001. Berusaha Untuk Lebih Baik
Sahabat...
Sangat disayangkan jika tak ada yg berubah pada
hari-hari yg kita lalui kecuali tanggalnya saja
Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu berkata:
"Tiada hari yang lebih aku sesali selain hari
dimana mataharinya tenggelam dihari itu, umurku berkurang dan amalku tidak
bertambah"
Al Hasan berkata:
"Manusia akan senantiasa dlm kebaikan selama
masih ada penasehat dlm hatinya, dan muhasabah selalu menjadi
perhatiaannya".
Ibnu Taimiyah berpesan:
“Hendaknya setiap hamba memiliki waktu dimana dia
menyendiri di dalamnya dengan do’a, dzikir,shalat, tafakkur, dan melakukan
muhasabah terhadap dirinya serta memperbaiki kondisi hatinya.”(Majmu’ul fataawa
Jilid:10)
Ibnul Qoyyim Al Jauziyah mengingatkan:
"Sejak diciptakan, manusia selamanya akan
terus menjadi musafir. Tidak ada batas akhir perjalanan mereka kecuali surga
atau neraka."
(Ibnul Qoyyim Al Jauziyah dalam Al Fawaaid hal:
400)
Ungkapan-ungkapan diatas semakna dengan hadits yang
diriwayatkan dari sahabat Ibnu Umar Radhiyallahu anhu:
“ Suatu ketika Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam memegang pundakku dan berkata:
”Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing
atau pengembara.”
Ibnu Umar berkata: ”Jika engkau berada di sore
hari, maka jangan menunggu pagi tiba. Dan jika engkau berada di pagi hari, maka
jangan menunggu sore tiba, pergunakan masa sehatmu untuk masa sakitmu, dan
kehidupanmu untuk kematianmu.”(HR. Bukhari)
Dalam khutbahnya pada Akhir Dzulhijjah 1434 H yang
lalu DR. Husain Alu Syaikh mengatakan:
"Bagi orang yg beriman brgantinya masa,
berarti bertambahnya ketakwaan dan ketaatan kepada Allah".
Berusahalah untuk jadi lebih baik...
------------
Madinah, Rabu 29-02-1435 H / 01-January-2014 H
002. REKAM JEJAKKU
Ingatan membawa saya kembali pada semester pertama
di i'dad lughowi LIPIA dulu...
Hingga saat ini saya tak pernah tahu lagi kabar
sahabat-sahabat lama yang dulu pernah bersama...
Semoga Allah memaafkan saya
Bagi saya, kampus biru itu terlalu indah untuk
dilupakan...
Masih terekam jelas bagaimana Syaikh Jazuly
-rahimahullah- turun membeli perlengkapan madi di Pejaten Village hanya untuk dijadikan alat peraga di kelas...
Masih terekam juga bagaimana Syaikh Abdulfattah Al-
Mishry merobek buku seorang ikhwah demi memahamkan arti kata
"mazaqo"... Yang pasti syaikh mengganti buku itu..
Atau kisah tentang Ustadz Thayyib yang selalu ramah
dan tak pernah marah, Syaikh Dhau' yang bisa bahasa jawa, Syaikh Abdul Aziz
yang selalu memberi tumpangan dan makan siang gratis untuk saya sepulang
kliah.. Atau tentang Khutbah Syaikh Aly Qurun yang menyentuh...
Semua itu masih terekam jelas...
Ah... Kadang hati ini membisikkan untuk kembali ke
kampus itu lagi...
Tapi "Madinah lebih baik bagi mereka,
sekiranya mereka mengetahui". Hadits itulah yang membuat saya untuk tetap
disini...
Jari-jemari ini harus berhenti mengetik.. Dua jam
lagi ujian Faraidh akan dimulai..
Teriring sebuah do'a semoga Allah mempertemukan
saya kembali dengan sahabat-sahabat lama itu...
Hafidzakumullah....
--------------------
Madinah Kamis 01-3-1435 H
003. NASEHAT ITU DIULANG LAGI
Diantara nasehat Syekh Prof. DR. Ibrahim Ar Ruhaily
yang paling berkesan bagi saya pribadi adalah:
"Ingatlah...! Selama engkau yakin berada di atas
petunjuk yang terang, maka penilaian buruk bahkan celaan seluruh penduduk bumi
atasmu tdak akan merubah kedudukanmu disisi Allah. Dan tidak akan
mengeluarkanmu dari sunnah berbagai macam tuduhan bid'ah yang dilontarkan orang lain terhadapmu. Begitu pula sebaliknya, jika engkau
berada pada suatu kebathilan -semoga Allah melindungi kita darinya- maka tidak
akan bermanfaat disisi Allah pujian manusia atasmu, begitu juga penyandaranmu
terhadap sunnah dengan segala gelar yang disematkan orang lain pada dirimu.
"Ingatlah..... Pujian dan celaan manusia tidak
akan mempengaruhi timbangan amalamu disisi Allah."
Tak terhitung berapa kali kami mendengarkan nasehat
ini di majles beliau hafidzahullah. Nasehat yg semakna dengan redaksi yg
berbeda dapat anda baca dalam risalah kecil beliau yang berjudul "An
Nasheehah".
Dan hari ini nasehat itu terulang lagi di majelis
beliau...
Semoga Allah selalu menjagamu syaikh...
------------------------
Jum'at 03-03-1435 H
005. SEPENAT APAPUN, TETAPLAH TERSENYUM UNTUK MEREKA
Setelah menutup buku beliau tertegun sejenak, ruang
kelas yang dingin itupun sejenak larut dalam heningnya pagi.
"Anak-anakku..... Diakhir pertemuan ini tak banyak
yang ingin saya sampaikan.
Diantara sebab yang dapat mendatangkan keberkahan pada ilmu
kalian adalah birrul waalidain (berbakti pada kedua orangtua).
Aku nasehatkan, "Bagaimanapun padatnya rutinitas kerja kalian nanti, apapun masaalah
yang kau hadapi di tempat kuliah maupun di tempat kerja, tetaplah tersenyum
untuk mereka, terutama pada ibumu"
Kalian tentu ingat dengan hadits :
"Berilah kabar gembira dan jangan membuat
orang lari atau berpaling"
Sungguh kedua orangtua kalian lebih berhak atas
makna yang dikandung hadits ini.
Buat mereka gembira denganmu dan jangan biarkan
mereka lari dan berpaling karena tingkah pongahmu.
Assalamu alaikum wrahmatullah wabarakatuh...
(sambil berlalu meninggalkan kelas)
(Pesan Syaikh DR. Abdul Aziz Al Qaidy
-hafidzahullah- pada pertemuan terakhir mata kuliah Ushul Fiqh. Beliau adalah
Dosen Ushul Fiqh yang juga merangkap sebagai Kepala Jurusan Ushul Fiqh Univ.
Islam Madinah )
-----------------
Ahad 04-03-1435 H
006. JANGAN SETENGAH-SETENGAH. BAHAYA...!!!!!!!
Dalam Al Uquud Addaariyah Imam Ibnu Abdil Hadi
rahimahullah menukil perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah,
beliau berkata:
" Yang paling banyak merusak dunia adalah orang
yang setengah2 dalam ilmu kalam (theologi), setengah-setengah dalam ilmu fiqih,
setengah-setengah dalam ilmu kedokteran dan setengah-setengah dalam ilmu nahwu.
Maka yang pertama ini merusak agama, yang kedua merusak negara, yang ketiga
merusak organ tubuh, dan yang ke empat merusak bahasa."
(Al Uquud Addaariyah hal: 142)
--------------------
Ahad 04-03-1435
007. ANDA SEORANG DA'I DAN BUKAN SEORANG HAKIM.
"Diantara hal yang sering dilupakan oleh
sebagian orang yang berkecimpung dalam dunia amar ma'ruf nahi munkar adalah
menyadari bahwa dirinya hanyalah seorang da'I dan bukan Hakim.
Dia bertingkah seperti seorang hakim yang harus ditaati
ucapannya.
Bahkan tak jarang dia memposisikan dirinya sebagai
tolak ukur kebenaran. Siapapun yang menyelisihinya, berarti menyelisihi kebenaran dan sunnah.
Kesalahan bersikap ini akan berimbas pada tindakan
sewenang-sewenang terhadap orang lain.
Akibatnya banyak orang yang ditelanjangi kehormatannya
karena alasan Amar ma'ruf nahi Munkar.
Amar ma'ruf nahi munkar merupakan tugas yang mulia,
namun kurangnya pemahaman yang baik terhadap metode yang harus diterapkan dalam
berbagai permasaalahan akan berakibat fatal terhadap dakwah itu sendiri.
Sehingga kadang kita menyangka tengah meperbaiki,
padahal tanpa sadar kita sedang meruntuhkan bangunan dakwah.
Saya nasehatkan kepada siapa saja yang berkecimpung
dalam dunia amar ma'ruf nahi munkar untuk memperhatikan masaalah ini.
Karena berapa banyak yang lari dari dakwah karena
kesalahan kita dalam menyampaikan dakwah."
(Faidah dari Prof. DR. Ibrahim bin Amir Ar Ruhaily
-hafidzahullah-)
---------------------------
Senin 05-03-1435 H
008. Teringat sebaris kalimat yang pernah kugaris bawahi
disenja itu.
"Kita tidak wajib membahagiakan semua orang. Tapi
wajib bagi kita untuk tidak menyakiti seorangpun"
Terimah kasih Syaikh..
Aku dan Diaryku
008. كل لن يدوم....
أحبتى في الله.....
لا أحد فى هذه الدنيا يمتلك حياة كاملة ، ولا قلباً خالياً ولا رأساً خفيفا من
الأعبا.
ولا يوجد شخص يعيش في راحة تامّه...
فكلنا هنا نفرغ آلامنا وأحـزاننا على شكل حروف باهته لا يفهمها الكثير .
لذا.... فابتسم، فـالآخرين ليسوا مسؤولين عن أحزانك...
ولأن الحزن لا يرد الغائب الخوف لا يصلح المستقبل و القلق لا يحقق النجاح بل النفس
السوية و القلب الراضي هما جناحا السعادة.....
ابتسم... فالحياة لا تدوم على وتيرة واحدة.....
ولله الحمد من قبل و من بعد....
٠٦\٠٣\١٤٣٥ من الهجرة
009. AYO, ISI WAKTU LUANG DENGAN ISTIGHFAR
Allah azza wa jalla berfirman:
"Dan hendaklah kamu beristighfar (meminta ampun)
kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian),
niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu sampai
kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap
orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.
Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Aku takut kamu akan ditimpa siksa hari
kiamat,"
(QS Hud [11]: 3)
"Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan
dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia
mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang," (QS An-Nisa' [4]:
110)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Berbahagialah bagi orang yang mendapati dalam
catatan amalnya istighfar yang banyak”
(HR. Al Baihaqi, Imam Ahmad dalm Az Zuhd . Lihat
Shahih Al Jami’ no. hadits 3930)
Sebagian Ahli hikmah berkata:
لا ﺗُﻔﻜﺮ ﻛﺜﻴﺮا ﺑﻞ أﺳﺘﻐﻔﺮ ﻛﺜﻴﺮا فاﻟﻠﻪ ﻳﻔﺘﺢ ﺑﺎﻹﺳﺘﻐﻔﺎر أﺑُﻮاﺑﺎ لا
ﺗُﻔﺘﺢ ﺑﺎﻟﺘﻔﻜﻴﺮ
"Jangan terlalu banyak berfikir, tapi
perbanyaklah beristigfar, karena Allah akan membuka dengan istighfar
pintu-pintu (kemudahan) yang tak terbuka dengan berfikir"
Baarakallahu fiikum...
-----------------------------
Selasa 06-03-1435 H
010. TANGIS DUKA UNTUK ANDALUS
Pagi tadi UAS baru saja selesai...
Saat akan merebahkan badan, tanpa sengaja mataku
tertuju pada satu buku yang masih terbungkus rapi diantara tumpukan buku yang
kubeli beberapa bulan yang lalu.
Al-Khilaafah Al Andalusia...
Kubuka lembaran buku itu satu demi satu...
Setiap halaman buku itu seolah membisikkanku untuk
mengingat masa-masa itu lagi dan lagi.
Bisikan-bisikan
halus itu seolah membawaku kembali untuk menangisi 500 tahun kejayaan yg
hilang...
Simbol kegemilangan ilmu dan kemajuan...
Iya, disana tersimpan semua tntang memori kemuliaan
yg hilang diujung senja peradaban..
Sebuah cerita bahwa kita pernah ada dan berkuasa di
sana.. di dataran Eropa.
