Sahabat fillah...
Berhati-hatilah dalam menyebarkan Informasi melalui BC, FB, WA dll. Apalagi bila informasi itu tidak kita ketahui asal usulnya dan menyangkut isu agama dan kebangsaan . Jangan sampai kita terjerumus pada dusta & persaksian palsu.
Allah Ta’ala berfirman:
وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ
“Dan jauhilah ucapan dusta.” (QS. Al-Hajj: 30)
Allah Ta’ala berfirman:
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً
“Dan janganlah kamu mengatakan pada sesuatu yang kamu tidak punya ilmu tentangnya. Karena sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban.” (QS. Al-Isra`: 36)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلَاثًا قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ قَالَ فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ
“Inginkah kalian kuberitahukan mengenai dosa besar yg paling besar?” Beliau menyatakannya tiga kali. Mreka mnjawab, “Mau, wahai Rasulullah”. Maka beliau bersabda, “Menyekutukan Allah & durhaka kepada kedua orangtua”. Lalu beliau duduk padahal sebelumnya dalam keadaan bersandar, kemudian melanjutkan sabdanya: “Ketahuilah, juga ucapan dusta.” Dia (Abu Bakrah) berkata, “Beliau terus saja mengatakannya berulang-ulang hingga kami mengatakan, “Sekiranya beliau diam”. (HR. Al-Bukhari & Muslim)
Perhatikan hadits di atas. Rasulullah menjadikan persaksian palsu merupakan dosa bsar bahkan merupakan dosa bsar yg ketiga setelah kesyirikan & durhaka kpd kedua orang tua
Ketahuilah...
Apa yang kita tulis akan kita pertanggung jawabkan, jadi tulislah yang baik-baik saja.
Apa yang kita bicarakan akan kita pertanggung jawabkan, maka bicaralah yg baik2 saja.
Allah azza wa jalla berfirman yang artinya:
…..Sesungguhnya Pendengaran, Penglihatan, dan Hati, semua itu akan diminta pertanggungjawaban."
( QS Al-Isra : 36 )
Iya, apa yg kita dengar, kita lihat, kita persaksikan, dan yang kita sebarkan melalui media apa saja semua pasti akan kita dimintai pertanggungjawabannya. Maka persiapkan jawaban yang baik bila nanti Allah menanyakan tentang semua itu.
Sebelum menyebar berita perhatikan adab-adab berikut ini.
1. Periksa terlebih dahulu kevalidan berita tersebut
2. Bila bc itu berisi pesan agama, maka pastikan kesohihihan isi bc tersebut baik dari sisi materi, dalil dan sisi pendalilannya. Bertanyalah pada orang yang berilmu.
3. Bila anda hanya menukil berita, maka beri keterangan sumber berita tersebut.
4. Bila terlanjur salah dalam menyampaikan berita maka segeralah meluruskan berita tersebut dan tak perlu malu, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah
5. Tidak semua yang kita dengar lantas kita sebarkan.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
“Cukuplah seseorang dianggap pendusta bila dia menceritakan (menyebarkan) setiap apa saja yang dia dengar.”
(HR. Muslim dalam Al Mukaqaddimah)
Madinah 6 Muharram 1435 H
ACT El Gharantaly
Berhati-hatilah dalam menyebarkan Informasi melalui BC, FB, WA dll. Apalagi bila informasi itu tidak kita ketahui asal usulnya dan menyangkut isu agama dan kebangsaan . Jangan sampai kita terjerumus pada dusta & persaksian palsu.
Allah Ta’ala berfirman:
وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ
“Dan jauhilah ucapan dusta.” (QS. Al-Hajj: 30)
Allah Ta’ala berfirman:
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً
“Dan janganlah kamu mengatakan pada sesuatu yang kamu tidak punya ilmu tentangnya. Karena sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban.” (QS. Al-Isra`: 36)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلَاثًا قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ قَالَ فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ
“Inginkah kalian kuberitahukan mengenai dosa besar yg paling besar?” Beliau menyatakannya tiga kali. Mreka mnjawab, “Mau, wahai Rasulullah”. Maka beliau bersabda, “Menyekutukan Allah & durhaka kepada kedua orangtua”. Lalu beliau duduk padahal sebelumnya dalam keadaan bersandar, kemudian melanjutkan sabdanya: “Ketahuilah, juga ucapan dusta.” Dia (Abu Bakrah) berkata, “Beliau terus saja mengatakannya berulang-ulang hingga kami mengatakan, “Sekiranya beliau diam”. (HR. Al-Bukhari & Muslim)
Perhatikan hadits di atas. Rasulullah menjadikan persaksian palsu merupakan dosa bsar bahkan merupakan dosa bsar yg ketiga setelah kesyirikan & durhaka kpd kedua orang tua
Ketahuilah...
Apa yang kita tulis akan kita pertanggung jawabkan, jadi tulislah yang baik-baik saja.
Apa yang kita bicarakan akan kita pertanggung jawabkan, maka bicaralah yg baik2 saja.
Allah azza wa jalla berfirman yang artinya:
…..Sesungguhnya Pendengaran, Penglihatan, dan Hati, semua itu akan diminta pertanggungjawaban."
( QS Al-Isra : 36 )
Iya, apa yg kita dengar, kita lihat, kita persaksikan, dan yang kita sebarkan melalui media apa saja semua pasti akan kita dimintai pertanggungjawabannya. Maka persiapkan jawaban yang baik bila nanti Allah menanyakan tentang semua itu.
Sebelum menyebar berita perhatikan adab-adab berikut ini.
1. Periksa terlebih dahulu kevalidan berita tersebut
2. Bila bc itu berisi pesan agama, maka pastikan kesohihihan isi bc tersebut baik dari sisi materi, dalil dan sisi pendalilannya. Bertanyalah pada orang yang berilmu.
3. Bila anda hanya menukil berita, maka beri keterangan sumber berita tersebut.
4. Bila terlanjur salah dalam menyampaikan berita maka segeralah meluruskan berita tersebut dan tak perlu malu, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah
5. Tidak semua yang kita dengar lantas kita sebarkan.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
“Cukuplah seseorang dianggap pendusta bila dia menceritakan (menyebarkan) setiap apa saja yang dia dengar.”
(HR. Muslim dalam Al Mukaqaddimah)
Madinah 6 Muharram 1435 H
ACT El Gharantaly
0 Kommentare:
Kommentar veröffentlichen