberi pengaruh yang baik ketimbang
nasehat yang disampaikan secara terbuka dan terang-terangan yang kadang
ditunggangi tendensi pribadi. Cara seperti ini bahkan lebih dekat pada ria.
Wal iyaadzu billah.
_____________
28-06-1435 H
148. KARENA JALAN DAKWAH TAK BERALASKAN
PERMADANI
Sahabat…
Kita mungkin pernah membaca kisah ketika Rasulullah
-shalahu alaihi wasallam- sholat di depan ka'bah, lalu tiba-tiba seorang
Quraisy mengambil isi perut onta dan menumpahkannya ke atas tengkuk belia
–shallallahu alaihi wasallam- ketika ia sujud.
Atau kisah tentang lorong-lorong Makkah yang pernah
menjadi saksi saat orang-orang Quraisy
menyakiti beliau dengan beragam siksaan, mulai dari mental hingga fisik.
Sampai-sampai pemandangan itu membuat sang putri tercinta Fatimah -radhiallahu
anha- tak kuasa membendung tangis karenanya. Namun senyum ketegaran tetap saja
terukir diwajah beliau -shallahu alaihi wasalam-, seraya berucap," Wahai
anakku, janganlah engkau menangis, sesungguhnya Allah akan melindungi ayahmu".
Atau mungkin kisah tentang kesaksian Uhud saat
rantai besih menghujam pipi dan memecahkan rahang beliau -shallahu alaihi
wasallam-. Demikian juga kisah tentang penolakan masyarakat Thaif, serta kisah
pahit lainnya yang membuat jemari ini tak kuasa menuliskannya.
Tentunya kisah-kisah tersebut bukan sekedar
penggalan sejarah yang dibaca sebagai pelengkap wawasan saja . Lebih dari itu,
kisah-kisah diatas juga mengajari kita tentang sebuah sikap agar terus tegar
dihadapan mereka yang tak mengerti jalan yang kita pilih. Disana juga ada
penegasan lain, bahwa perjuangan dalam konteks apapun selalu berat, karena
hidup di jalan Allah lebih berat ketimbang mati dijalan yang sama.
Ketegaran Rasulullah shallahu alaihi wasallam juga
memberi arti, bahwa perjuangan dalam dakwah bukan sekedar berat dan bebannya
saja, tapi juga tentang sebuah ekspektasi kebahagiaan jiwa. Artinya, perjuangan
yang dilakukan sesuai dengan manhaj yang benar akan memberi kebahagiaan
tersendiri ditengah pahit getirnya ujian, ia akan memberi keberartian
ditengah-ditengah keterasingan dan pengusiran, memberi pengharapan yang penuh
dan kepasrahan mendalam kepada Allah azza wa jalla ditengah penindasan dan
kesewenang-wenangan.
Harus kita fahami, bahwa perjuangan dalam mendakwahkan
agama ini, baik seruan kepada tauhid maupun menghidupkan sunnah ibarat sungai
bahagia yang beranak panjang. Hulunya adalah janji dan jaminan Allah dan
hilirnya adalah kemenangan.
Di jalan dakwah ini.. tak ada yang lebih menderita
melebihi Rasulullah –shallallahu alaihi wasallam-. Kisah tentang prahara
Makkah, Thaif dan Uhud yang dilaluinya semestinya menjadi cermin perjuangan
kita. Supaya tak ada lagi keluh, tak ada lagi tanya mengapa mereka menolak
dakwahku…? Mengapa mereka begini dan begitu terhadapku..? Sebab apapun
pertanyaanmu tentang dakwah, jawabannya hanya satu, "KARENA JALAN DAKWAH
TAK BERALASKAN PERMADANI".
Selamat berjuang kawan…
Untukmu yang tengah berdakwah di pelosok negeri.
___________
28-06-1435 H
000. CERMIN HIDUP
Popularitas dalam pandangan Syaikh Ali Thantawi
-rahimahullah-
"Aku heran dengan orang yg mengejar popularitas
lalu menganggapnya sebagai sesuatu yg baik.
Namun apakah popularitas itu..?
Ia tak lain hanyalah kondisi dimana semua mata tertuju
padamu, kemudian mereka mengawasi gerak-gerikmu, dan akhirnya engkaupun
kehilangan kemerdekaanmu"
(Dzikrayaat jilid: 8 hal: 205)
------------------
29-06-2014 H
SELAGI ADA WAKTU
Sahabat....
Jalan hidup yang kita lalui berlalu seiring dengan
berlalunya waktu, laju kereta masa berpacu tanpa berhenti, ada cabang di
persimpangan. Saat itulah kita harus menentukan pilihan. Namun terkadang waktu
tak selalu cukup memberi kita ruang, tapi bagaimanapun pilihan-pilihan diujung
persimpangan itu akan selalu ada, dan tugas kita adalah menentukan pilihan
disisa waktu yang ada.
______________
29-06-1435 H
MELIHAT LEBIH JAUH
Khalid Ibnu Yazid -rahimahullah- ditanya:
Apakah sesuatu yang paling dekat (dari manusia)...?
Beliau menjawab: "Ajalnya"
Yang paling jauh darinya..?
Beliau menjawab: "Angannya"
"Lalu apa yang paling diharapkan (dapat
menyelamatkannya) ?
Beliau menjawab: Amal sholeh.
(As-Siyar 4/383)
Sugguh jawaban yang luar biasa.
Betapa ajal dan kematian begitu dekat dengan kita.
Ia bahkan lebih cepat datangnya dari semua angan
yang kita cita-citakan.
Semua kan berlalu bersama kefanaan. Tak ada bekal
abadi selain amal sholeh.
Semoga semua kan berakhir indah...