Barcelona, Madrid, Valencia, Sevilla, Granada,
Malaga, Cordova, 800 tahun cahaya islam menerangi setiap suduk kota itu, namun
semua harus berakhir dengan kenyataan pahit yang memilukan.
Tak pelak air mata ini tak bisa kubendung, aku
terbawa tangis sang khalifah yang menangisi detik-detik keruntuhan tahtanya
dari jauh.
Iya, sambil memandang Istana Al-Hambra yang megah
dari atas bukit, Abu Abdillah bin Muhammad sang penguasa Granada, menitikkan
air mata.
Sang ibu, Aisyah Al-Hurrah, yang berdiri di
sampingnya, mengatakan,
“Kini kau menangis seperti seorang perempuan,
padahal kau tak pernah melakukan perlawanan sebagaimana seorang lelaki
sejati."
Sayapun teringat bait-bait syair Abul Baqa Ar-Rundy
-rahimahullah- dalam "ritsaa'ul andalus" (tangis duka untuk Andalus)
yang pernah dibacakan seorang Dosen sewaktu di bangku semester 4 kelas
persiapan bahasa UIM dulu.
Dalam syairnya Abul Baqa' berkata:
لكل شيء إذا ما تم نقصان **** فلا يغر بطيب العيش إنسان
هي الأمور كما شاهدتها دولٌ ****من سرَّهُ زمنٌ ساءته أزمانُ
وهذه الدار لا تبقي على أحد **** ولا يدوم على حال لها شانُ
أين الملوك ذوو التيجان من يمنٍ****وأين منهم أكاليلٌ وتيجانُ
وأين ما شاده شدَّادُ في إرمٍ **** وأين ما ساسه في الفرس ساسانُ
أتى على الكل أمر لا مرد له**** حتى قضوا فكأن القوم ما كانوا
دهى الجزيرة أمرٌ لا عزاء له **** هوى له أحدٌ وانهد نهلانُ
تبكي الحنيفيةَ البيضاءَ من أسفٍ **** كما بكى لفراق الإلف هيمانُ
¥
على ديارمن الإسلام خالية **** قد أقفرت ولها بالكفر عمران
حيث المساجدُ قد صارت كنائسَ ما **** فيهنَّ إلا نواقيسٌ وصلبانُ
حتى المحاريبُ تبكي وهي جامدةٌ **** حتى المنابرُ تبكي وهي عيدانُ
لمثل هذا يذوبُ القلبُ من كمدٍ **** إن كان في القلب إسلامٌ وإيمانُ
Segala yang beranjak sempurna kan berkurang pada
akhirnya
Maka jangan manusia terperdaya oleh indahnya
perhiasan dunia
Kau saksikan segalanya bagai roda yang berputar
Bahagia suatu kala dan sengsara selepas itu semua
Sungguh dunia ini tak ‘kan sisakan suatu apa pun
Tiada kekal di dalamnya satu urusan pun
Mana raja-raja bermahkota dari Yaman?
Mana yang dahulu bermahkota menyilaukan itu?
Mana pula istana yang dibangun kaum Iram?
Mana benteng Persia yang dibangun siang dan malam?
Ketentuan yang tak tertolak telah menimpa semua itu
Hingga segalanya bagai tak pernah ada
Oh Andalus.. Derita itu kini menimpamu
Gunung Uhud pun roboh dan gunung Sahlan hancur
mendengar kisahmu.
Islam kini menangis hingga tak sadarkan diri
Bagai tangis kekasih yang ditinggal mati
Seketika Islam diusir dari rumah-rumah itu
Diganti kekufuran yang penuhi setiap ruang
Ketika masjid berubah menjadi gereja
Tiada lain di dalamnya kecuali salib dan
lonceng-lonceng
Mihrab-mihrab itu menangis tersedu padahal ia
adalah batu
Mimbar-mimbar itu bersenandung puisi duka padahal
ia adalah kayu
Sungguh pahit semua ini meluluhkan segala hati
Jika saja Islam dan Iman masih bersemayam dalam
nurani."
Memori membawaku semakin jauh pada 800 tahun
sebelum syair duka itu diucapkan, saat Thariq bin Ziyad menaklukkan selat
Gibraltar...
Ah... Semua ini bagai mengorek luka lama..
Membuatku semakin yakin, betapa mudahnya Allah
membalikkan sebuah keadaan..
Sebagai teguran saat hati-hati kita mulai
berpaling..
Namun pikirku berbisik...
Andalusmu akan kembali...
Jika kamu mau kembali pada kemiurnian Islam..
Mereka berkata:,
"Semua ini adalah kecelakaan sejarah..."
Aku katakan;,
"Qaddarullah wa maa syaa'a fa'al, semua ini
karena kita mencari izzah dengan selain islam, maka Allahpun menghinakan
kita"
-------------------
Madinah, Selasa 06-03-1435 H
011. BUAH DARI KETULUSAN
Orang yang tulus berpegang teguh dengan kebenaran akan
ditulis apa adanya dalam sejarah..
Adapun musuh kebenaran, namanya akan terkubur dalam
sejarah.
Kalaupun ditulis, hanya untuk dikenang sebagi musuh dan
sampah sejarah..
Lihatlah Imam Ahmad -rahimahullah-...
Demi kebenaran, dia rela membiarkan cemeti tiga rezim
melukai raganya. Pada akhirnya dia menjadi pemenang.
Hari ini.. Siapa
yang tidak kenal dengan Musnad Imam Ahmad.?
Bahkan saat namanya disebut, semua orang mendoakan
rahmat untuknya (rahimahullah).
Lalu dimana musuh-musuhnya...?
Dimana Ibnu Abi Du'ad dan Bisyr Al-Mirrisi hari
ini..?
Semua terkubur dalam lembaran sejarah..
Lihat juga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah...
Dia menjemput sang maut dibalik jeruji qal'ah
Damasqus.
Namun hari ini, karya-karyanya memenuhi semesta,
namanya tetap hidup meski raganya terkubur..
Lalu dimanakah orang-orang yang memusuhinya dulu..?
Dimanakah Ibnu Makhluf dan koleganya..?
Begitulah...
Orang yg jujur dalam beragama akan dituliskan apa
adanya dalam sejarah.
Allah berfirman:
"Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu
yang tiada harganya. Adapun yang memberi manfaat kepada manusia, ia akan tetap
tinggal di bumi"
(QS. Ar-Ra’d : 17)
(Terinspirasi dari nasehat Syaikh Ibrahim Ar
Ruhaily)
--------------------------------
Madinah, 07-03-1435 H
012. BERLEMAH LEMBUTLAH
"Sebagian orang menganggap sikap keras dalam
dakwah adalah tanda kuatnya keimanan.
Padahal tidak demikian, karena berlemah-lembut terhadap
objek dakwah merupakan prinsip yang paling mendasar dalam berdakwah.
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
Sesungguhnya kelembutan tidaklah ada pada sesuatu
melainkan akan memprindahnya, dan tidaklah ia hilang darinya melainkan akan memperburuknya” (HR Ahmad)
Lembut disini maknanya umum. Lembut dalam berucap,
lembut dalam memerintah, lembut dalam melarang, lembut dalam bermuamalah dst..
Keras boleh, tapi haruslah pada tempatnya.
Sebagian orang -waliyaadzu billah wa hadaahumullah-
tanpa sadar memperlakukan pelaku maksiat atau mukhoolif seperti orang kafir.
Tak ada sapa dan salam kalau bertemu.
Seoalah-olah dia bertemu dengan penghuni Jahannam.
Padahal yang semestinya dia lakukan adalah
menatapnya dengan pandangan rahmat yang disertai nasehat lembut.
Boleh jadi Allah membalikkan kondisinya dengan
nasehat tulus anda. Dan dengannya anda juga meraih kebaikan dunia dan
akhirat."
(Prof. Dr. Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaly
-hafidzahullah-)
Syaikh Abdul Aziz Bin Baz -rahimahullah- berkata:
"Zaman ini adalah zaman kelembutan, kesabaran,
serta hikmah dan bukan zaman untuk bersikap keras. Manusia mayoritasnya berada
di dalam kebodohan, kelalaian serta tamak terhadap dunia. Maka kesabaran adalah
sebuah keharusan, hikmah juga merupakan sebuah kemestian agar dakwah bisa sampai
pada manusia dan supaya mereka mengerti. Kita memohon hidayah bagi semua”
------------------
Madinah, Rabu 07-03-1435 H
013. Nasihat Itu Terulang Lagi.
BERLEMAH-LEMBUTLAH (Dalam catatan El
Anshorie Ahmed)
"Rasulullah shallallahualaihiwasallam pernah bersabda:
" Tidaklah kelembutan itu ada pada sesuatu melainkan akan menghiasinya,
dan tidaklah ia hilang dari sesuatu melainkan akan memperburuknya." (HR.
Ahmad)
Jadi sikap lemah lembut itu ditunut dalam setiap keadaan, baik dalam tarbiyyah
, dakwah,begitu juga dalam beramar ma'ruf nahi minkar.
Sebagian orang salah presepsi , bahwa mengingkari kemungkaran itu harus dengan
sikap keras. Bolehlah jika memang pada tempatnya. Akan tetapi tidak semua
kemungkaran harus kita sikapi dengan sikap keras. Melarang kemungkaran bisa
pula dengan tutur kata yg baik atau dengan arahan yg santun. Terkadang Nabi
Shallallahualaihiwasallam mengingkari suatu kemungkaran dg tersenyum walau
sejatinya beliau tidak ridho dg kemungkaran tersebut. Sehingga para sahabat
tahu , bahwa beliau tidak ridho dengan perbuatan tersebut. Oleh karenanya ,
sikap lemah lembut itu dituntut dalam beramar ma'ruf nahi mungkar.
Adapula sebagian orang, manakala diajak untuk berlemah lembut dalam mengingkari
kemungkaran, dia justeru menyela," Sudah karakter saya memiliki sikap
keras, jadi jika melihat kemungkaran otomatis saya sikapi keras ".
Ketahuilah bahwa Ini bukanlah suatu kelebihan , akan tetapi ini kekurangan yang
harus diperbaiki, bukan pula sesuatu yg layak dibanggakan. Ini pertanda tidak
adanya taufiq yg layak kita bersedih dg keadaan seperti ini.
Lihatlah Nabi kita shallallahualaihiwasallam, saat seorang pemuda datang kepada
beliau untuk meminta izin berzina , lalu Nabi shallallahualaihiwasallam katakan
kepada pemuda itu ;
"Apakah anda ridho jika itu terjadi pada ibumu..?! apakah anda ridho jika
itu terjadi pada saudari perempuanmu..?! ,"
lalu pemuda itu pun ridho dg jawban Rasulullah dan kembali ke rumahnya dalan
keadaan hati yg penuh iman. Seandainya ini terjadi pada kita; datang kepada anda
seorang pemuda yg ingin minta izin zina, " Wahai Fulan , izinkan saya
berzina..! mungkin sebagian kita akan berkata,"gila kamu ya..minta izin
kog utk zina!! ente mikir ngga sih.!!".
Namun berbeda keadaannya dg sikap Rasulullah shallahualaihi wasallam di atas,
seorang Rasul yg amanah dan sauritauladan yg baik.
( Catatan ngaji bersama Syekh Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaily hafizohullah )
Kamis 08-03-1435 H
014. FENOMENA RUWAIBDHOH
Disebuah negeri entah berantah..
Semua bisa serba instan..
Dengal mengandalkan ketrampilan mengolah kata,
seseorang bisa dengan mudah di ustadzkan..
Dengan Modal Al Qur'an dan terjemahan seseorang bisa
langsung menafsirkan Al-Qur'an.
Ada lagi yang masuk Islam hari ini, besoknya langsung
jadi da'I dengan tarif yang Wow..
Asal bisa bahasa arab sedikit, ditambah Lap Top atau Tablet langsung buka pengajian dan punya murid plus
nongol di tv.
Sesekali jadi aktor buat film "religi"..
Karena merasa disaingi oleh sang da'I, artis juga
tak mau kalah.
Sambil megang gitar tua, sang artis tanpa malu-malu
berfatwa pada masaalah-masalah yang memerlukan kompetensi fiqih tingkat tinggi.
Iya, berfatwa pada masaalah-masaalah yang
seandainya ditanyakan pada Umar, niscaya dia akan mengumpulkan ahli Badr untuk
mencari jawabannya.
Kabar terakhir yang saya terima, ada mentalis yang
tiba-tiba jadi mufassir..
Konon tafsirnya "luar biasa".
Iya, "luar biasa" karena keluar dari yg
biasa..
Dinegri itu juga..
Semua orang -kecuali yang dirahmati Allah- merasa
kurang kalau tidak bicara soal agama, tak peduli apa latar belakang
pendidikannya.
