Samstag, 11. Januar 2014

TANGIS DUKA UNTUK ANDALUS

Pagi tadi UAS baru saja selesai...
Saat akan merebahkan badan, tanpa sengaja mataku tertuju pada satu buku yang masih terbungkus rapi diantara tumpukan buku yang kubeli beberapa bulan yang lalu.

Al-Khilaafah Al Andalusia...

Kubuka lembaran buku itu satu demi satu...
Setiap halaman buku itu seolah membisikkanku untuk mengingat masa-masa itu lagi dan lagi.
Bisikan-bisikan halus itu seolah membawaku kembali untuk menangisi 500 tahun kejayaan yg hilang...

Simbol kegemilangan ilmu dan kemajuan...
Iya, disana tersimpan semua tntang memori kemuliaan yg hilang diujung senja peradaban..
Sebuah cerita bahwa kita pernah ada dan berkuasa di sana.. di dataran Eropa.

Barcelona, Madrid, Valencia, Sevilla, Granada, Malaga, Cordova, 800 tahun cahaya islam menerangi setiap suduk kota itu, namun semua harus berakhir dengan kenyataan pahit yang memilukan.

Tak pelak air mata ini tak bisa kubendung, aku terbawa tangis sang khalifah yang menangisi detik-detik keruntuhan tahtanya dari jauh.

Iya, sambil memandang Istana Al-Hambra yang megah dari atas bukit, Abu Abdillah bin Muhammad sang penguasa Granada, menitikkan air mata.
Sang ibu, Aisyah Al-Hurrah, yang berdiri di sampingnya, mengatakan,
“Kini kau menangis seperti seorang perempuan, padahal kau tak pernah melakukan perlawanan sebagaimana seorang lelaki sejati."

Sayapun teringat bait-bait syair Abul Baqa Ar-Rundy -rahimahullah- dalam "ritsaa'ul andalus" (tangis duka untuk Andalus) yang pernah dibacakan seorang Dosen sewaktu di bangku semester 4 kelas persiapan bahasa UIM dulu.
Dalam syairnya Abul Baqa' berkata:

لكل شيء إذا ما تم نقصان **** فلا يغر بطيب العيش إنسان

هي الأمور كما شاهدتها دولٌ ****من سرَّهُ زمنٌ ساءته أزمانُ

وهذه الدار لا تبقي على أحد **** ولا يدوم على حال لها شانُ

أين الملوك ذوو التيجان من يمنٍ****وأين منهم أكاليلٌ وتيجانُ

وأين ما شاده شدَّادُ في إرمٍ **** وأين ما ساسه في الفرس ساسانُ

أتى على الكل أمر لا مرد له**** حتى قضوا فكأن القوم ما كانوا

دهى الجزيرة أمرٌ لا عزاء له **** هوى له أحدٌ وانهد نهلانُ

تبكي الحنيفيةَ البيضاءَ من أسفٍ **** كما بكى لفراق الإلف هيمانُ ¥

على ديارمن الإسلام خالية **** قد أقفرت ولها بالكفر عمران

حيث المساجدُ قد صارت كنائسَ ما **** فيهنَّ إلا نواقيسٌ وصلبانُ

حتى المحاريبُ تبكي وهي جامدةٌ **** حتى المنابرُ تبكي وهي عيدانُ

لمثل هذا يذوبُ القلبُ من كمدٍ **** إن كان في القلب إسلامٌ وإيمانُ

Segala yang beranjak sempurna kan berkurang pada akhirnya
Maka jangan manusia terperdaya oleh indahnya perhiasan dunia

Kau saksikan segalanya bagai roda yang berputar
Bahagia suatu kala dan sengsara selepas itu semua

Sungguh dunia ini tak ‘kan sisakan suatu apa pun
Tiada kekal di dalamnya satu urusan pun

Mana raja-raja bermahkota dari Yaman?
Mana yang dahulu bermahkota menyilaukan itu?

Mana pula istana yang dibangun kaum Iram?
Mana benteng Persia yang dibangun siang dan malam?

Ketentuan yang tak tertolak telah menimpa semua itu
Hingga segalanya bagai tak pernah ada

Oh Andalus.. Derita itu kini menimpamu
Gunung Uhud pun roboh dan gunung Sahlan hancur mendengar kisahmu.

Islam kini menangis hingga tak sadarkan diri
Bagai tangis kekasih yang ditinggal mati

Seketika Islam diusir dari rumah-rumah itu
Diganti kekufuran yang penuhi setiap ruang

Ketika masjid berubah menjadi gereja
Tiada lain di dalamnya kecuali salib dan lonceng-lonceng

Mihrab-mihrab itu menangis tersedu padahal ia adalah batu
Mimbar-mimbar itu bersenandung puisi duka padahal ia adalah kayu

Sungguh pahit semua ini meluluhkan segala hati
Jika saja Islam dan Iman masih bersemayam dalam nurani."

Memori membawaku semakin jauh pada 800 tahun sebelum syair duka itu diucapkan, saat Thariq bin Ziyad menaklukkan selat Gibraltar...
Ah... Semua ini bagai mengorek luka lama..
Membuatku semakin yakin, betapa mudahnya Allah membalikkan sebuah keadaan..
Sebagai teguran saat hati-hati kita mulai berpaling..
Namun pikirku berbisik...
Andalusmu akan kembali...
Jika kamu mau kembali pada kemiurnian Islam..

Mereka berkata:,

"Semua ini adalah kecelakaan sejarah..."

Aku katakan;,

"Qaddarullah wa maa syaa'a fa'al, semua ini karena kita mencari izzah dengan selain islam, maka Allahpun menghinakan kita"

-------------------
Madinah, Selasa 06-03-1435 H

1 Kommentar:

  1. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.

    Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    AntwortenLöschen