ANTARA BUDI PEKERTI DAN MISI KENABIAN
Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda:
"إِنَّمَا
بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ صَالِحَ الأَخْلاَقِ"
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan
akhlak manusia". (HR. Ahmad)
Hadits di atas mengajarkan pada kita bahwa nilai-nilai
estetis dan keluhuran juga merupakan bagian penting dari misi kenabian. Tak
berlebihan bila beliau shallahu alaihi wasalam memberi janji bahwa "orang yang paling dekat kedudukannya
denganku disurga nanti adalah yang paling baik akhlaknya."
Itulah mengapa para ulama salaf dulu memulai
pelajaran hidup mereka dari aspek Akhlak.
Logikanya, bila fiqih memberi batasan legalitas,
maka akhlak dan moralitas memberi nilai tambah yang tidak sedikit pada
keindahan perilaku seorang muslim.
Hadits diatasjuga memberi penegasan lain bahwa
Islam bukan hanya sekedar batasan wajib, legal atau haram saja. Tapi disana ada
pesona sunnah yang mempercantik dan membuat ajaran mulia ini lebih berwarna.
Bila hari ini barat berkoar-koar dalam
mempropagandakan HAK ASASI MANUSIA dengan segala definisinya, maka islam pada
14 abad silam telah lebih dulu mendeklarasikannya sebagai aturan hidup, tentunya
dengan makna yang hanif.
Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda :
" Janganlah kalian saling mendengki, saling
membenci, saling mengintip rahasia, saling bersaing (pada hal-hal yang
negatif), saling mencari keburukan, saling menawar lebih tinggi sehingga menipu
pembeli agar membayar lebih tinggi, saling memutuskan hubungan, saling
bermusuhan. Jangan pula sebagian kalian menjual di atas penawaran orang lain.
Jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara sebagaimana yang di perintahkan
Allah kepadamu. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak
boleh menganiayanya, tidak boleh menelantarkannya dan tidak boleh menghinanya.
Takwa itu ada di sini, takwa itu ada di sini, takwa itu ada disini kata
Rasulullah Shallahu alaihi wasallam sambil menunjuk dadanya. Cukuplah tanda
keburukan seseorang apabila ia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim
terhadap muslim yang lainnya adalah haram darahnya, kehormatannya dan hartanya
(untuk di rusak dan ditumpahkan). Jauhilah prasangka buruk karna sesungguhnya
prasangka buruk adalah sedusta-dustanya pembicaraan. Dan sesungguhnya Allah
tidak melihat bentuk rupa dan hartamu, tetapi Dia melihat hati dan
perbuatanmu." (HR.Bukhari, Muslim)
Lihatlah.. Jangankan menyakiti dalam bentuk fisik,
ajaran islam yang paripurna ini bahkan telah mengajari ummatnya untuk tidak
menjadi penyebab hidup orang lain menjadi pahit dan getir karena ulah lisannya.
Keparipurnaannya bahkan telah merubah selaksa
senyum yang tadinya biasa menjadi amalan yang istimewa dan bernilain sedekah,
Rasulullah bersabda: "Senyummu terhadap saudaramu adalah sedekah",
"Janganlah engkau meremehkan perbuatan yang baik, walaupun hanya dengan
menjumpai saudaramu dengan wajah yang berseri-seri".
Semua itu adalah aturan hidup yang bukan sekedar konsistensi
semata, tapi jugi sebentuk seni yang memperindah kehidupan dalam merajut
kebersamaan sebagai makhluk Allah dengan pengharapan penuh akan pahala
disisi-Nya.
Memang, terkadang sulit mewujudkan semua itu, sebab
diujung perjuangan kita untuk merealisasikannya ada ujian yang paling besar,
yaitu: DIRI KITA SENDIRI.
BELAJAR BIJAK
Belajarlah untuk bijak... Bila kuku kita tumbuh
panjang, maka kukulah yg harus kita potong bukan jarinya. Demikian juga dalam
sebuah persahabatan , bila ego kita muncul, ego itulah yg kita hilangkan bukan
malah persahabatan yang harus diakhiri.
123. PRINSIP PERJUANGAN KITA
Generasi awal islam telah mengajarkan pada kita bahwa perbaikan akidah
merupakan asas terpenting dalam sebuah gerakan pembaharuan. Sementara tashfiyah
dan tarbiyah keduanya berfungsi sebagai perangkat dakwah yang tidak bisa
dipisahkan, sat dan lainnya harus disinergikan dalam upaya mengembalikan umat
pada fitrah agamanya.
Sejarawan Al-Jazaair Syaikh Mubarak Al Maily menyebutkan,
"Orang yang hendak merubah kondisi umat dengan selain agamanya, pada
hakikatnya sedang merobek keutuhan umat dan mengantarkannya pada kehancuran.
Usaha itu sama dengan meruntuhkan singgasana keagungan Islam dari akar
pondasinya".
Imam Malik -rahimahullah- juga berkata:
"Generasi akhir umat ini tidak akan baik kecuali dengan apa yang membuat
generasi awalnya menjadi baik".
Pada salah satu tulisannya Syaikh Ahmad Syakir
-rahimahullah- mengatakan, "Tidak ada obat yang paling mujarab untuk mengobati
luka kaum muslimin kecuali dengan menjadi muslim seutuhnya"
Tak perlu tergesa-gesa. Mari mulai dengan
mengembalikan umat ke masjid. Sibukkan mereka dengan ilmu.
Ingat kawan! PIRAMIDA TIDAK DIBANGUN TERBALIK
Hanya masyarakat bertauhidlah yang siap menerima
syariat Allah sebagai dustur kehidupan.
______________
11-06-1435 H