Bahkan merupakan sesuatu yang WAH dan perlu
mendapat apresiasi apabila ada orang bicara bukan pada bidangnya.
Dengan gelar Prof. Dr. Anda bebas untuk bicara
dibidang apa saja yang anda mau..
Senin Jadi Pakar Hukum
Selasa Jadi Pengamat Ekonomi
Rabu Jadi Kriminolog
Kamis Jadi Pengamat Politik
Jum'at Jadi Khotib
Sabtu Jadi Ahli Komunikasi
Ahad Jadi Komentator Bola.
Biar keren, tak perlu panggil Ust. Cukup
"Cendikiawan Muslim" saja
Jurusnya gak jauh-jauh dari:
Menurut saya...
Menurut hemat kami...
Menurut pengamatan saya...
Saya sih melihatnya boleh-boleh saja...
Si awam ya iya-iya saja..
Padahal...
“Ilmu itu adalah agama, maka perhatikanlah dari
siapa kamu mengambil agamamu” (Ibnu Sirin)
Para salaf terdahulu sangat takut untuk
mengomentari sesuatu dalam agama tanpa ilmu. Mereka takut kalau tergelincir
walau sejengkalpun dari manhaj rabbani
Ibnu Abi Malikah -rahimahullah- berkata : berkata
Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiyallaahu 'Anhu : ‘Bumi mana yanag akan aku pijak,
dan langit mana yang akan menaungiku, jika aku berkata tentang ayat dari kitab
Allah dengan ra’yuku atau dengan apa yang aku tidak tahu.’
Ibnu Asaakir meriwayatkan dalam taarikh Dimayq,
bahwa. Atho Ibnu Rabah -rahimahullah- pernah ditanya tentang sesuatu. Beliau
menjawab:
"Aku tidak tahu, penanya tadi berkata:
Tidakkah engkau mau mengutarakan pendapat pribadimu dalam masaalah ini..? Atho
menjawab:
إني أستحي من اللَّه أن يدان فِي الأرض برأيي
"Aku malu pada Allah, jika orang-orang dimuka
bumi ini beragama dengan pendapatku"
Bandingkan sifat kehati-hatian salaf dengan sifat
sebagian orang saat ini, yang ilmunya tidak sampai sepersepuluh dari ilmu
mereka, namun lagaknya sudah seperti mujtahid mutlak, begitu gampangnya
menghukumi sesuatu. mengomentari sesuatu.
Sebagai catt:
Apapun Latar belakang pendidikan seseorang tak jadi
masaalah, hanya saja kenalilah kapasitas diri. Setiap bidang punya ahlinya.
Bagi penuntut ilmu, fenomena diatas bukan hal yang
mustaghrab (patut dianggap aneh) sebab Rasullah shallahu alaihi wasallam telah
jauh-jauh hari mengabarkan akan munculnya fenomena ini
Sahabat Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu- berkata;
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh
dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur
malah didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru
dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang
bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?”. Beliau menjawab, “Orang bodoh yang
turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah, disahihkan
al-Albani dalam as-Shahihah)
Manyikapi fenomena diatas marilah sejenak Bersama
Petunjuk Rabbani:
Allah azza wa jalla berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ
وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” [QS Al Isra`: 36]
Dia juga berfirman:
وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلَالٌ
وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ
يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ
“Janganlah kalian mengatakan terhadap apa yang
disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “Ini halal dan ini haram.” untuk
mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang
mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.” [QS An Nahl: 116]
Dan firman-Nya:
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا
وَمَنِ اتَّبَعَنِي
"Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku,
aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kalian) kepada Allah dengan
hujjah yang nyata." [QS Yusuf: 108]
Dua Ayat pertama diatas mengandung pelarangan
berbicara tanpa ilmu.
Adapun ayat selanjutnya menerangkan bahwa apabila
kita ingin berdakwah, hendaklah melandasi dakwah kita dengan hujjah berupa ilmu
dan dalil dari Al Quran maupun hadits.
Apabila seseorang berdakwah tanpa landasan ilmu
maka bisa jadi dia menyangka telah menyeru kepada kebaikan, namun pada
kenyataannya dia telah menyeru kepada kesalahan dan kebid'ahan. Na'udzubillahi
min dzalik.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -rahimahullah berkata:
"....Jika hal itu (ilmu dan fiqih) menjadi
tolak ukur seluruh amal sholih, maka wajib bagi pelaku amar ma’ruf nahi munkar
untuk memenuhi keriteria tersebut dalam dirinya, dan tidak dikatakan amal
sholih apabila dilakukan tanpa ilmu dan fiqih, sebagaimana pernyataan Umar bin
Abdil Aziz: “Orang yang menyembah Allah tanpa ilmu, maka kerusakan yang
ditimbulkannya labih besar dari kemaslahatan yang dihasilkannya”
Beliau melanjutkan...
Ini sangat jelas, karena niat dan amal yang tidak
disertai ilmu merupakan kebodohan, kesesatan dan (bentuk) pengikutan terhadap
hawa nafsu
maka dari itu ia harus mengetahui kema’rufan dan
kemunkaran dan dapat membedakan keduanya serta harus memiliki ilmu tentang apa
yang diperintahkan dan apa yang dilarang.” (Secara ringkas dari Majmu’ Fatawa
28 hal: 135-137. Jilid: 14 bagian ke dua hal: 78 untuk cetakan Daarul wafaa' ).
Semoga catatan singkat ini bermanfaat untuk saya
dan pembaca.
Dhuha ditepi laut merah.
Jum'at 09-03-1435 H
014. SAJAK DI AKHIR PESAN
Diakhir psan itu..
Ada ungkapan yg membuat saya tertarik:
لو كانت القلوب تهدى
لاهديتك قلبي
لكنه ملك ربي
فيكفيك في الله حبي
Andai hati itu bisa dihadiahkan,
Nisacaya aku akan menghadiahkan hatiku untukmu.
Tapi dia adalah milik Tuhanku..
Cukuplah aku mencintaimu karena Allah..
Sabtu 10-03-1435 H
015. Catatan Sahabat
Sahabat saya dulu pernah menulis:
"Banyak orang mencari kebahagian dengan
berfoya-foya, jalan2, buang uang, pacaran (zina), mabok, ngobat, jungkir balik,
gebukin orang, nonton bioskop, dsb..
Padahal ada orang yang tidak mencari-cari kebahagian
tapi kebahagian justru yang selalu menghampirinya..
Apa rahasianya??
Taqwa yang melekat di hati
(WR. Newgate. Rizki El
Bintary)
Ahad 11-03-1435 H
016. BISIKKU UNTUKMU SAHABAT
Semua berjalan begitu cepat..
Secepat aku meminangnya dulu..
Hanya perlu 3 hari..
Hari pertama kenalan..
Hari kedua lamaran..
Hari ketiga walimahan..
Hari ini... 13 January 2014
Tepat setahun sudah aku menjalin cinta bersama dia yang
diciptakkan untukku dan aku untuk dia..
Seperti keluarga pada umumnya..
Aral adalah sebuah keniscayaan, karna ia seperti
warna-warni yang menghiasi semesta..
Namun Alhamdulillah semua berakhir indah..
Dan aku berharap semua akan selalu indah pada
akhirnya..
Aku tak bisa membisikkan banyak hal padamu sobat..
Kata-kata takkan mampu melukiskan indahnya
pernikahan..
Sengaja kutuliskan ini untukmu..
Agar kau tau, cinta yang sederhana itu indah..
Cukup taarufan, lamaran dan walimahan.
Maaf bila tulisan ini membuatmu tak nyaman dalam
sepimu.. Hehehe
Segeralah menikah..
Jangan tunda kebahagiaanmu..
---------------------------
Senin 12-03-1435 H
017. MANUSIA ITU ADA DUA MACAM
Syaikh Ibrahim Ar Ruhaily berkata:
"Manusia itu ada dua macam.. Ada yang meninggal
dunia, kemudian mendapatkan ganjaran pahala setelah kematiaannya dan ada yang
meninggal dunia, kemudian menanggung dosa-dosa manusia yang ditinggalkannya.
Semua bergantung pada apa yg diperbuat semasa hidup
mereka.
Orang yg pertama berbuat baik lalu mengajak orang lain
berbuat kebaikan yg sama, sementara orang yg kedua dihukum karena dosa orang
lain. Sebab dia menjadi contoh atas orang lain dalam perbutan buruk.
Allah Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.
------------------
13-03-1435 H
018. AGAR KAU TAU BAHWA KEBAHAGIAAN YANG HAKIKI ITU
TEMPATNYA HANYA DI SURGA
Sore itu bacaan saya tiba pada ayat
وأما الذين سُعِدُوا ففي الجنة.....
Tiba-tiba...
Syaikh: Berhenti sebentar...
Abulfayruz: Ada apa wahai syaikh..?
Syaikh: Didalam Al-Qur'an kata: السعادة (bahagia) tidak ditemukan kecuali disatu
tempat, yaitu pada ayat ini..
{وأما الذين سُعِدُوا ففي الجنة}
"Dan adapun orang-orang yang berbahagia, maka
(tempatnya) di dalam surga.." (QS: Hud: 108)
Abulfayruz: Apa hikmahnya wahai Syaikh...?
Syaikh: Agar kau tau bahwa kebahagiaan yang hakiki
itu tempatnya hanya disurga.
----------------------------
Selasa 13-03-1435 H
019. SEPENGGAL KISAH DIAWAL SEMESTER 3
Seperti biasa, Proses belajar mengajar di UIM
dimulai pekan kedua perkuliahan. Sebagian dosen memilih untuk mengisi pertemuan
pertama dengan nasehat-nasehat penggugah. Tak ketinggalan, kisah salafussholeh
yang membakar semangat turut mengawali pertemuan setiap dosen mata kuliah.
Kulihat jadwal pagi itu..
Rupanya hari ini akan diawali dengan pelajaran nahwu.
Memasuki ruang kuliah kudapati kelas masih sepi,
didalamnya hanya ada seorang kakek tua yang ditemani tas kulit berwarna hitam.
Sepertinya ada banyak kisah dibalik tas yang
terlihat usang itu.
Jenggot kakek tua itu telah memutih.. Dari wajahnya
kulihat guratan-guratan kecil. Kutaksir umurnya 70 an tahun.. Rupanya beliau
adalah dosen nahwu.
Tiba-tiba...
Syaikh: اين زملائكم.... (Dimana teman-temanmu..?)
Indunisy: 10 menit lagi jam pelajaran baru akan
dimulai wahai syaikh.. Jadi yg lain belum pada datang..
Apalagi ini awal perkuliahan..
Syaikh: (Dia melihat jam tangannya)
Oh iya,..
Suasana kembali hening...
Satu-persatu mahasiswa yang lain masuk kelas..
Syaikh: Anta andunisy..?
Andunisy: Iya Syaikh..
Syaikh: Saya dulu pernah ke lombok.
Andunisy: Masyaallah.. Kapan itu wahai syaikh..?
Syaikh: Saya tidak ingat lagi tahunnya (dia
berusaha mengingatnya)..
Tapi negrimu begitu indah (sambil tersenyum)..
Indunisy: Masyaallah...
Kembali hening..
Andunisy: Wahai syaikh.. Sejak kapan anda mengajar
di UIM..?
Syaikh: Sejak zaman Syaikh Bin Baz..
Indunisy: Masyaallah.. cukup lama juga... Bisakah
anda menceritakan pada kami bagaimana akhlak beliau..?
Syaikh: Jujur saya tidak tau apa yang harus saya
katakan..
Semua orang yg pernah bertemu dengan beliau
memiliki kisah tersendiri.
Masa-masa bersama beliau adalah masa yang selalu
saya rindukan sampai saat ini...
Demi Allah..
Kami mendapati syaikh Bin Baz adalah orang yang
paling lembut, bahkan terhadap orang-orang yg yang memusuhinya..
Beliau sangat sungguh-sungguh dalam menerjemahkan
ajaran salaf kepada kami dan orang-orang yang memusuhi dakwahnya.
Diawal-awal Jami'ah Islamiyah dulu, kita kekurangan
dosen.
Syaikh -rahimahullah- mendatangkan para dosen dari
berbagai negara.
Tidak semua mereka beraqidah Ahlussunnah..
Bahkan kebanyakan dari mereka Asy'ary.
Seiring berjalannya waktu alhamdulillah banyak yang
mendapatkan hidayah. Diantaranya adalah Syaikhul Qurro' Syaikh Abdul Fattah
Al-Qadhy..
Dia dan yang lainnya memimilih aqidah ahlusunnah
karna terkesima dengan akhlaq dan perangai syaikh. Tentunya itu semua setelah
taufiq dari Allah.
Masa kontrak dengan dosen-dosen itupun selesai..
Sebagian mereka kembali kenegaranya masing-masing.
Sebagian lagi memilih untuk tetap tinggal dan mengabdi disini.
Diantara mereka ada yang kembali dengan membawa
aqidah salafiyyah dan ada yang tetap berada diatas aqidah asy-ary.
Walau tak sejalan denga syaikh dalam masaalah
aqidah, tapi mereka sangat menghormati ketinggian akhlak syaikh. Tak ada yang
berani mencela syaikh karna akhlaknya yang tinggi.
Sampai-sampai ada seorang dosen yang marah dan naik
pitam ketika mendengar ada orang yang mencela syaikh -rahimahullah-.. Padahal
dia beraqidah Asy'ary..
Hari-hari Ibnu Baz di kampus ini adalah hari-hari
yang akan selalu kurindu..
Na'am wahai ikhwah... Kisah beliau terlalu
panjang.. kita cukupkan sampai disini..
Pelajaranpun dimulai...
Aku dan Diaryku.. January
15
020. LIHATLAH PENDOSA ITU DARI DUA SISI
Syaikh Prof. DR. Ibrahim bin Amir Ar Ruhaily berkata:
"Bila melihat orang yang terjatuh dalam kesalahan
atau bid'ah seorang da'i hendaknya melihatnya dari dua sisi.
Yang pertama: dari sudut pandang syar'ie, yaitu berupa
kewajiban menyampaikan dakwah terhadap orang tersebut.
Yang kedua: dari sisi qadar, yaitu keyakinan bahwa
Allah telah menakdirkan orang tersebut untuk
diuji dengan kemaksiatan. Kesadaran bahwa objek dakwah yang terjatuh dalam
kemaksiatan dan bid'ah juga karena kehendak Allah sebagai ujian atasnya, akan
membuat kita memandang orang tersebut dengan pandangan rahmat, sehingga kita
termotivasi untuk menyelamatkan orang tersebut dari kemaksiatan dan bid'ah
serta menunjukinya pada jalan hidayah.
Tidak seperti sebagian orang yang ketika melihat
orang lain diuji dengan kemaksiatan dia lantas berusaha dengan sekuat mungkin
mendorong orang tersebut semakin jauh kedalam api neraka tanpa berharap agar
orang tersebut mendapat hidayah. sambil berkata: Orang tersebut tidak akan
diampuni oleh Allah.
Aku mewasiatkan kepada setiap da'i untuk
bersungguh-sungguh dalam mengajak orang lain kepada hidayah"
Faidah dari Majelis beliau dalam syarh
Kitaabuttauhiid..
---------------------------
Rabu 14-02-1435 H
021. JATI DIRI KEMUSLIMAN KITA
Sebagai muslim, kita semestinya menjadi pusaran-pusaran
manfaat bagi orang lain yang menaruh harapan besar pada jati diri kemusliman
kita.
Disetiap pilihan hidup -sebagai apapun- kemusliman kita
harus memberi kemanfaatan. Sebab hanya orang yang selalu memberi manfaat kepada
sesama yang akan mampu memancarkan cahaya islam dalam performa yang luhur.
Rasulullah shallahu
alaihi wasallam bersabda"
1. "Manusia yang paling dicintai Allah adalah
yang paling bermanfaat bagi manusia,
2. Pekerjaan yang paling dicintai Allah adalah
menggembirakan seorang muslim,
3. atau menjauhkan kesusahan darinya,
4. atau membayarkan hutangnya,
5. atau menghilangkan laparnya.
6. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang
muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri'ktikaf di masjid
ini (masjid Nabawi) selama sebulan,
7. Barangsiapa yang menahan amarahnya niscaya Allah
akan menutup aibnya,
8. dan barangsiapa yang menahan murkanya padahal
jika dia kehendaki melampiaskannya pasti ia lampiaskan niscaya Allah akan
memenuhi hatinya dengan keridhaan pada hari kiamat,
9. dan baragsiapa yang berjalan bersama saudaranya
muslim untuk sebuah keperluan hingga urusannya selesai, niscaya Allah akan
tetapkan telapak kakinya pada hari ketika telapak kaki-telapak kaki tergelincir
(hari kiamat)
10. dan sungguh akhlak yang buruk benar-benar akan
menghancurkan amalan sebagaimana cuka menghancurkan madu."
(HR. Ath Thabrani di dalam Al Mu'jam Al Kabir, no.
13646, Dan Ibnu Abid Dunya dalam Qadhaa'ul hawaaij dari Ibnu Umar Radhiallahu
anhuma serta dihasankan oleh al Albani di dalam Silsilah Al Ahadits Ash
Shahihah no. 906)
-----------------------------------------
Madinah, Kamis 15-03-1435 H
022. ANTARA MENGINGAT ALLAH DAN MEMBICARAKAN MANUSIA
Prof DR. Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaily berkata:
قال مكحول: (ذكر الله شفاء وذكر الناس داء) قلت :الشفاء الذي في ذكر الله طمأنينة القلب، والداء الذي في ذكر
الناس قسوة القلب
Makhul berkata: "Mengingat Allah Adalah obat,
sementara membicarakan manusia adalah penyakit"
Saya katakan bahwa, "obat yang terdapat dalam
mengingat Allah adalah ketentraman hati, sedangkan penyakit yang (timbul) saat
membicarakan manusia adalah kerasnya hati".
---------------------------------------
Madinah Kamis 15-03-1435 H
023. BAHAYANYA VIRUS V7 U8
Astagfirullah....
Ternyata dalam waktu yg relatif singkat virus itu dapat menyebabkan disfungsi
hati. Banyak jiwa yg tak selamat dari serangan virus mematikan ini, kecuali
mereka yg dirahmati Allah.
Dikabarkan virus ini bisa menyerang siapa saja jika sistem Imannya lemah. Namun
fakta yang menarik bahwa virus ini lebih sering menyerang para Penuntut Ilmu,
Da'I, Qori', Penghafal Qur'an dan yang semisalnya.
Menurut para ahli jika belum kronis virus ini dapat diteksi sejak dini.
Gejala awal yg timbul biasanya perasaan bangga terhadap diri sendiri. Bila
telah memasuki stadiun akhir, pengidap akan cenderung menolak kebenaran dan
suka merendahkan orang lain.
Virus itu bernama V7 U8 (Baca=UJUB)
Hingga berita ini diturunkan para ahli belum menemukan vaksin yg lebih ampuh
dari Tawadhu dan Do'a.
Direkomendasikan untuk mengkonsumsi pil Ikhlas setiap saat sebelum melakukan
amal sholeh.
Demikian Sekilas Info.
------------------------------------
Madinah Jum'at 16-03-1435 H
024. MAAFKAN BILA DIA TAK SEMPURNA
من ذا الذي ماساء قط؟
ومن له الحسنى فقط؟
Siapakah yang tak pernah salah…?
Dan siapakah yang hanya punya kebaikan saja..?
Begitu kata orang arab… Karena seonggok daging yang
bernama manusia itu adalah tempat salah dan lupa. Menuntut kesempurnaan darinya
hanya akan membuat kita lelah.
Orang yang mencari sahabat yang sempurna tanpa cela
seperti orang hendak menegakkan benang yang
basah, semua sia-sia dan akan selalu berakhir dengan sepi tanpa kawan.
Diriwayatkan bahwa Raja bin Haiwah -rahimahullah-
berkata:
"من لم يؤاخ إلا من لاعيب فيه قل صديقه، ومن لم يرض من صديقه إلا
بالإخلاص له دام سخطه، ومن عاتب إخوانه على كل ذنب كثر عدوه"
“Barangsiapa yang hanya bersahabat dengan orang
yang (menurutnya) tidak tercela, akan sedikit sahabat yang dimilikinya.
barangsiapa yang hanya mengharapkan keikhlasan dari sahabatnya, ia akan selalu
mendongkol. Dan barangsiapa yang mencela sahabatnya atas setiap dosa yang
dilakukan mereka, dia akan banyak memiliki musuh.” (“Siyaru A’laamin Nubalaa’
IV:557)
Berhentilah menuntut kesempurnaan dari sahabatmu,
karena kesempurnaan hanya milik Allah..
----------------------------------
Jeddah, Sabtu 17-03-1435 H
025. CERMIN DAN KETULUSAN
Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda:
المؤمن مرآة أخيه، والمؤمن أخو
المؤمن؛
"Seorang Mu'min adalah cermin bagi saudaranya. Seorang mukmin adalah
saudara bagi mukmin yang lain." (HR. Abu Daud dari Abu Hurairah
-radhiallahu anhu-)
Sahabat...
Bukan tanpa alasan bila dalam potongan hadits diatas Rasululullah shallallahu
alaihi wasallam memilih cermin sebagai perumpamaan seorang mu'min.
Itu karena tak ada yang lebih tulus dari cermin.
Iya, cermin tempat berkaca sebagian kita diwaktu pagi.
Cermin tak pernah berdusta, dia selalu berbicara pada puncak kejujurannya.
Dalam diamnya, dia memberitahu apa adanya tentang kita.
Dia juga tak pernah menyimpan dendam, sebab ketulusannya paripurna.
Kita bisa merasa apa saja di depannya. Merasa hebat, tampan, cantik, atau apa
saja, bahkan kita bisa memanipulasi jiwa dan hati kita dengan apa saja, namun
apa yang dia lihat dari kita akan ditampakkan apa adanya.
Bila kita telah pergi, ia tidak akan menyimpan bayangan wajah kita di dalamnya.
Begitu juga seorang mu'min, dia tidak akan membeberkan kekurangan saudaranya
pada orang lain.
Dia akan akan menutupi kekurangan itu, seperti cermin yang tak membiarkan
bayangan orang lain tinggal di dalamnya.
Ketulusan cermin, sejatinya adalah pekerjaan hati, memerlukan seni untuk
menatanya. .
Seperti cermin yang tak boleh buram, maka ketulusan seorang mukmin tak boleh
ternodai oleh kepentingan-kepentingan apapun, termasuk cara kita memaknai
ketulusan itu.
Atau kepentingan lain yang mencari manfaat dari ketulusan itu.
Ketulusan haruslah terwujud pada pribadi mu'min yang shaleh, agar dia menjadi
cermin hidup bagi saudaranya.
----------------------------------
Jeddah Sabtu 17-07-1435 H
026. TERSENYUMLAH.. WALAU SEMUA TAK SEINDAH
YANG KAU LUKISKAN
Sahabat…
Kita boleh berhitung soal apa saja, tapi tidak soal
taqdir.
Tersenyumlah…
Karena rizkimu tidak akan dimakan orang lain,
Jodohmupun tidak akan tertukar,
Di akhirat kelak, engkau hanya akan ditanya tantang
amalmu,
bukan tentang apa yang diamalkan orang lain.
Tersenyumlah…
Walaupun semua tak seindah yang kau lukiskan.
Jika hari ini engkau tak bisa menjadi seperti yang
kau inginkan, maka yakinilah…, bahwa engkau hanya berpindah dari satu takdir ke
takdir yang lain.
Jalanilah hari ini dengan amal-amal terbaik..
Tak perlu cemas untuk esok yang belum tentu kau
lalui..
Cukup tuliskan saja semua rencana esokmu itu dengan
azam yang kuat.
Namun ingat...!!! Di ujung semua goresan rencana
itu, ada pena yang telah di angkat dan lembaran-lembaran taqdir yang telah
mengering.
---------------------------------
Senayan 12-01-2013 M
027. KETIKA SI JAHIL DIAM
. لو
سَكَتَ الجاهل ما اختلفَ الناس
"Kalu orang jahil diam, niscaya manusia tidak akan
berselisih"
Kalimat itu adalah kalimat pertama dalam pesan singkat
yang saya terima sore ini dari seorang sahabat.
Sayapun teringat ungkapan lain yang mengatakan,
"Jika orang alim bicara, khilaf akan semakin sedikit dan kesatuan lebih
bisa diharapkan. Namun jika si jahil bicara, khilaf akan semakin besar, dan
pintu persatuan semakin tertutup rapat"
Saya katakan: "Dizaman fitnah seperti saat ini
perbedaan itu akan semakin bisa diminimalisir jika si jahil sadar akan
kejahilannya lalu bertanya, dan orang pintar mengerti kapan dia harus diam dan
bicara.
Karena diamnya orang yg bodoh tidak selalu baik. Kewajibannya
adalah bertanya kepada orang yang berilmu. Pepata arab mengatakan:
"Orang yang jahil terhadap sesuatu akan
cenderung memusuhi sesuatu itu"
Jangan heran jika ada orang yang memilih memusuhi
sunnah dan mencintai bid'ah. Semua itu berangkat dari katidaktahuan mereka.
Guru saya pernah bilang, "kalau kau bertemu
dengan pelaku bid'ah, jangan langsung mencelanya. Ajari dia tentang sunnah.
Karena pengajaran dan nasehat tulusmu lebih
dibutuhkannya ketimbang celaanmu.
Aku tau watak orang-orang negrimu.
Berlemah-lembutlah...
Raihlah simpati mereka dengan akhlakmu sebelum
ilmumu...
Ingat..!!
Indonesia bukan Saudi atau Yaman,
Jadi pelan-pelanlah..
Aku dan Diaryku
Ahad 18-03-1435 H
029. ANDA SEORANG SUAMI...????
Jika iya, maka pelan-pelanlah...
Karena dipuncak kemuliaannya sebagai seorang nabi,
pemimpin negara dan ummat, Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- tetap
menjahit sendiri sendalnya yg rusak dan menjahit bajunya yang robek.
Meringankan beban istri bukan pilihan yang menghinakan,
tapi ia seperti inagurasi ditepian paling jauh dari kesadaran kita akan
kebersamaan dalam berumah tangga serta
penolakan terhadap egoisme pribadi sebagai suami.
Bahkan disaat-saat tertentu ia bisa berubah menjadi
ungkapan cinta dalam makna yang lain.
lstri adalah teman hidup dan bukan pembantu. Allah
telah menamainya زوجة
(istri) bukan خادمة
(pembantu) atau عاملة
(pekerja).
Jadi... STOP KDRT (Kesewenang-wenangan Dalam Rumah
Tangga)
Untuk para jomblo, "STOP HIDUP
MEMBUJANG..!"
Madinah 18-01-1435 H
030. ORANG BEJO' ITU, BICARA BAIK ATAU DIAM
Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا
أَوْ ِ
ليَصْمُتْ
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari
kemudian, maka hendaklah ia berkata baik atau diam. (Hadits Muttafaq alaih)
Di dalam Al-Minhaaj, Imam Nawawi - rahimahullâh- dalam
penjelasannya berkata:
"Adapun sabda Rasulullah -shallallahu alaihi
wasallam-, “maka hendaklah ia berkata baik atau diam” artinya ketika seseorang
ingin berbicara hendaklah dilihat apakah ucapannya mengandung kebaikan dan
kebenaran yang membuatnya mendapatkan ganjaran pahala wajib atau sunnah, maka
berbicaralah. Tapi jika tidak, tahanlah diri untuk tidak berbicara"
Imam Syafi’i ketika mengomentari hadits di atas
berucap, “Bila hendak berbicara, berfikirlah terlebih dahulu. Jika ucapan itu
tidak mengandung kemudharatan, maka berkatalah. Namun bila mengandung
kemudharatan atau keraguan, maka tahanlah diri.”
Pepatah arab mengatakan:
الحلم زين والسكوت سلامة # فإذا نطقت فلا تكن مهذارا
ما إن ندمت على سكوتى مرة # ولقد ندمت على الكلام مرارا
Welas asih itu adalah keindahan, sementara diam
adalah keselematan.
Jika engkau berucap, jangan sampai berlebihan
Aku tak pernah menyesali diamku walau sekali saja
Namun sungguh aku menyesali perkataanku
berkali-kali
Suatu ketika Sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq
-radhiallahu anhu-. memegang ujung lidahnya dan berkata:
هَذَ الَّذِيْ أَوْرَدَنِي الْمَوَارِدَ
“Ini yang bisa membawaku pada salah dan celaka di
dunia dan akhirat.”
Imam Ibnu Hibban al-Busti -rahimahullah-
menjelaskan:
الواجب على العاقل أن ينصف أذنيه من فيه ويعلم أنه إنما جعلت له أذنان
وفم واحد ليسمع أكثر مما يقول
"Orang berakal harus banyak mempergunakan
kedua telinga daripada lisan. Dia harus menyadari bahwa ia diberi dua buah
telinga dan satu mulut supaya ia lebih banyak mendengar daripada berbicara.
Setidaknya.. hadits dan petuah salaf diatas
mengajari kita untuk menahan diri dari pembicaraan yang tidak mengandung
kebaikan dan manfaat. Sebab tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan
apa yang tidak bermanfaat bagi dunia dan akhiratnya.
Wallahu a'lam
Madinah Senin 19-03-1435 H
جواب للسائل
بسم الله الرحمن الرحيم
أحبتى فىالله......
تلقيت فى هذه الأيام بعض الرسائل عبر الوس أب والفيسبوك.
معظمها أسئلة عن الأشخاص
فأقول مستعينا بالله...
أنه لا يتكلم في هذا الباب إلا أصحاب الشأن ولست منهم..
ولا بد أن يؤتي البيوت من أبوابها.. أما مجرد التشهى و التقليد الأعمى عاريا عن
معرفة أصول الفقه والحديث فضلا عن ضوابط الجرح والتعديل فالأولى لمن هذه حاله
-مثلى- أن يسكت و يسعى إلى ما يصلح به دينه
ودنياه.
لأن تدخل الأصاغر فى مسائل الكبار يزيد الطين
البلة...
وهذا مما يؤسف فى هذه الأيام الأخيرة
ولتعلم يا أخى... أن هناك من يصطاد في الماء العكر و
يسعى فى تمزيق جسد الأمة وتقطيعها أستات و عزين...
فالحذر الحذر....
تكلم بالعلم أو اسكت بالحلم وابتعد عن أعراض الناس
تصان أعراضكم...
واعلم ياأخى... إن من الشَّناعة.. تطاولُ السفهاء على
صالحي العلماء. قال تعالى (يا أيها الذين آمنوا لا تكونوا كالذين آذوا موسى
فبرَّأه الله مما قالوا) والعالم وريث الأنبياء
لا تكن مثل هؤلاء الذين فى قلوبهم مرض. تركوا أهل
الإفساد والفساد وانشغلو بأهل الصلاح والإ صلاح....
قال الشيخ عبد الكريم الخضير:
الكلام في النَّاس، وأعراض المُسلمين كما يقول ابن
دقيق العيد حُفرة من حُفر النَّار، يقول: وقف على شفيرها العُلماء والحُكَّام، ما
دامُوا على شفيرها، وهُم مُضطرُّون للكلام في النَّاس فكيف بمن عافاهُ الله من هذه
المسألة وهذه المُشكلة؟! لأنَّ الذِّي يتكلَّم في النَّاس ولو لحاجة لا يكاد أنْ
يَسْلم؛ فإمَّا أنْ يزيد أو ينقص، فمن ابتُلي ونُصِبَ لهذا الأمر فليستعن بالله
وليتحرَّ الإنصاف، ومن عافاهُ الله، فالسَّلامة لا يَعدلها شيء، وأَهَمُّ ما على
الإنسان أنْ يُحافظ على مُكتسباتِهِ، فإذا كان يُنفق الأموال بالغَلَقِ والأبواب
وخشية اللُّصُوص... فكيف بما يُنجيهِ يوم القيامة من الحسنات التِّي تعب على كسبها
وتحصيلها ثُمَّ بعد ذلك فرَّقها على فُلان وعلاَّن ممّن لا يرتضيه؟! لأنَّ الذِّي
يرتضيهم لا يأتيه من حسناته شيء...لماذا؟ لأنَّهُ لا يغتابهم؛ إنَّما يغتاب أُناس
لا يرتضيهم، وحسناتُهُ تذهب إلى هؤُلاء الأشخاص الذِّين لا يرتضيهم، فعلى الإنسان
أنْ يُحافظ، لا يأتي مُفلساً يوم القيامة، فتُوزِّع حسناته على خُصُومُهُ، فإذا لم
يبقَ لهُ شيء انتهى من الحسنات، وإنْ بقي لهُم شيء أُخِذَ من سيِّئاتهِم وأُلقِيَت
عليهِ فَطُرِح في النَّار نسأل الله السَّلامة والعافية؛ فعلى الإنسان أنْ يُحافظ
على مُكتسباتِهِ، فإذا كان التَّفريط بالدَّراهم والدَّنانير جُنُون... فكيف بمن
يُفرِّط بما هو بأمسِّ الحاجة إليه في يوم يجعل الولدانِ شيباً".
واعلم أن أعظم أسباب فشل الأمة وهزيمتها النزاع في
الجزئيات في زمن صراع الكليات.قال تعالى: (ولا تنازعوا فتفشلوا وتذهب ريحكم
واصبروا إن الله مع الصابرين)
وقال الشيخ صالح آل الشيخ فى مقدمة كتابه هذه
مفاهيمنا ما نصه:
" إن الفتن في هذا الزمان تتابعت، وتنوعت
وتكاثرت، فمنها الفاتن للجوارح، ومنها الفاتن للقلوب، و منها الفتَّان للعقول
والفهوم .
و قد خاض أناسٌ في الفتن غير مبالين، وخاض أناسٌ غير
عالمِين، وخاض فئامٌ عالمِين، و خاضت جماعات مقلدين !!
حتى أصبح ذو القلب الحي ينكر مَن يراه و ما يراه !!
فلا الوجوه بالوجوه التي يَعرِف ، و لا الأعمال
بالأعمال التي يَعهَد ،
و لا العقول بالعقول المستنيرة، و لا بالفهوم المنيرة
.
فهو مخالطٌ للناس بجسمه، مزايلٌ لهم بعمله، يعيش في
غربته بين بني جلدته ، حتى يأذن الله بحلول الأجل فيلحق – إن عفا الله و غفر – بمن
يفك غربته و يؤنس وحشته ! ..."
فعليك يا أخى السا ئل بسؤال الكبار و صحبة الأخيار إن
أردت الراحة في تلك الدار ، وتنفك من رق الأغيار
هذا، و صلى الله على نبينا محمد و على آله وصحبه
أجمعين....
كتبه : الفقير إلىعفو ربه أبو الفيروز الغرنتالى الأندونيسي
صبيحة يوم الثلاثاء ٢٠-٠٣-١٤٣٥ من الهجرة النبوى على
صاحبها أفضل الصلاة وأتم التسليم
031. KEPINTARAN, DULU DAN KINI
Dahulu.., Para salafussholeh memulai pelajaran hidup
mereka dari aspek mental (akhlak).
Sehingga kepintaran bagi mereka adalah iffah,
kebersihan jiwa serta pilihan hidup yang terhormat.
Tapi hari ini... Sebagian orang memulai pelajaran
hidupnya dengan dialektika-dialektika kepintaran. Maka yang terjadi adalah,
"kepintaran" selalu saja melahirkan ide-ide liar tentang pembenaran terhadap nilai-nilai yang keliru dan
menyimpang.
Sehingga tak jarang kita mendengar orang-orang
"pintar" itu menamakan ekspresi seni untuk sebuah penghinaan terhadap
Tuhan dan simbol-simbol agama lainnya.
Orang-orang "pintar" itu juga bahkan
punya definisi sendiri soal kepatutan, pornografi dan kebebasan.
Lalu semua ditopang oleh industri istilah yang
setiap saat melahirkan merek baru untuk berbagai macam produk lama
pembangkangan terhadap syari'at.
Sungguh memilukan "kepintaran" model ini.
Kepintaran yang tak kunjung mengantarkan pemiliknya
pada kematangan jiwa, tingginya budi pekerti serta kesadaran bahwa dia tak
lebih dari seonggok daging yang tercipta untuk suatu pengabdian.
Allah berfirman: "Katakanlah: "Maukah
Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?
Yaitu orang-orang yang tersesat jalannya dalam
kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka telah melakukan
perbuatan yang paling baik" (QS:18:103-104)
Wal iyaadzu billah....
Madinah 8 Muharram 1435 H
032. LELAKI TUA DAN SEUTAS TALI.
Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad
Al-Badr -hafidzahullah- berkata:
رأيتُ في قريةٍ صغيرةٍ شرق المدينة حبلًا ممدودًا من بيت إلى باب
المسجد فسألتُ عنه؛ فقيل: هذا بيتُ رجلٍ كبير سنٍّ كفيفِ البصر ليس له قائدٌ،
فيُمسك بهذا الحَبل عند كلِّ صلاةٍ ذهابًا للمسجد وإيابًا لبيته، فما حال معاشِر
الشَّباب الأصِحَّاء الأقوياء المبصِرين؟
Di sebuah desa kecil di timur Madinah saya melihat seutas tali memanjang dari
sebuah rumah hingga pintu sebuah Masjid, sayapun bertanya perihal tali itu,
maka dikatakan, rumah itu merupakan tempat tinggal seorang lelaki tua renta
yang buta dan dia tidak punya penuntun (untuk mengantarkannya ke Masjid pen.),
Dia berpegangan pada tali ini setiap kali berangkat ke Masjid untuk sholat dan
juga saat pulang.
Lalu bagaimana dengan kondisi para pemuda yang
sehat, kuat, dan bisa melihat (namun tidak mau sholat di Masjid..? pen.)
Sumber: al-badr net
Rabu 21-03-1435 H
032. BUNDA.. AKU PASTI KEMBALI
(Sajak cinta seorang anak yang merindukan ibunya)
لَسِوْفَ أَعُوْدُ يَا أُمِّي ... أُقَبِّلُ رَأْسَكِ الزَّاكِي
Aku akan kembali wahai bunda … untuk mencium keningmu
yang suci
أَبُثُّكِ كُلَّ أَشْوَاقِي ... وَأَرْشُفُ عِطْرَ يُمْنَاكِ
Akan aku tumpahkan seluruh kerinduanku sambil aku
mengecup wanginya tangan kananmu
أُمَرِّغُ فِي ثَرَى قَدَمَيْكِ ... خَدِّي حِيْنَ أَلْقَاكِ
Akan kuhamparkan pipiku di hamparan pasir yang ada
di kedua kakimu jika ku bertemu denganmu wahai bunda
أُرَوِّي التُّرْبَةْ مِنْ دَمْعِي ... سُرُوْرًا فِي مُحَيَّاكِ
Akan kubasahi tanah dengan air mataku… Karena
gembira bertemu denganmu bunda
فَكَمْ أَسْهَرْتِ مِنْ لَيْلٍ ... لِأَرْقُدَ مِلْءَ أَجْفَانِي
Betapa sering engkau terjaga di malam hari... Agar
aku tertidur pulas menutup pelupuk mataku
وَكَمْ أَظْمَئْتِ مِنْ جَوْفٍ. .. لِتُرْوِيْنِي بِتَحْنَانِي
Betapa sering lehermu kering kehausan, agar engkau
bisa menghilangkan dahagaku dengan kelembutan dan kasih sayangmu
وَيَوْمَ مَرِضْتُ لاَ أَنْسَى ... دُمُوْعًا مِنْكِ كَالْمَطَرِ
Di hari tatkala aku sakit.. tidak akan aku lupakan
air matamu yang mengalir seperti derasnya hujan
وَعَيْنًا مِنْكَ سَاهِرَةً ... تَخَافُ عَلَيَّ مِنْ خَطْرٍ
Dan tidak akan aku lupakan matamu yang terjaga
menahan kantuk karena mengkhawatirkan aku
وَيَوْمَ وَدَاعِنَا فَجْرًا ... وَمَا أَقْسَاهُ مِنْ فَجْرِي
Hari itu, saat kita berpisah di pagi hari… sungguh
itu adalah pagi yang paling menyedihkan bagiku
يَحَارُ الْقَوْلُ فِي وَصْفِ ... الَّذِي لاَقَيْتِي مِنْ هَجْرِي
Mungkin kata-kata tidak mampu mengungkapkan
kesedihanmu akibat kepergianku
وَقُلْتِ مَقَالَةً لاَ زِلْتُ ... مُدَّكِرًا بِهَا دَهْرِي
Dulu engkau pernah mengucapkan sebuah perkataan
yang akan selalu kuingat sepanjang kehidupanku :
مُحَالٌ أَنْ تَرَى صَدْرًا ... أَحَنَّ عَلَيْكَ مِنْ صَدْرِي
"Engkau tak akan mendapatkan dada yang lebih
lembut dan sayang kepadamu daripada dadaku"
بِبِرِّكِ يَا مُنَى عُمْرِي ... إِلَهُ الْكَوْنِ أَوْصَانِي
Pemilik semesta telah berwasiat kepadaku untuk
berbakti kepadamu hingga akhir hayatku
رِضَاؤُكِ سِرُّ تَوْفِيْقِي ... وَحُبُّكِ وَمْضُ إِيْمَانِي
Keridhoanmu merupakan kunci kesuksesanku… dan
mencintaimu adalah cahaya keimananku
وَصِدْقُ دُعَائِكِ انْفَرَجَتْ ... بِهِ كُرَبِي وَ أَحْزَانِي
Dengan ketulusan doamu maka sirnalah kesulitan dan
kesedihanku
وِدَادُكِ لاَ يُشَاطِرُنِي ... بِهِ أَحَدٌ مِنَ الْبَشَرِ
Kecintaan tulusku kepadamu tidak akan terbagi
kepada seorangpun
فَأَنْتِ النَّبْضُ فِي قَلْبِي ... وَأَنْتِ النُّوْرُ فِي بَصْرِي
Bunda.... engkau menyertai gerak hatiku… dan engkau
adalah cahaya mataku
وَأَنْتِ اللَّحْنُ فِي شَفَتِي ... بِوَجْهِكِ يَنْجَلِي كَدَرِي
Bunda... engkau adalah senandung yang menyertai
lisanku… dengan memandangmu maka hilanglah kegelisahanku
إِلَيْكِ أَعُوْدُ يَا أُمِّي ... غَدًا أَرْتَاحُ مِنْ سَفَرِي
Aku akan kembali kepadamu wahai Bunda..., esok… dan
aku akan beristirahat dari perjalanan jauhku
وَيَبْدَأُ عَهْدِيَ الثَّانِي ... وَيَزْهُو الْغُصْنُ بِالزَّهْرِي
Aku akan memulai lembaran baru bersamamu bunda…
Ranting-rantingpun akan berhiaskan bunga (menyambut masa itu)
Diterjemahkan oleh: Abulfayruz El Gharantaly dari:
muntada.islammessage.com
Madinah 22-03-1435 H
000. BILA TAK PERLU, KENAPA HARUS BICARA..?
Saya pernah mendengar Syaikh Abdurrazzaq Al Badr
-hafidzahullah- berkata:
"Membicarakan mukhoolif (orang yg menyelisihi
manhaj) tanpa suatu keperluan baik untuk membantah atau mengingatkan ummat
adalah ghibah. Seperti menjadikan mereka sebagai bahan tertawaan atau pelengkap
majelis."
Pepatah arab mengatakan:
الحلم زين والسكوت سلامة # فإذا نطقت فلا تكن مهذارا
ما إن ندمت على سكوتى مرة # ولقد ندمت على الكلام مرارا
Welas asih itu adalah keindahan, sementara diam
adalah keselematan.
Jika engkau berucap, jangan sampai berlebihan
Aku tak pernah menyesali diamku walau sekali saja
Namun sungguh aku menyesali ucapanku berkali-kali
Semoga Allah menjaga lisan-lisan kita dari petaka
ghibah.
033. SEKALI LAGI.. KEMBALILAH KE MAJELIS
ILMU.
"Dulu ilmu ini adalah sesuatu yang sangat mulia,
sebab dari mulut ulama ilmu itu di ambil. Namun ketika ilmu itu pindah kedalam
lembaran-lembaran buku, lenyaplah cahayanya lalu berpindahlah pada orang yang
bukan ahlinya".
(Imam Al Auza'i -rahimahullah- diterjemahkan dari
shaidul fawaaid)
Catt:
Mengambil ilmu langsung dari para ulama merupakan sunnah para salafussholeh. Bahkan dulu mereka melarang para
penuntut ilmu menimba ilmu dari orang yg hanya mengandalkan bacaan saja tanpa
duduk dimajelis ilmu.
Ibnu Aun -rahimahullah- berkata:
"Janganlah kalian mengambil ilmu kecuali dari
orang yang dikenal telah menuntut ilmu dari ulama"
Sulaiman bin Musa -rahimahullah- juga berkata:
"Ilmu tidak diambil dari seorang kutu buku"
(At-Tamhid jilid: 1 hal: 44-45)
Diantara faidah menimba ilmu dari ulama/ustadz
adalah:
1. Menghemat waktu
2. Meminimalisir kesalahan
3. Ilmu akan tertanam kuat dalam ingatan, sebab apa
yang didengar jauh lebih mudah diingat ketimbang apa yang dibaca.
4. Belajar Ilmu dan Akhlak pada waktu bersamaan.
Sekali dayung dua tiga pulau terlampau. Bila ilmu tak dapat paling tidak akhlak
sang guru/ustadz
5. Meraih ketenangan dan keberkahan majelis serta
doa semesta.
Apakah mendengarkan mp3 memiliki hukum yang sama
dengan talaqqi..?
Tidak sama dari banyak sisi. Tapi mendengarkan
kajian melalui Mp3 atau video insyaallah cukup bagi yg tdak memiliki waktu
untuk duduk dimajelis ilmu.
Hanya saja, hukum asalnya adalah duduk di majelis
ilmu sebab didalamnya ada musyafahan dan musaa'alah yg tidak bisa dilakukan
dengan hanya mendengarkan mp3 saja. Disamping keberkahan, ketenangan, dan janji
surga yang diberikan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
"Barangsiapa yang menempuh jalan dalam mencari
ilmu, Allah akan memudahkan jalannya menuju surga"
Bagi muhasshil yg telah menguasai rukun ilmu
(Ushulul Hadits, Ushulul Fiqh, Ushuulul lughah) tidak mengapa bila dia membaca
sendiri, namun bila menemukan sesuatu yg sulit untuk difahami hendaknya dia
kembali bertanya pada guru pembimbingnya. [1]
[1]. Faidah diatas kami terima saat menemani syaikh
Amir Al Qarawy ke Makkah setahun yg lalu. Beliau adalah Mahasiswa S3 jurusan
Aqidah. Merangkap sebagai dosen UIM dan Qari' tetap syeikh Ali Nasheer Faqihy
-hafidzahullah- juga Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaily.
Ditepi laut merah 19-01-1435 H
Diedit ulang 22-03-1435 H
034. SEJENAK BERSAMA CINTA
Semua jika didefinisikan akan menjadi jelas.. Kecuali
cinta..
Segala definisi dan gambaran yang dikatakan orang
tentang cinta tidak akan bisa mengungkap hakikatnya. Karna cinta adalah
pekerjaan hati yang tak bisa dibaca. Ia hanya akan terbaca dari perubahan sikap
sang pecinta terhadap sesuatu yang dicintai.
Jika kita bertanya pada 1000 orang tentang definisi
cinta, maka kita akan mendapatkan 1000
definisi. Karena setiap definisi adalah terjemahan dari apa yang dirasakan
setiap orang, sementara perasaan setiap orang berbeda-beda.
Imam Ibnu Qayyim mengatakan, "Tidak ada
batasan cinta yang lebih jelas daripada kata cinta itu sendiri; memba-tasinya
justru hanya akan menambah kabur dan kering maknanya. Maka batasan dan
penjelasan cinta tersebut tidak bisa dilukiskan hakikatnya secara jelas,
kecuali dengan kata cinta itu sendiri".
(Madarijus-Salikin Jilid: 3 hal: 10)
Lebih jauh beliau menjelaskan:
“Sesungguhnya orang yang mencintai sesuatu akan
merasakan lezatnya cinta manakala yang dicintainya itu mampu membuatnya lupa
dari musibah yang menimpanya. Ia tidak merasa bahwa itu semua adalah musibah, walau
kebanyakan orang merasakannya sebagai musibah.
Bahkan cinta itu semakin kuat, hingga ia semakin
menikmati dan meresapi setiap musibah yang ditimpakan oleh Dzat yang ia cintai.
(Madarijus-Salikin jilid: 3 hal: 38).
Cinta juga bukan semata pengakuan, namun ada
konsekwensi di dalamnya. Dalam kitab Thariqul Hijratain beliau mengatakan:
"Jika cinta telah menghujam di dalam hati,
maka panggilan untuk memprioritaskan sesuatu yang dicintai itu akan selalu ada.
Dan ini merupakan bukti kuatnya cinta. Jika dia memprioritaskan selain yg
dicintainya, itu tanda bahwa dia tidak jujur dalam cintanya, meskipun dia
menklaim bahwa ia benar-benar cinta" (hal: 586)
Cinta yang tulus akan membuat orang yang mencintai
selalu merasakan kehadiran orang yang dicintanya.
Beliau mengatakan: “Orang yang tulus dalam cintanya
akan selalu merasa diawasi oleh yang dicintainya, orang yang selalu menyertai
hati dan raganya. Dan diantara tanda cinta yang tulus ialah (keyakinan sang
kekasih) yang selalu merasakan kehadiran kekasihnya yang mengawasi (semua)
perbuatannya" (634)
Catt:
Tentunya,, apa yang disebutkan oleh beliau
-rahimahullah- adalah cinta dalam makna Ubuudiyah yang tidak diperuntukkan pada
selain Allah.
Cinta yang demikian merupakan pokok keimanan dan
tauhid dimana pelakunya akan mendapatkan balasan pahala yang tak terhingga.
Jika cinta ini dipalingkan kepada selain Allah maka
dia akan terjerumus dalam cinta terlarang yaitu syirik.
Cinta ini mampu merubah terik Dzuhur menjadi sejuk,
membuat dinginnya subuh tak lagi berarti, membuat mata terjaga diujung malam,
lapar dan dahaga disiang ramadhan tak lagi terasa, terjalnya jalan dakwah
menjadi mudah dilalui, dan merubah cacian pendengki menjadi syair penyemangat.
Yang jelas cinta jenis ini akan melahirkan
ketundukan penuh pada perintah-Nya dan pengharapan penuh pada janji-Nya
sehingga semua ibadah terasa ringan dan menyenangkan. Karena cinta ini, cinta
orang yang beriman. Allah berfirman:
والذين آمنوا أشد حبا لله
"Dan orang-orang yang beriman itu amat sangat
cintanya pada Allah" (QS: Al Baqarah: 165)
Sabtu 24-03-1435 H
035. SYAIKH ABDURRAZZAK BERKISAH
Prof. Dr. Abdurrazzaq Al Badr mengisahkan:
Disebuah negeri yang pernah aku kunjungi dulu, aku
mendapati seorang da'i yang sibuk dengan ilmu dan berbagai kegiatan dakwah.
Akupun bertanya, "Dengan rutinitas yg padat seperti ini bagaimana engkau
menghidupi diri dan keluargamu..?
Diapun menjawab,
"Suatu ketika saudaraku mengajakku untuk duduk
berdiskusi, dia berkata padaku: "Wahai
saudaraku, aku tak punya waktu dan kemampuan untuk menuntut ilmu, sedangkan
engkau punya kemampuan untuk itu (berkat taufiq Allah). Bagaimana kalau engkau
menyibukkan diri dengan menuntut ilmu dan biarlah aku yang bekerja memenuhi
keperluanmu dan keluargamu. Agar kau dan aku sama-sama meraih pahala."
Syaikh berkata: "Akhirnya orang tadi
sepenuhnya menanggung nafkah saudaranya beserta keluarganya, sampai-sampai apa
yang diberikan pada anak-anaknya juga diberikan pada anak saudaranya itu."
Qultu: Semoga kita menjadi orang selanjutnya dalam
kisah itu.
Catt: Kisah ini disampaikah beliau pagi tadi
setelah sholat subuh di Maskam Ibnu Baz UIM.
Madinah, Ahad 25-03-1435 H
036. BILA MEMANG SALAH, AKUILAH....
Suatu kali Syaikh Ali Thanthawi -rahimahullah- ditanya,
mengapa anda memendekkan jenggot wahai syaikh..?
Syaikh tertegun sejenak lalu menjawab:
"Aku tau kalau ini adalah sebuah kesalahan. Dan
aku tak ingin menggabungkan antara buruknya perbuatan dengan buruknya
perkataan. Aku sadar kalau aku dikalahkan oleh lingkungan dan kebiasaan kaumku,
semoga Allah memaafkan aku."
(Ma'an naas)
Sahabat.. Tak perlu mencari pembenaran bila
ternyata kita memang salah, tak usah memaksakan dalil bila ternyata perbuatan
kita berseberangan dengan dalil.
Mengakui kesalahan itu menunjukan kebesaran jiwa.
Masih ingat kan perkataan umar yg masyhur..?
"Kembali pada kebenaran itu lebih baik daripada berlama-lama dalam
kebathilan" atau perkataan beliau, "menjadi pengikut suatu kebenaran
lebih baik bagiku ketimbang menjadi pemimpin atas kebathilan"
Iya, tak perlu menggabungkan antara buruknya
perbuatan (mencukur jenggot) dan buruknya perkataan (memaksakan dalil).
Madinah 21-01-19435
037. KAPAN SEORANG MUSLIM BICARA
(Faidah dari syaikh Prof. DR. Abdurrazzak Al Badr
-hafidzahullah-)
Sebelum berbicara hendaknya seorang muslim
memperhatikan tiga hal pada ucapannya.
1. Bila ucapannya itu mengandung kemaslahatan pada
dunia dan akhiratnya, maka bicaralah.
2. Bila ucapannya mengandung keburukan (semacam ghibah)
perkataan kotor dan semisalnya, maka diamlah
3. Namun bila ia tidak tau apakah ucapannya mengandung kebaikan atau tidak, maka
barangsiapa yang menjauhi syubhat, sungguh ia telah menjaga agama dan kehormatannya.
Catt: Faidah ini dikutip secara ringkas dari ta'lim
beliau pagi ini setelah sholat subuh di Maskam Ibnu Baz UIM.
Senin 26-03-1435 H
039. DAN MALAMPUN TIBA
(edisi inspirasi pagi bersama Syaikh Prof. DR. Abdurrazzak Al Badr
-hafidzahullah-)
Sahabat Abu Barzah Al Aslamy -radhiallahu anhu- mengatakan: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum Isya dan ngobrol-ngobrol
setelahnya.” (HR. Bukhari)
Saat kunjungannya ke Qodisiyyah, sahabat Salman Al-Farisi -radhiallahu anhu-
berkata kepada Thoriq bin Syihab bahwa setelah sholat Isya kaum muslimin
terbagi menjadi 3 golongan :
1. Orang yang beruntung. lahu wala 'alaihi ( له ولا عليه )
2. Orang yang rugi. 'alaihi wala lahu ( عليه ولا له )
3. Orang yang impas. la 'alaihi wala lahu ( لا عليه ولا له )
Golongan pertama adalah mereka yang menghabiskan malam-malamnya dengan
ketaatan, seperti qiyamul lail, membaca al-Qur'an, mudzakaroh dan memuroja'ah
pelajaran, atau melakukan aktifitas ibadah-ibadah yang lain. Maka malam itu,
menjadi ladang amal baginya.
Sedangkan golongan yang kedua, adalah mereka yang mengisi malam-malamnya dengan
kemaksiatan. Syeikh berkata yang maknanya: "Seperti seseorang yang merasa
dirinya tidak diawasi Allah. Engkau dapati seorang pemuda sendiri didalam kamarnya.
Ia mengunci pitu kamarnya rapat-rapat. Bila telah yakin bahwa tak seorangpun yg
melihatnya, mulailah ia membuka situs-situs internet yang menyuguhkan tontonan
syahwat dll. Maka orang seperti ini, malam yang ia lalui merupakan bencana dan
petaka baginya. Wal iyaadzu billah.
Adapun golongan yang ketiga adalah mereka yang melalui malam-malamnya dengan
tidur, tidak beribadah, tidak pula bermaksiat, maka orang seperti ini tidak
mendapatkan apa-apa.
Bertanyalah pada diri.. Dimana kita diantara tiga golongan itu...?
Qultu:
Begadang setelah shalat ‘isya’ itu dibenci, jika bukan untuk perkara yang
bermanfaat. Sedangkan hikmahnya adalah;
Pertama: Agar seorang muslim tidur dalam keadaan suci.
Imam Abu Nashr Al Marwazy -rahimahullah- berkata: "Sesungguhnya Rasulullah
melarang begadang setelah Isya dikarenakan orang yang telah menunaikan sholat
Isya dosa-dosanya telah diampuni karena sholat tersebut. Dia juga melarang
mengobrol dengan orang lain karena ditakutkan dalam obrolan tersebut ada
sesuatu yang akan mengotori jiwanya setelah (jiwanya) disucikan. Agar dia tidur
dengan kesucian.”
Kedua: Agar sholat malam tidak terlewatkan.
Imam Ibnu Khuzaimah -rahimahullah- berkata :”Menurutku, sesungguhnya beliau
-shallallahu ‘alaihi wasallam- tidak menyukai obrolan / begadang karena akan
melemahkan semangat melakukan shalat malam. Sebab jika awal malam itu diisi
dengan obrolan, maka rasa kantuk akan menyebabkan berat baginya untuk bangun
diakhir malam. Dan akhirnya dia tidak bisa bangun malam. Kalaupun bangun, maka ia
tidak memiliki semangat untuk menegakan shalat malam.”
Imam Abu Nashr -rahimahullah- meriwayatkan bahwa Sufyan bin ‘Uyainah
-rahimahullah- berkata:
“ Aku berbincang-bincang setelah ‘isya’ yang akhir, maka akupun berkata :”
Tidak pantas bagiku tidur dalam keadaan seperti ini, akupun berdiri lalu
berwudlu, kemudian aku shalat dua raka’at dan meminta ampun. Aku mengatakan ini
semua tiidak untuk menyucikkan diriku, tetapi supaya sebagian dari kalian
mengamalkannya.”
Al-qashim bin Ayyub -rahimahullah- berkata : “Sa’id bin Jubair melakukan shalat
empat raka’at setelah ‘isya’ yang akhir. Kemudian aku mengajaknya bicara di
dalam rumahnya. Namun dia tidak menanggapai pembicaraanku tersebut”.
Abu Nasr -rahimahullah- berkata: Dari Khaitsamah bin Abu Ayyub berkata: “
Mereka lebih menyukai seseorang itu tidur jika telah melakukan Witir.”
Dulu, Sahabar Umar bin Al Khattab -radhiallahu anhu- sampai-sampai pernah
memukul orang yang begadang setelah shalat Isya, beliau mengatakan, “Apakah
kalian begadang di awal malam, lalu terlelap tidur diakhir malam ?!”
Sahabat..
Lihatlah keadaan salafussholeh..
Lalu bertanyalah pada diri..
Dimana kita diantara mereka..?
Hari ini... Sebagian kita melewati setiap kepingan malam dengan hal-hal yang
sia-sia, entah dengan main game, menyaksikan pertandingan bola dll.
Bahkan terkadang... Sebagian kita tak perduli dengan apa dia akan menutup
malamnya, apakah dengan kebaikan atau dosa.
Padahal.. Saat mata telah terpejam dimalam hari, kita tak pernah tau apakah
esok mata itu masih bisa menatap dunia atau tidak.
Menjelang tidur, didalam do'anya Rasul bersabda:
بِاسْمِكَ رَبِّيْ وَضَعْتُ جَنْبِيْ،
وَبِكَ أَرْفَعُهُ، فَإِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِيْ فَارْحَمْهَا، وَإِنْ
أَرْسَلْتَهَا فَاحْفَظْهَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ.
“Dengan nama Engkau, wahai Tuhanku, aku meletakkan lambungku. Dan dengan namaMu
pula aku bangun daripadanya. Apabila Engkau menahan rohku (mati), maka berilah
rahmat pa-danya. Tapi, apabila Engkau melepas-kannya, maka peliharalah,
sebagaima-na Engkau memelihara hamba-ham-baMu yang shalih.”
Do'a diatas setidaknya menegaskan bahwa bila mata telah terpejam dalam lelapnya
tidur, maka tak ada jaminan untuk ia terbuka saat esok menjelang..
Maka pilihlah dengan apa kita akan menutup malam ini..
Baarakallahu fiikum
Madinah Rabu 27-03-1435 H
040. KITA DAN PILIHAN HIDUP YANG MENGASINGKAN
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah
-radhiallahu anhu- bahwa Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda:
اِنَّ اْلاِسْلاَمَ بَدَأَ غَرِيْبًا وَ سَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا
بَدَأَ، فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ. قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَ مَا
اْلغُرَبَاءُ؟ قَالَ: اَلَّذِيْنَ يُصْلِحُوْنَ عِنْدَ فَسَادِ النَّاسِ. و فى
رواية، فَقَالَ: اَلَّذِيْنَ يُحْيُوْنَ مَا اَمَاتَ النَّاسُ مِنْ سُنَّتِى.
“Pada awalnya Islam itu asing dan akan kembali
asing sebagaimana pada awalnya. Maka beruntunglah orang-orang yang asing“.
Beliau ditanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang-orang yang asing itu ?”. Beliau
bersabda, “Mereka yang memperbaiki dikala rusaknya manusia”. Dalam riwayat lain
beliau menjawab, “Yaitu orang-orang yang menghidupkan apa-apa yang telah
dimatikan manusia daripada sunnahku”.
Begitulah sahabat...
Menjadi muslim yang baik itu pada mulanya adalah
pilihan yang mengasingkan...
Menapaki jalan hidayah sejengkal demi sejengkal, pada
mulanya adalah pilihan yang mengasingkan...
Menghapus satu dmi satu kesalahan dengan taubat dan
penghambaan yang jujur, pada mulanya adalah pilihan yang mengasingkan...
Berdakwah mengajak pada sunnah ditengah fanatisme
madzhab, pada mulanya adalah pilihan yang mengasingkan...
Menaikkan celana diatas mata kaki serta membiarkan
janggut tumbuh, pada mulanya adalah pilihan yang mengasingkan...
Menjomblo demi menjaga kehormatan diri disaat yang
lain gonta-ganti pacar pada mulanya adalah pilihan yg mengasingkan...
Menetapi Manhaj para salafusshalih dengan
sungguh-sungguh, pada mulanya adalah pilihan yang mengasingkan...
Iya... Semua itu adalah pilihan yang
mengasingkan...
Paling tidak pada awalnya. Lalu untuk waktu yang
sangat lama.
Namun pada akhirnya, akan ada hari ketika Allah
memberi kemenangan...
Dihari itu... kita akan bersuka cita saat semua
manusia berbondong2 bernaung di bawah payung As-Sunnah, bersama bertasbih
memuji-Nya diatas bahtera tauhid.
Bila hari itu tiba, kesepian dan keterasingan yang
kita hadapi saat ini kelak hanya menjadi sebuah cerita yang di awali kata
"Dulu.." untuk anak-anak kita.
Sahabat...
Saya tidak bicara soal keterasingan yang biasa,
Karena dipuncak keterasingan ini ada janji dari Rasul mulia...
" Maka beruntunglah orang-orang yang terasing
itu"
Aku dan Diaryku.
Rabu 28-03-1435 H
041. DALAM KETAATAN SEKALIPUN KITA BUTUH
KESABARAN
(edisi inspirasi pagi bersama Syaikh Prof. DR.
Abdurrazzak Al Badr -hafidzahullah-)
Allah Ta'ala berfirman :
(وَاسْتَعِينُوا
بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ)
'Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyu' (QS. Al Baqarah : 45).
Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al
Badr Hafidhahullah mengomentari ayat ini :
"Di dalam ayat ini, Allah Ta'ala mendahulukan
kesabaran dari pada shalat. Hal ini karena seluruh ibadah memerlukan kesabaran.
Mengerjakan perintah membutuhkan kesabaran dan menjauhi larangan pun
membutuhkan kesabaran."
(Disampaikan pagi ini di Maskam Syaikh Bin Baz
-Rahimahullah- Universitas Islam Madinah).
042. POTRET KESALAFIAN KITA
(edisi muhaasabah)
Ditengah kepungan mereka yang mengarahkan kepalan
tangan permusuhan terhadap dakwah salaf, sebagian kita malah sepakat untuk
tidak sepakat.
Disaat yang lain sibuk berdakwah dan membina umat,
sebagian kita malah sibuk melucuti kredibilitas mereka dihadapan umat.
Ketika yg lain tanpa sengaja jatuh dalam kesalahan,
sebagian kita malah mengelus dada sambil
tersenyum puas melihat lawannya terjatuh.
Padahal jenggot sama-sama punya, celana juga sama
cingkrangnya, buku rujukan, ulama dan prinsip dakwahnya pun juga sama.
Namun senyum, salam dan sapa tak lagi ada, tak lagi
terdengar saat tahu kalau gurunya berbeda.
Pada akhirnya.....
Kita hanya akan saling curiga, saling menuduh,
melukai dan bahkan saling menelanjangi kehormatan saudara-saudara kita yang
memiliki prinsip beragama yang sama dengan kita, walau mungkin berbeda dalam
beberapa masalah ijtihadiyah.
Ingatlah saudaraku...
14 abad yang lalu, dibawah terik panas matahari
Arafah, dihadapan 120 ribu sahabat, panutan kita pernah bersabda:
«فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ
حَرَامٌ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، فِى شَهْرِكُمْ هَذَا، فِى بَلَدِكُمْ
هَذَا…».
Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, kehormatan
kalian telah diharamkan atas kalian (untuk dilanggar), seperti haramnya hari
kalian ini, pada bulan kalian (Dzulhijjah) ini, di negeri kalian (Mekkah) ini.
Butir-butir nasehat diatas mengandung pesan moral
yang dalam. Menjaga pesan itu serta mengaplikasikannya dalam dakwah, sama
halnya dengan menjaga manhaj yang kita cintai. Sebab perbaikan moral merupakan
bagian dari misi kenabian yang tak boleh diabaikan.
Bercerminlah pada salaf..
Bercerminlah pada ilmu, Ibadah, akhlak serta sikap
mereka dalam menyikapi perbedaan.
Sebagai manusia biasa mereka juga pernah
berselisih, namun kasih sayang tetap terjalin diantara mereka.
Yunus As Shadafi -rahimahullah- berkata: "Aku
tidak pernah bertemu dengan orang yang lebih hebat dari Asy Syafi'I. Suatu hari
aku pernah melakukan debat dengannya dalam suatu masaalah kemudian kami
berpisah.
Ketika bertemu beliau lantas menggenggam tanganku
dan berkata, "Wahai abu Musa! Apakah kita tidak bisa untuk tetap menjadi
sahabat sekalipun kita tidak sepakat dalam satu masalah..?"
Demikian pula yang terjadi antara Imam Ahmad
-rahimahullah- dan Imam Ali Al-Madini -rahimahullah-. Mereka pernah berdebat
soal persaksian, kedua suara mereka pun meninggi hingga ada yang mengira
keduanya bakal tidak akur. Namun nyatanya mereka tetap akur-akur saja. Bahkan
saat Imam Ali Al-Madini hendak pergi, Imam Ahmad menuntun kendaraan yang
ditunggangi Ali Al-Madini hingga pintu halaman masjid.
Dizaman ini.. kita butuh jiwa-jiwa besar itu..
Jiwa-jiwa yang terampil mengelola kecerdasan dan emosi, hingga melahirkan sikap
hikmah dan arif dalam menyampaikan pesan-pesan agama serta bijak dalam
menyikapi perbedaan.
Syaikh bin Baz Rahimahullah pernah berkata:
"Zaman ini adalah zaman kelembutan, kesabaran dan hikmah, bukan zaman
kekerasan. Saat ini, kebanyakan manusia jahil (dalam agamanya) dan lebih banyak
mementingkan urusan dunianya. Maka hendaklah sabar dan berlemah lembut supaya
dakwah ini dapat disampaikan dan mereka dapat mengetahuinya".
Sebenarnya 14 Abad yang lalu Al Qur'an telah
meletakkan dustur yang jelas agar menjadi panduan kita dalam mengemban misi
nubuwah, Allah azza wajalla berfirman:
"Sekiranya engkau berucap kasar lagi berhati
keras, tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu" (QS:3:159)
Iya, sikap kasar hanya akan membuat kita tampak
bodoh dengan ilmu yang kita miliki. Dia hanya akan memperkeruh suasana, merusak
citra dan sum'ah manhaj yang kita dakwahkan.
Disadari atau tidak, sebagian objek dakwah kadang
lebih menaruh simpati pada bagusnya akhlak seseorang ketimbang luasnya ilmu
yang dimilikinya. Bahkan akhlak menjadi barometer kepantasan bagi mereka
sebelum memutuskan apakah akan mengambil ilmu dari fulan atau tidak.
Kita tidak bisa menutup mata bahwa kebatilan yang
dikemas dengan baik serta disuguhkan dengan penuh kasih akan lebih mudah
diterima ketimbang kebenaran yang diusung oleh orang-orang yang berilmu namun
tak bermoral.
Sadarilah..
Kita dan salaf terlampau jauh, baik dari segi ilmu
apalagi amalan, jadi tak usah memperbesar jurang pemisah itu dengan sikap-sikap
kita yang tak mencerminkan jati diri pengikut salaf sejati.
Saya dan anda mungkin masih ingat ungkapan yg
selalu diulang-ulang ketika awal ngaji dulu,
"Semua mengaku punya hubungan dengan Laila,
namun Laila tidak mengakuinya".
Bertanyalah, apakah dengan bahasa-bahasa kasar,
ditambah dengan hujjah yang dipaksakan itu masihkah Laila akan mengakui
hubungan kita...?
Bercerminlah pada salaf..
Lalu bertanyalah..
Dimana kita diantara mereka.?
---------------------------------
Madinah, Kamis 29-03-1435 H
043. SALAFYKU TERSENYUMLAH....
Disuatu subuh...
Akhi, ana bsok gak bisa hadir ta'lim kayaknya.
Knapa akhi..? Tanya saya,
Teman-teman antum tatapannya kok seram-serem gitu.
Kayak tatapan intelejen.. Susah di ajak senyum..
Tidak semua juga sih.. Hehe
Emang ada yang salah ya dari pakaian ana..?
Itu hanyalah satu dari sekian banyak keluhan yang
saya terima dari ikhwah yang baru ngaji.
Sahabat.. Senyum adalah aktivitas sederhana yang
tidak membutuhkan energi berlimpah serta biaya yang besar. Ia meluncur dari
bibir dan selanjutnya masuk ke relung kalbu yang paling dalam.
Saya kira, kita tak perlu bertanya soal keefektivan
senyum dalam mempengaruhi pikiran dan cara pandang orang lain terhadap kita.
Pengalaman membuktikah bahwa senyum tulus yang mengalir dari dua bibir yang
bersih itu merupakan muqaddimah terbaik dalam meluruskan orang yang keliru atau
mengingkari suatu kemunkaran.
Banyak yang mengira bahwa kewibawaan tidak bisa
diraih kecuali dengan menjaga jarak dengan orang lain, atau bisa juga dengan
menunda senyuman. Padahal manusia yang paling berwibawa saja selalu tersenyum.
Sehingga tidak mengherankan jika beliau mampu meluluhkan kalbu
sahabat-shabatnya, istri-istrinya dan setiap orang yang berjumpa dengannya.
Sahabat Jabir bin Abdullah -radhiallahu anhu-
mengatakan:
ما حَجَبني رسولُ الله -صلى الله عليه وسلم- منذُ أسملتُ، ولا رآني
إلا تَبَسَّم في وجهي.
“Sejak aku masuk Islam, Rasulullah -shallallahu
alaihi wasallam- tidak pernah menghindar dariku. Dan beliau tidak melihatku
kecuali beliau pasti tersenyum kepadaku.”
(HR. Bukhori Muslim)
Bahkan hingga menjelang wafatnya, Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam masih mengajari kita tentang senyum.
Sahabat Anas bin Malik -radhiallahu anhu-
menuturkan:
بينما الْمُسْلِمُونَ في صَلاَةِ الْفَجْرِ مِنْ يَوْمِ الإِثْنَيْنِ
وَأَبُو بَكْرٍ يُصَلِّي بَهُمْ لَمْ يَفْجَأْهُمْ إِلاَّ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَدْ كَشَفَ سِتْرَ حُجْرَةِ عَائِشَةَ، فَنَظَرَ
إِلَيْهِمْ وَهُمْ فِي صُفُوفِ الصَّلاَةِ. ثُمَّ تَبَسَّمَ يَضْحَكُ!
“Ketika kaum muslimin berada dalam shalat fajar, di
hari Senin, sedangkan Abu Bakar menjadi imam mereka, ketika itu mereka
dikejutkan oleh Rasulullah shallahu alaihi wasallam yang membuka hijab kamar
Aisyah. Beliau melihat kaum muslimin sedang dalam shaf shalat, kemudian beliau
tersenyum kepada mereka”
(HR. Bukhari Muslim)
Harus kita sadari bahwa sudah merupakan fitrah bila
manusia cenderung tidak menyukai sikap sombong, angkuh, kasar, bengis dll.
Allah azza wa jalla berfirman,
“Maka disebabkan rahmat Allah lah kamu berlaku
lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (Ali-Imran : 159)
Tidak hanya berpengaruh dalam efektivitas dakwah,
senyum bahkan bisa menjadi sedekah yang paling mudah.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
وتبسمك في وجه أخيك صدقة. رواه الترمذي
وصححه ابن حبان.
“Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah.” (HR.
At Tirmidzi dan dishohihkan oleh Ibnu Hibban dalam shahihnya)
Beliau juga bersabda:
لا تحقرن من المعروف شيئا ولو أن تلقى أخاك بوجه طلق
“Janganlah engkau menganggap remeh kebaikan sekecil
apapun, walaupun bertemu saudaramu hanya dengan wajah yang berseri-seri”.
(HR. Muslim. Dari sahabat Abu Dzar radhiyallahu
anhu)
Jadi... Tak ada alasan untuk menunda senyum.
Bukankah Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wasallam
pernah bersabda :
“Kebaikan itu adalah akhlaq yang baik”
“Mu’min yang paling sempurna imannya adalah yang paling
baik akhlaqnya”
?????????????
Sekali lagi,.. Bercerminlah pada salaf..
-----------------------------------------
Madinah, Jum'at 01-04-1435 H
Walillahilhamd